11.00 pm
"APA?! TAPI...KENAPA....ERGH."
"Santai Lou, santai."
"SANTAI KATA MU? KAU BODOH. BISA AKU PERJELAS, KAU INI B O D O H."
"Bisakah kau berhenti berteriak?! Sudahlah Lou, semuanya sudah terjadi."
"Kalau aku jadi kau, akan aku hajar Zayn. Kenapa ia bisa-bisanya berbuat seperti itu. Dan anehnya, kenapa kau membiarkan Zayn mengaku-ngaku hah?!"
"Aku tidak mau membuat situasi menjadi rumit."
"Aku tidak mengerti apa maumu sebenarnya, kau aneh."
"Hahaha iya aku tahu kalau aku ini aneh."
"Kau membiarkan seseorang bahagia sedangkan kau sendiri tidak bahagia sama sekali? Ha ha bodoh"
"Drew bahagia dengan Zayn. Drew menyukai Zayn semenjak kenaikan kelas. Aku senang melihat Drew bahagia, daripada ia harus menghadapi situasi rumit."
"Bla bla bla bullshit. Oke aku percaya kalau kau senang melihat orang yang kamu cintai bahagia, tapi aku yakin kau berbohong kalau kau senang melihat Drew bahagia karena orang lain."
"Tidak usah sok tahu."
"Ha? Sok tahu? Sekarag aku tanya, apakah kau bahagia melihat Drew tertawa karena lelucon Zayn, bukan lelucon mu?"
"Ya."
"Yakin? Apakah kau bahagia melihat Drew berada di pelukan Zayn? Dan Drew merasa sangat nyaman dengan Zayn?"
"Aku tinggal menghindar apabila aku tidak mau melihat mereka."
"Apakah kau tetap bahagia mendengarkan semua cerita Drew tentang Zayn? Mendengarkan cerita Drew tentang hal-hal manis apa saja yang pernah Zayn lakukan untuk Drew?"
"........"
"Apakah kau tetap bahagia saat ia bertanya kepadamu harus membeli hadiah apa untuk ulang tahun Zayn sedangkan kau sendiri tidak diberi hadiah oleh Drew saat kau ulang tahun?"
"........"
"Apakah kau tetap bahagia....saat ia mulai menjauh darimu karena ia sudah punya Zayn?"
"........."
"Apakah kau masih bahagia melihat Drew bahagia dengan Zayn, bukan denganmu? Sedangkan kau tidak bisa berbuat apa-apa untuk membahagiakan Drew karena ia sudah milik orang lain."
".........."
"Kenapa diam saja, pecundang? Apa air matamu sudah membasahi pipimu?"
"Aku lelah. Aku ingin istirahat."
"Oke silahkan istirahat. Apabila kau ingin mengaku kalau sebenarnya unknown number itu kau, dengan senang hati aku akan membantumu."
"Hhhhh biarkan aku melupakan hal itu Louis. Terimakasih atas tawaranmu, nanti aku hubungi lagi. Terimakasih juga atas renunganna, Louis. Selamat malam."
"Selamat malam, the real unknown."
--------
FYI, ini dialog lewat telpon, yang di bold itu Louis, yang italic itu unknown, siapa unknown nya? wkwk tebak sendiri :p
sorry kalo banyak typo ya ginilah lagi galau makanya ga konsen ngetik *curhat lagi*
wkwk keseringan curat gue ya yaudahlah ampuni aku ya-_______-
vote+comment nya yaaa, jangan jadi silent readers hehe
terimakasih<3<3
KAMU SEDANG MEMBACA
No Name
Fanfiction"Aku selalu mengikutimu Drew, tapi kau saja yang tidak menyadarinya" [Only conversation via message] -completed-