Ch 8

140 9 0
                                    

"Sorry. Gue ngajak lo bolos." Kata Nata datar.

"Nggak. Nggak apa-apa. Gue juga lagi pengin bolos kok."

"Bolos kok pengin." Nata sinis.

"Yeee.. bodo! Eh, gue kok laper ya?" pernyataan Freya, yang secara tidak langsung mengajak Nata untuk makan siang. Nata hanya menengok gadis di sebelahnya.

Ck! tukang makan! Sayang cantik. Kalo nggak, udah gue telen lo dari tadi. Gumam Nata.

"Ya udah, ayok!" ajak Nata seraya berdiri dari duduknya.

"Jangan di tempat yang kemaren!" pinta Freya berteriak.

"Kenapa? Bukannya lo suka?" tanya Nata dengan heran.

"Kita makan di situ, ada yang motoin. Terus di share kemana-kemana. Jadi bahan gosip tu nggak enak." Jawab Freya malas. Freya berjalan mendahului Nata yang masih keheranan.

"Ya nggak usah di tanggepin, lah. Toh, itu bener buka hoax." Timpal Nata santai.

"Ish! Lo tu masih pacaran sama si Amel. Terus lo ketauan jalan sama gue. Nggak risih apa lo? Nama lo jelek baru tau rasa! Efeknya ke gue, tau!" omel Freya. Nata hanya menimpali dengan tertawa pelan.

"Ya udah, sih. Ini gue lagi usaha biar putus sama Amel. Biar bisa sama lo."

Freya terdiam. Mak.. maksudnya??? Sama gue apa? Apanya yang sama gue??? Tanya Freya dalam hati. Lalu Freya segera menyusul Nata yang sudah agak jauh di depannya.

***

   Emma yang kebingungan harus menjawab apa pertanyaan guru tentang keberadaan Freya, pun mulai gusar. Sejak tadi Pak Udin bertanya di mana teman sebangku Emma. Aline dan Tara tidak tahu harus bagaimana. Tetapi, Christi. Yang tentu saja, teman sekelas mereka. Meski tidak begitu dekat, tapi tahu bagaimana mereka ber-empat, pun membuka suara.

"Tadi sih, Pak, saya liat Freya pergi sama murid sekolah lain. Kayaknya penting, deh, Pak. Soalnya buru-buru gitu" Christi berusaha berbohong.

"Siapa? Kamu kenal? Dari sekolah mana? Kenapa bisa pergi tanpa ada alasan seperti ini?" tanya Pak Udin dengan tampang horornya.

"Kami nggak tau Pak. Mungkin besok bisa di perjelas. Nanti saya hubungi Freya, deh, Pak." Jawab Alina santai. Ia dan murid yang lain satu hati dalam hal ini. Yaitu ingin Pak Nasrudin segera keluar dari kelas mereka.

"Ya sudah. Kalau begitu, besok tolong kasih tau Freya untuk menemui saya, di ruang BK. Bapak permisi dulu. Selamat siang."

"Selamat siang juga, Pak!!" sorak kelegaan terpancar di wajah para murid. Aline segera memutar tubuhnya yang masih terduduk ke arah meja Christi.

"Lo liat, Chris? Lo tau dong sapa yang jemput Freya?"

"Ya tau lah. Sapa lagi kalo bukan si Nata-Nata itu. Ya kan? Mereka pacaran?"

"Gue nggak tau pasti. Cuma, ya... mungkin aja, sih" jawab Aline ragu. Christi hanya mengedikan bahunya saja.

***

   Bel pulang berbunyi nyaring di telinga para murid Tunas Bangsa. Bhakti keluar dari kelasnya menuju lapangan basket. Menunggu seseorang yang menjadi mata-matanya selama ini.

"Kak! Udah lama nunggunya?" tanya seorang siswi. Ya, dia adik kelas Bhakti. Dan sekarang menjadi tangan kanan Bhakti untuk selalu menguntit tentang seseorang.

"Nggak. Baru aja. Ada info apa?" tanya Bhakti langsung.

"Dia jarang post. Jadi susah nerkanya. Kalo gue hack, bisa-bisa gue ketauan. Jadi gue cuma nunggu postingannya doang."

SENJA NATA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang