Keempatbelas

9.3K 1.1K 95
                                    

Hari Senin telah berlalu seperti biasa. Tidak ada yang istimewa. Kanaya mengantarkan Tiara sekolah, kemudian kerja, menjemputnya kembali di siang hari, lalu menitipkan kepada Bi Indah. Dia melakukan rutinitas seperti biasanya. Namun, berbeda dengan hari ini. Selasa.

Ada apa dengan hari Selasa? Apakah ada yang spesial? Kanaya tidak tahu apa yang terjadi sebelum Risa menariknya untuk bersembunyi di dalam ruangan Kelana bersama beberapa staf yang lain.

"Ada apa?"  tanya Naya yang belum mengerti dengan tindakan Risa.

"Husst... hari ini Pak Lana ulang tahun. Kita lagi bikin kejutan."

Kanaya sekarang baru mengerti kenapa mereka semua bersembunyi di sini. Salah satu staf pun sudah siap dengan membawa kue ulang tahun.

Ada semacam tradisi di kantor tempat Kanaya bekerja. Setiap staf atau karyawan yang berulang tahun, mereka akan diberikan kejutan dan akan ada kue ulang tahun juga. Kalau untuk kado sendiri itu inisiatif dari masing-masing individu, mau memberi atau tidak. Entah siapa yang sudah membuat tradisi tersebut, tapi yang pasti itu terjadi sampai sekarang. Naya sendiri juga sudah mengalami hal tersebut beberapa kali. Namun, ini adalah ulang tahun Kelana. Atasannya yang dingin dan kaku seperti es kutub utara. Apa mereka tidak salah?

Kanaya hanya takut jika atasannya tersebut bukannya senang, tapi malah akan marah karena kejutan ini. Dia jadi harap-harap cemas. Sebab ini adalah kali pertama perayaan ulang tahun untuk Kelana, sejak laki-laki itu bekerja di kantor mereka.

Tak berapa lama Tono masuk ke dalam ruangan.

"Pak Lana sudah datang. Aku lihat lagi jalan masuk ke sini," ucap laki-laki bertubuh cungkring tersebut dengan ngos-ngosan. Sepertinya dia baru saja lari maraton untuk sampai ke ruangan Kelana.

Tak berapa lama pintu ruangan pun terbuka dan surprise. Mereka dengan serentak menyanyikan lagu ulang tahun pada Kelana, tepat setelah laki-laki itu masuk ke dalam. Tentu saja atasannya tersebut langsung terkejut. Setelah lagu ulang tahun berhenti. Mereka menyuruh Kelana untuk meniup lilin yang sudah menyala di atas kue. Dua batang lilin tersebut menunjukkan angka 3 dan 2, yang artinya usia Kelana sudah mencapai tiga puluh dua tahun. Kabar baiknya, Kanaya baru tahu dengan jelas usia seorang Kelana Wiraatmaja hari ini.

Kelana yang diberikan kejutan seperti itu oleh teman-teman kerjanya tentu sangat terkejut. Dia tidak menyangka akan ada yang ingat dengan hari ulang tahunnya. Bahkan dia sendiri lupa kalau ini adalah hari ulang tahunnya. Dia juga tidak ingat kapan terakhir kalinya merayakan hari kelahirannya tersebut.

Pantas saja ketika melewati kubikel karyawan tadi, dia merasa ada yang aneh. Pasalnya, tidak ada satu orang pun di sana. Sampai-sampai dia melihat arloji dan juga kalender yang tergantung di dinding, hanya untuk memastikan kalau hari ini bukan Minggu. Dan ternyata mereka semua sedang merencanakan kejutan untuknya.

"Terima kasih banyak," ucap Kelana setelah selesai meniup lilin.

Setiap orang mengucapkan selamat pada Kelana sambil menyalami. Kemudian mereka keluar dari ruangan tersebut satu per satu hingga giliran Kanaya yang paling terakhir, karena dia tadi kebagian membawa kue sebelum acara salaman berlangsung.

"Selamat ulang tahun, Pak. Semoga sehat dan bahagia selalu," ucap Kanaya sambil menyerahkan kue tersebut pada Kelana.

"Kamu mau ke mana?" tanya Kelana karena Kanaya seperti buru-buru untuk keluar dari ruangannya.

"Keluar Pak," jawab Kanaya sedikit bingung sambil menunjuk ke arah pintu.

"Bantu saya potong kue." 

Kelana menyerahkan kembali kue berbentuk persegi  empat dengan taburan coklat parut tersebut pada Kanaya.

"Potong kue Pak?" tanya Kanaya lagi. Dia merasa aneh, karena disuruh seperti itu.

MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang