Ch 42.

93 2 0
                                    

Nata dan Nugi sama-sama duduk di ruang runggu Bandara. Mereka menunggu orang yang sama. Sesekali Nata melihat ke arah landasan, jam tangan, dan ponselnya.

Nugi tahu, Nata sedang resah. Pesawat yang di tumpangi Freya delay sekitar 2 jam lamanya. Membuat Nugi dan Nata menunggu lebih lama.

"Nah, tuh!" seru Nugi sambil menunjuk ke arah landasan. Nata segera berdiri dan berlari menuju tempat penjempuntan penumpang. Di susul Nugi yang sama-sama terlihat senang.

"Akhirnya....." Suara Nata lega. Nugi tersenyum, lalu menyenggol bahu Nata sambil menggoda.

"Cieeeee...."

"Paan, sih. Jangan mulai usil!" Nata menjitak Nugi, membuat adiknya itu meringis.

Beberapa menit kemudian.....

"Nata! Nugi!" teriak Freya senang. Nata dan Nugi tersenyum lebar. Freya sumringah. Freya berlari kecil sampai ke pelukan adiknya, dan kekasihnya.

"Wow! Meuni tambah geulis, awewe, teh," goda Nata. Freya tersenyum canggung.

"Kangen bangettt...." Nugi memeluk kakaknya erat. Freya terkikik.

"Makin tinggi aja, kamu, Gi. Yah.... Kakak kalah," kata Freya sedih yang di buat-buat.

"Dia nggak makan nasi. Makannya bambu." Kekeh Nata. Nugi nemukul bahu Nata pelan sambil berdecak.

"Adik aku manusia, ya. Bukan panda!"

"Ya udah, yuk? Pasti capek?" Freya mengangguk dan memeluk lengan Nata erat. Sedangkan Nugi, di samping kakaknya sambil menarik koper Freya.

***

"Kenapa Jihan nggak ikut balik, Fre?" tanya Reika setelah mereka berkumpul di satu rumah. Yaitu, rumah Aryo. Seperti biasa.

"Dia belum nyelesaiin praktikumnya. Makanya nggak bisa pergi." Jawab Freya sambil mengambil gelas di depannya.

"Lo udah tau, kan, kalo Aline sama Wino udahan?"

"Udah. Nata yang ngasih tau,"

"Padahal mereka hampir aja tunangan." Reika mengaduk 3 cangkir kopi. Sedangkan Freya menyiapkan beberapa gelas jus.

Freya hanya tersenyum. Setelah Aline dan Wino putus, suasana berkumpul malah terasa aneh. Seperti sekarang ini.

Di ruang tamu, semua orang terlihat saling memaki dan tertawa bersama. Tapi, tidak dengan Aline dan Wino. Mereka malah perang dingin. Saling diam, dan membuang muka.

Freya memperhatikan kedua manusia itu dengan raut heran. Wino terus memandang Aline yang memilih duduk menjauh dan mengobrol apa saja dengan si kembar sial.

"Nih, minum." Freya menyodorkan kopi pada Wino. Wino tersenyum sekilas. "Masih sayang bilang aja," goda Freya. Wino mendengus kesal.

"Lo nggak tau gimana susahnya temen lo yang itu."

"Ceritain dong," Freya duduk di samping Wino. Nata dan Aline sama-sama memperhatikan keduanya. Dengan wajah yang sama-sama masam dan kesal.

"Salah paham doang sebenarnya," Wino menaruh kembali cangkirnya. "Lo tau sendiri temen lo itu kayak gimana sifatnya."

Freya tersenyum menenangkan. "Sabar, ya? Mungkin, suatu saat kalian beneran bersama?"

Wino memandang Freya dengan dahi berkerut. "Jangan senyum kayak gitu, lah. Nanti gue kesemsem," kekeh Wino. Freya ikut terkekeh.

Nata berdecak dan berjalan menghampiri Freya dan Wino. Dengan angkuhnya, Nata duduk di tengah-tengah antara keduanya.

"Apaan, sih, Nat! Masih luas juga!" gerutu Wino. Nata tidak peduli.

"Jangan deket-deket Wino! Dia jomblo!" kata Nata memperingatkan. Wino melotot dan berdecak. Sedangkan Freya terkekeh geli.

