16

1.5K 144 6
                                    

Selalu ada kejutan dalam kehidupan. 

Di mana ada pertemuan, pasti ada perpisahan.

Di mana ada kebahagiaan, di sisi lain pasti ada kesedihan. 

"Hai" selalu berujung dengan "selamat tinggal".

Tidak ada yang bisa mengelak hal itu. 

Pasti seseorang akan menghadiri pemakaman setidaknya sekali dalam seumur hidupnya. 

Seperti yang terjadi pada Taehyung saat ini. 

Ia mungkin menjadi satu-satunya yang mati rasa di sini. Di saat yang lain menangis sesenggukan, dan yang lain menunduk dalam penuh penyesalan, tampaknya hanya dia seorang yang tidak bisa merasakan emosi apa pun. 

Melihat foto seorang pria yang terhias cantik dalam sebuah frame dengan pita putih di atasnya, perasaannya benar-benar kebas. 

Apakah dia sedih? 

Entahlah, dia sendiri pun tak yakin. 

Ataukah ia menyesal?

Sekali lagi, ia juga tidak yakin. 

Suara raungan seseorang, akhirnya membuat ia mengalihkan pandangan dari foto tersebut. Netranya menangkap seorang gadis berbalut gaun hitam yang tengah menangis di pelukan gadis bergaun hitam lainnya. Suaranya terdengar memilukan dan menyedihkan, terlebih saat sebuah nama dilontarkan olehnya. 

Kemudian pandangannya berpindah pada dua alpha lengkap dengan setelan jas hitam masing-masing yang tak hentinya bermuram durja. Mata mereka memerah, tapi tak satupun air mata yang tampak. Keduanya seperti tengah bertikai dengan pikiran masing-masing. Menyayangkan kepergian kawan alpha-nya akibat keteledoran mereka. 

Dan terakhir, fokusnya jatuh pada sosok alpha di sisinya. Pria itu juga hanya diam semenjak kedatangan mereka kemari. Matanya yang bulat tampak melukiskan kesenduan yang mendalam. Memandang satu-satunya foto yang terpampang di depan mereka. Dan setelah menyadari jika sedang dipandang, alpha itu menoleh. 

Sebaris senyum pun terbit di wajah itu. Seakan menumbuhkan oase di tengah-tengah perasaan Taehyung yang mati rasa. 

"Mau keluar sebentar?"

Karena tidak tahu lagi harus berbuat apa lagi di sana, akhirnya Taehyung menyetujui ajakan Jungkook. 

***

Langit seakan ikut berkabung. Awan-awan biru keabuan menggelantung di langit. Pandangan Taehyung beralih saat tubuhnya ditarik duduk di atas sebuah bangku. Matanya bertemu dengan alpha bermata bulat di sampingnya. Sekali lagi, senyum yang diberikan sang alpha, menyiram hatinya yang sedang kekeringan. 

"Kau sedang memikirkan sesuatu?" 

Taehyung menggeleng. 

"Sejak tadi kuperhatikan kau hanya diam tanpa ekspresi. Itu membuatku khawatir." Jungkook meraih tangannya, mengelus punggung tangannya lembut.

Fokus pandangannya turun pada tangan mereka. Ukuran tangannya memang lebih besar, tapi kalah kekar dengan milik Jungkook. Sehingga tangannya seolah tertelan. 

"Aku hanya ... merasa kebas."

"Wae?"

"Semuanya seperti berjalan dengan sangat cepat. Baru kemarin aku bertemu Yoongi hyung, dan sekarang dia sudah ... pergi."

Masih sambil menggenggam tangan Taehyung, Jungkook merubah posisi lengannya di belakang tubuh Taehyung, membuat Taehyung seperti memeluk dirinya sendiri. Lalu menggeser si omega sehingga tidak ada jarak lagi yang memisahkan keduanya. Apa yang dilakukan Jungkook barusan, membuat Taehyung menatapnya. 

"Kau bisa melepaskan emosimu sekarang, Tae. Menangislah sepuasnya."

"Tidak bisa...."

"Kenapa tidak bisa?" 

Dan setelah mendapat pertanyaan itu, matanya kemudian berkaca-kaca. 

"Y-Yoongi hyung ... hyung ... dia pergi karenaku ... karena menyelamatkanku.... A-aku ti-tidak berhak menangis ... Y-Yoongi hyung mati karenaku...."

Wajah mereka yang sudah dekat, jadi semakin dekat ketika Jungkook menangkup pipi Taehyung dengan satu tangannya. Saking dekatnya hingga suara napas mereka terdengar begitu jelas. 

"Itu tidak benar. Kau tidak salah apa pun, Taehyung."

"T-tapi hyung--"

"Yoongi hyung, kau tahu bukan, seperti apa karakternya itu? Dia tertembak untuk melindungi Sena. Seumpama aku berada di sana, aku pun tidak akan berpikir dua kali untuk melindungi yang lain dari target tembakan. Itu adalah insting dari alpha, Taehyung. Dan itu merupakan pilihannya, bukan salahmu."

Akhirnya air mata yang tertahan itu tumpah ruah juga membasahi wajahnya. Tubuhnya menggigil hebat di rengkuhan Jungkook. Jika ditanya apakah dia merasa lebih baik setelah mendengar penjelasan Jungkook, tampaknya tidak juga. 

Daripada merasa lega karena itu bukan salahnya, dia justru menjadi semakin sedih bahwa mulai detik ini, dia akan merindukan Yoongi lagi dan lagi tanpa sekalipun memiliki kesempatan untuk bertemu. 

Jungkook sendiri memeluknya erat. Mengusap-usap punggungnya sambil mencium puncak kepalanya. 



tampaknya jadi semakin ga jelas ceritanya wkwkwk

mau end :*


Sorry, MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang