Me: Zayn.
Me: Bolehkah aku menelfonmu?
Zayn: Silahkan.
***
"Halo?"
"Kenapa Drew?"
"Ada sesuatu yang harus kita omongi."
"Apa? Tidak usah basa-basi."
"Zayn kurasa...kau berubah."
"Maksudmu?"
"Kau sekarang jarang mengabariku."
"Aku...sibuk Drew."
"Selalu saja alasannya sibuk. Sibuk ngapain sih? Sibuk sama perempuan lain?"
"Jaga mulutmu."
"Tidak usah mengalihkan, Zayn. Kau bahkan tidak pernah ada waktu untuk bercerita atau mendengarkan ceritaku."
"Memangnya aku harus menceritakan semuanya kepadamu?"
"Entahlah. Tapi dulu kita pernah berjanji tidak akan menyembunyikan apapun, saling bercerita apabila sedang sedih ataupun sedang bahagia. Apa kau lupa?"
"Kamu kenapasih Drew?!"
"Aku? Kenapa? Yang ada kamu yang kenapa Zayn?"
"Kamu yang kenapa? Kenapa tiba-tiba seperti ini?"
"Jangan balik bertanya. Aku tiba-tiba seperti ini karena sikapmu."
"Sikapku? Aku memang seperti ini."
"Zayn, jangan mengalihkan atau menutupi yang sebenarnya."
"Maksudmu? Menutupi apa? Aku biasa-biasa saja kok."
"Biasa-biasa saja? Kau tidak merasa berubah? Dulu tidak pernah absen mengabariku, tidak pernah membatalkan janji. Sekarang? Bahkan minggu kemarin aku tidak tahu kamu kemana, kau tidak memberi kabar."
"Aku kan sudah bilang minggu kemarin aku tak sempat melihat handphone ku. Aku sangat sibuk."
"Oh lucu sekali sibuk di hari libur panjang. Tidak usah berbohong."
"Hhhhh apa maumu Drew?!"
"Kembali seperti dulu, Zayn. Saat kau mengabariku setiap waktu sampai aku bosan, saat kau selalu mengajakku pergi makan siang, saat kau menceritakan apa yang sedang kau alami atau kau rasakan."
"Tapi waktuku bukan hanya untukmu Drew, bagaimana kalau aku sangat sibuk dan lelah sehingga benar-benar tidak bisa bercerita denganmu?"
"Iya aku tahu. Sebenarnya kau tidak usah mengabariku setiap waktu, tapi aku hanya ingin kau jujur Zayn. Maksudku, setidaknya tidak ada yang kau tutupi."
"Aku tidak menutupi apapun."
"Ya..aku percaya. Sekarang jawab pertanyaan ku, apa aku pernah berbuat kesalahan sehingga sikapmu jadi berubah seperti ini? Ceritakan saja apa salah ku, agar aku memperbaikinya."
"Em......."
"Ayo Zayn. Aku tidak ingin seperti ini."
"Tidak Drew, kau tidak bersalah. Aku yang salah."
"Kembali seperti dulu lagi, Zayn."
"Aku tidak bisa, maaf."
"Zayn...."
"Drew, kurasa kita sudah tidak cocok lagi...."
"Ya....aku juga merasa begitu. Kita putus, Zayn." Suara Drew bergetar, mata nya mulai berkaca-kaca.
"Drew maafkan aku. Maafkan aku bersikap seperti ini, hanya saja aku merasa jenuh Drew."
"Kau tahu...ada orang yang bilang, disaat kau merasa bosan dengan sesuatu, coba ingat saat kau berusaha mendapatkan sesuatu itu. Kau...ingat saat kau menjadi unknown number?"
Zayn tidak membalas ucapan Drew, ia terdiam beberapa menit.
"Jawab, Zayn."
"Soal unknown number itu....."
"Kenapa?"
"Maafkan aku Drew, unknown number itu bukan aku.....ya aku tahu aku ini jahat, aku berbohong kepadamu dan baru sekarang aku mengaku."
"Za-zayn....?"
"Maaf Drew."
"Tidak, tidak usah minta maaf. Bukan kau yang salah, tapi aku saja yang terlalu bodoh, mudah saja percaya dengan orang-orang."
Zayn terdiam, ia tidak bisa menjawab ucapan Drew.
"Zayn, ubah caramu dalam mendekati perempuan ya, terimakasih atas semuanya. Jujur saja, aku sangat bahagia saat bersamamu. Sudahlah, aku mau makan malam. Bye Zayn."
KAMU SEDANG MEMBACA
No Name
Fanfiction"Aku selalu mengikutimu Drew, tapi kau saja yang tidak menyadarinya" [Only conversation via message] -completed-