"Wino bukan tipe aku," Freya berdiri dan mendekat pada Aline. Sedangkan Nata menatap tajam Wino.

"Kalo gue suka sama cewek lo, emang salah?" sinis Wino. Nata menjitak jidat Wino keras.

"She is mine!" Nata memperingatkan. Wino hanya terkekeh sambil menggeleng.

Mata Aline dan mata Wino tak sengaja bertemu pandang. Hanya beberapa detik, kemudian, saling membuang muka.

***

Freya tersenyum sambil menghela napasnya berkali-kali. Dia rindu suasana ini. Rindu udara bukit ini. Rindu pemdangan tempat yang sekarang ia datangi bersama Nata.

"Kalo aku kangen berat, dan kamu nggak bisa di hubungi, aku selalu kesini." Nata memeluknya dari belakang. Freya merasa geli sendiri, dan melepas pelukan Nata pelan-pelan.

"Siapa yang kamu ajak kesini selain aku?" tanya Freya menggoda. Nata memutar bola matanya.

"Nggak ada. Cuma lo doang." Ketus Nata. Freya terkikik.

"Gitu aja ngambek." Freya duduk sambil menarik tangan Nata pelan. "Kak Fatma udah fix sama Kak Robi?"

Nata duduk dan bersandar santai. "Iya. Tahun ini mereka nikah. Kamu pulang, ya?"

"Nggak bisa, Sayang. 2 tahun lagi baru bisa." Nata menunduk sedih. Freya tersenyum sambil mengelus punggung Nata dengan lembut.

"Senja sore ini nggak begitu kelihatan." Nata mendongak. "Kayaknya dia tau, kalo dia bakal kalah sama senja yang di sini," Nata menatap Freya. Freya tersenyum sambil menggeleng-geleng.

"Cuacanya emang agak mendung. Bukan karena takut aku kalahkan."

"Kamu masih ingat, kan, bedanya senja sama kamu versi aku?" tanya Nata. Freya hanya tersenyum manis.

"Jangan senyum mulu, lah. Nanti aku diabet," kata Nata. Freya lagi-lagi terkekeh.

"Aku seneng." Nata menunduk sambil tersenyum. "Aku seneng bisa ketemu kamu lagi. Aku seneng kamu masih setia nunggu aku. Pokoknya aku seneng banget." Nata masih menunduk. Biarkan Freya bicara tentang rasanya sekarang.

"Setiap kali aku liat senja, pasti liat kamu juga. Senja itu obat rindu aku ke kamu." Kata Freya ceria.

"Sayangnya, kamu disini nggak bakal lama, ya?"

"Nggak apa-apa. Selama sama kamu, waktunya bakal berjalan lambat, kok," kekeh Freya.

"Kamu salah. Waktunya bakal cepat berlalu karena sama kamu. Kayaknya Tuhan emang sengaja biar kita semakin nambah investasi rasa rindu."

Freya memeluk Nata dari samping. Nata membalasnya dengan sayang. "Selama sama kamu, deh, pokoknya."

Nata menghela napas, menghembuskannya pelan, kemudian kembali menarik napas panjang.

"Kenapa, sih?" tanya Freya bingung. Nata menatap kekasihnya dengan gugup.

"A-aku..... Cuma gugup, sedikit." Jawab Nata gelagapan. Freya mengerenyit.

"Kamu aneh." Freya kembali memeluk Natanya. Nata hanya bisa menahan dan pasrah.

Dia kagak tau apa, ya, ini tu nyiksa banget? Nahan gejolak begini, tuh, susah! Gerutu Nata dalam hati.

Tahan, Nata. Tahan. Bisa di gampar bolak-balik kalo gue cium dia sekarang. Nata menggigit bibirnya. "Yang," Nata melepas pelukan Freya. Freya memandang Nata curiga.

"Aku ke toilet dulu, bentar?" Freya mengangguk sekali. Nata langsung bergegas cepat dari duduknya.

"Cowok kalo lagi nahan diri, dadanya diskoan, ya?" kekeh Freya. "Jantungnya kayak loncat-loncat nggak karuan," tawa Freya seru.

***

SENJA NATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang