5

1.3K 218 9
                                    

Kondisi Taehyung sudah lumayan membaik saat makan malam tiba. Meski masih harus didampingi ke mana-mana oleh Yoongi, si omega tampan itu terlihat cukup lahap menyantap makan malam yang dibuat Sena. Seolah tidak makan bertahun-tahun meski ia baru saja melewatkan makan hampir seharian ini.

Yoongi maupun Sena yang melihatnya, tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Aish, bisa-bisa aku jatuh cinta padamu," gumam Sena yang ironisnya bisa tertangkap oleh telinga kedua werewolf itu.

"Aku mendengarmu, Sena," ucap Yoongi dengan nada dingin—alias cemburu—sembari menyuap spaghetti ke mulutnya.

Sena terkekeh. "Kau cemburu padaku atau Taehyung?"

Taehyung ikut menoleh pada Yoongi. Menunggu jawaban.

"Tidak ada yang mengganggumu 'kan di kampus?"

Sena mencibir. Sedangkan Taehyung tampak sedikit kecewa. "Nice try, Oppa. Kau memang pintar dalam hal menghindar."

"Aku tanya, ada tidak yang mengganggumu di kampus?" Tanpa perlu meladeni ucapan Sena, dengan serius ia kembali mengulang pertanyaannya.

Gadis itu menghela napas sebelum menjawab. "Tidak ada. Jungkook sudah seperti perangko yang menempel terus padaku. Dia bahkan menunggu di depan pintu saat aku ke toilet."

"Bagus."

Hening sesaat. Mungkin hanya bagi Sena, karena saat ini Taehyung dan Yoongi sedang berdebat melalui pikiran masing-masing.

Hyung

Apa?

Kenapa kau tidak menjawab pertanyaannya tadi?

Apa itu penting?

Taehyung menggigit bibir bagian bawahnya. Mungkin bagi Yoongi itu tidak penting, tapi baginya—

"Oppa, seandainya, kalau saja. Di saat bersamaan aku dan Taehyung diculik. Siapa yang akan kau tolong duluan?"

Yoongi menoleh. Melotot seakan kedua bola matanya bisa mengeluarkan laser. "Sena, kau sadar dengan pertanyaanmu? Aku tidak akan pernah membuat itu terjadi."

"Iya aku tahu. Maksudku, seandainya. Bukankah di saat itu terjadi, kau tidak bisa menolong kami bersamaan?"

"Aku tidak akan membuat itu terjadi."

"Oppa!"

"Kalian berdua itu berharga! Tidak ada seandainya, aku tidak akan pernah membiarkannya terjadi."

Sena dan Taehyung mengkerut mendapati Yoongi saat ini sedang memakai suara alpha-nya. Atmosfer di tempat itu pun terasa berat. Sena menelan ludah, lantas membuang pandangan.

"Maaf."

Yoongi sendiri menghela napas. Segera dia bangkit sambil membawa serta alat-alat makannya.

"Biar aku yang mencuci semuanya. Kalian cepat tidur."

Biasanya Sena yang kedapatan bagian mencuci piring, karena Yoongi sering meng-handle bagian memasak. Namun dilihat dari mood Yoongi sekarang yang bisa saja makin meledak, Sena pun membiarkan. Dia masih duduk di meja itu, bersama Taehyung di hadapannya.

Senyumnya merekah saat ia dan Taehyung bertemu pandang.

"Hei, aku punya monopoli. Mau bermain bersama?"

Taehyung, yang tampaknya terpengaruh oleh mood Yoongi, perlahan balas tersenyum. "Oke."

Mereka pun pergi ke kamar Taehyung, menyisakan Yoongi yang sedang mencuci piring seperti robot di dapur sambil mendengar suara omega-nya.

Hyung, aku juga minta maaf.

Tolong jangan marah lagi.

***

Sena dan Taehyung duduk di karpet lantai kamar Taehyung dengan papan monopoli yang memisahkan keduanya. Sena tengkurap dengan bantal di perutnya, sedangkan Taehyung duduk bersandarkan night stand.

"Yah, bisa-bisa aku bangkrut kalau kau membeli semua bagian itu," keluh Sena saat dilihatnya Taehyung lagi-lagi membeli bagian termahal. Taehyung sendiri terkekeh, sama sekali tidak merasa berdosa.

"Kalau kau cukup beruntung, kau tidak akan kehilangan uangmu, Sena."

Sena melempar dadu sambil cemberut. Mendadak ia berseru ketika melihat angka yang muncul di dadunya. "Ah wae!Kenapa harus lima sih?!"

Taehyung bertepuk tangan dengan semangat. "Bayar! Bayar! Bayar!"

Dengan berat hati, Sena pun mengangsurkan uang kertasnya pada Taehyung. "Kau sedang beruntung sekarang, eo? Nanti kalau aku berhasil membeli bagian ini, kau mampus."

Ancaman Sena sama sekali tidak berdampak pada Taehyung. Si omega tampan itu sedang asyik menghitung semua uangnya.

"Aku kaya! Woo!"

CKLEK

Kedua insan itu langsung menoleh ke asal suara. Seketika suasana menyenangkan tadi berubah tegang.

"O-oppa...."

"Bukankah aku menyuruh kalian untuk tidur?" Yoongi menyilangkan kedua lengannya di dada sambil bersandar pada kerangka pintu. Nada suaranya tajam, setajam sorot matanya saat memandang dua insan itu bergantian.

Taehyung yang semula mengangkat kedua tangannya, dengan pelan menurunkannya hingga kepalanya pun ikut menunduk. "Maaf, Hyung."

"Hei tidak, bukan kau yang salah di sini. Aku yang mengajaknya bermain monopoli. Dia tidak bersalah, sungguh."

Sena menelan ludahnya susah payah saat Yoongi menatapnya tajam. Rasa-rasanya pupilnya bisa terbakar akibat tatapan laser itu.

Detik-detik menegangkan sedikit mencair saat Yoongi menghela napas. Pria itu menutup pintu lantas bergerak mendekat pada keduanya, duduk di antara mereka.

"Kapan-kapan ajak aku juga. Kalian membuatku merasa tersingkirkan."

Taehyung dan Sena saling pandang. Bingung. Tapi tak lama kemudian keduanya tersenyum, dan dengan bersamaan menyerbu Yoongi dalam pelukan.

"Aww cute~ Jadi kau marah karena tidak kami ajak? Uwu~~"

"Hei hei, pipiku sakit."

"Hyungie, kenapa kau sangat imut?"

Yoongi mengkerut di tengah-tengah Sena dan Taehyung, dalam arti positif tentunya. Ia merasa dicintai juga senang karena dipeluk oleh dua orang yang berharga baginya. Senangnya dalam hati, kalau beristri dua~

Dan hal yang paling mengejutkan lainnya adalah sepasang sejoli di kanan kirinya ini tiba-tiba mengecup pipinya bersamaan.

"Oppa, saranghae."

"Hyungie, saranghae."

Sorry, MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang