Keenambelas

9.2K 999 46
                                    

"Gimana kalau kita nikah aja?" ucap Anji yang tiba-tiba, membuat Naya hampir menyemburkan jus alpukat kesukaannya.

Gila.

Naya menatap wajah laki-laki di depannya tersebut dengan saksama. Setelah itu dia mengembuskan napas panjang.

"Kamu gila."  Hanya itu yang bisa keluar dari bibir merah Naya. Laki-laki ini mungkin sedang tidak waras untuk saat ini.

Mengajaknya menikah? Bullshit.

Bahkan laki-laki itu belum pernah menyatakan perasaannya, bagaimana bisa mengajak Kanaya menikah. Mungkin laki-laki ini sedang beehalusinasi sekarang.

"Kamu sedang mabuk?" tanya Kanaya menelisik wajah Anji. Namun hanya dibalas dengan gelengan.

"Aku cuma mau tanggung jawab atas apa yang telah kita lakukan," ucapnya lagi.

Hell.

Naya memperbaiki posisi duduknya sebelum berbicara. Mereka berdua sedang berada di sebuah tempat yang menurut Naya aman untuk berduaan. Lapangan bola.

"Dengar ya, kita ini bukan anak kecil. Dan aku tidak ingin menuntut apa pun setelah malam itu, jadi please jangan bercanda di sini."

Naya mengembuskan napas kasar setelah mengatakan hal tersebut.

Oh Ayolah. Dia masih dua puluh empat tahun. Karirnya masih panjang. Menikah dengan Anji? Apa kata dunia nanti. Pasti orang akan menyebut dirinya perempuan matre. Lagipula Kanaya bukan gadis polos yang memberikan keperawanannya pada seorang Anji. Naya pernah melakukan hubungan tersebut ketika masih duduk di bangku kuliah dan fine. Dia baik-baik saja sampai saat ini. Lagipula dia tidak hamil, kenapa juga Anji harus bertanggung jawab. Sinting.

Kanaya mendengkus keras. Siapa yang tidak mengenal seorang Anji Satya Wiraguna. Anak bungsu dari keluarga Wiraguna. Keluarga yang memiliki perusahaan WR grup. Dan siapa yang tidak tahu WR grup. Gabungan dari beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia. Juga, beberapa jaringan tv kabel, supermarket dan mall di dalamnya. Jadi, sudah dipastikan berapa banyak total kekayaan keluarga Anji. Seberapa besar pula pengaruh keluarga mereka dan aset kekayaan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sedangkan Kanaya, dia hanyalah gadis desa biasa yang mencari segengggam beras di kerasnya ibu kota.

"Aku serius, Kay."

"Aku juga serius," balas Naya cepat.

Siapa yang tidak tahu sepak terjang Anji. Bahkan mungkin seluruh masyarakat Indonesia telah mengetahui bagaimana jam terbang seorang Anji dalam menaklukkan hati wanita, lalu mematahkannya begitu saja.

Kanaya tidak bodoh. Dia tahu dengan pasti siapa saja wanita yang pernah berkencan dengan Anji. Dari model terkenal, kalangan aktris atau selebritis, bahkan penyiar dari stasiun televisi milik keluarganya. Semuanya terekspos dengan jelas di acara infotainment yang ratingnya akan naik jika Anji keluar untuk sebuah klarifikasi.

Bagaimana Kanaya bisa tahu? 

Tentu saja, karena dia adalah salah satu wanita yang diam-diam jatuh hati pada pesona seorang Anji.

"Kay, aku serius. Aku ingin kita menikah. Jadi kita tidak perlu lagi ketemu dengan cara sembunyi-sembunyi seperti ini."

Oh, satu lagi informasi. Anji sangat suka mengekspos perempuan yang sedang dekat dengannya. Kecuali Kanaya.

Bagaimana bisa Kanaya tidak terekspos? Tentu saja Kanaya punya rahasia dan caranya sendiri.

Kanaya Sumitra adalah seorang editor sebuah penerbit Mayor yang terkenal di Indonesia. Dia suka kehidupan malam dan alkohol. Kebebasan adalah motto hidupnya. Jadi, selama itu baik-baik saja dan tidak merugikan orang lain. Kanaya tidak peduli.

Lalu bagaimana caranya Kanaya mengenal dan menjadi teman seorang Anji?

Malam itu Naya tidak sengaja melihat mobil Anji menabrak pohon di pinggir jalan. Karena jalanan tersebut lumayan sepi dan hampir pagi, jadi tidak ada orang yang lewat. Waktu itu Kanaya yang baru pulang klub sambil mengendarai motornya, melihat kejadian tersebut, lalu berhenti begitu saja tanpa pikir panjang. Setelah itu dia yang menolong Anji dan memastikan bahwa laki-laki itu baik-baik saja hingga tiba di rumah sakit.

Apakah Anji tahu?

Tentu saja laki-laki itu tahu, karena sewaktu Kanaya membantu mengeluarkan tubuh laki-laki itu dari mobil, Anji masih dalam keadaan sadar.

Setelah kejadian tersebut, mereka berdua menjadi lebih akrab sebagai teman. Namun, Kanaya meminta pada Anji untuk merahasiakan hubungan mereka walaupun hanya sebatas teman. Naya tidak ingin privacy -nya terganggu.

Sebenarnya, Kanaya sudah tahu Anji, karena laki-laki itu adalah atasan Siska di kantor. Siska sendiri adalah seorang penyiar berita televisi. Kanaya sering datang ke kantor Siska untuk sekadar pulang bersama. Saat itu dia hanya bisa melihat Anji dari layar televisi. Dan diam-diam mengagumi laki-laki itu walaupun tahu jika Anji adalah seorang player.

"Kay, aku serius dengan ucapanku. Aku ingin kita menikah."

Naya memutar bola matanya. Oh, ya Tuhan. Iblis mana yang telah merasuki seorang Anji. Kenapa laki-laki ini begitu mudah mengatakan untuk menikah, padahal hubungan mereka berdua hanya sebatas teman biasa. Ya, terlepas dari mereka pernah tidur bersama dan melakukan hubungan suami istri tentu saja. Kejadian itu pun tidak disengaja karena mereka sama-sama di bawah pengaruh alkohol dan tanpa pengaman.

"Aku juga serius. Kita tidak pernah ada hubungan apa-apa. Kita melakukan itu karena suka sama suka dan saling membutuhkan. Jadi, jangan kamu jadikan beban. It's fine for me. "

Naya yakin melihat sorot kesal dari dalam wajah Anji. Namun, dia juga tidak merasa bersalah dengan mengatakan hal tersebut. Dia juga tahu jika Anji sudah melakukan hal yang sama dengan para mantan pacarnya, tentu saja meniduri mereka. Jadi, apakah mereka menikah?  Tentu saja tidak.

"Oke. Sepertinya kamu perlu mengguyur otakmu supaya lebih segar. Aku mau pulang, masih ada kerjaan."

Naya bangkit kemudian menepuk bokongnya yang terkena rumput lapangan. Setelah itu dia melambaikan tangan dan meninggalkan Anji yang masih duduk di pinggir lapangan.

Sepanjang jalan pulang dia memikirkan kalimat Anji yang mengajaknya untuk menikah. Bohong jika dia tidak mau. Bohong jika dia tidak bahagia. Namun, itu seperti hanya sebuah mimpi belaka. Hal itu seperti uforia sekilas yang bisa hilang kapan saja.

Kanaya mungkin mempunyai wajah biasa saja. Dengan rambut keriting alami yang tidak pernah dia ingin luruskan sampai kapan pun. Namun, dia bukan gadis bodoh.

Berapa banyak mantan pacar Anji? Apakah mereka berakhir dalam ikatan pernikahan? Jawabannya tidak. Lalu siapa dia, yang bermimpi untuk menikahi seorang Anji. Menjadi istri Anji. Kanaya bukan apa-apa dibandingkan dengan wanita yang pernah berkencan dengan Anji. Jadi, sebelum dia terluka, Kanaya lebih baik mundur. Dia tidak ingin bermimpi terlalu tinggi, sehingga ketika terbangun hanya akan ada kesakitan dan kekosongan belaka.

Dia sudah bersyukur dapat mengenal Anji dari dekat. Menjadi teman laki-laki itu walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi. Menjadi lebih dari seorang teman hanyalah ilusi. Dan tidur dengan seorang Anji bisa dikatakan sebagai bonus.

Kanaya memang mengagumi dan jatuh hati pada sosok Anji, tapi dia juga sadar bahwa tempatnya bukan di sisi laki-laki itu. Karena untuk bersama seorang Anji bagaikan berharap memeluk bulan.

****

Hallo semuanya

Saya update ya untuk hari ini.

Gimana covernya bagus nggak?

Kredit untuk @nayasmita thanks ya

Happy reading
Vea Aprilia
Senin, 17 Desember 2018

MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang