Taehyung pov

1.3K 188 7
                                    

Min Yoongi

Oh Sena

Park Jimin

Jeon Jungkook

Kim Seokjin

Aku sungguh bersyukur telah bertemu dengan mereka berlima. Terlepas dari jeratan kelompok Taecyeon, bisa kubilang hidupku kini berjalan dengan sempurna.

Aku memiliki alpha mate yang baik dan tentunya menyayangiku. Aku juga memiliki seseorang yang selalu siap mendengarkan keluh kesahku, bahkan kuanggap sebagai adik perempuan sendiri. Tidak luput pula seorang teman sebaya yang membuatku jauh dari rasa kesepian, serta seseorang yang bersedia mengajariku banyak hal meski ia lebih muda dariku. Dan terakhir, ialah sosok yang pernah mengalami hal serupa sepertiku sehingga aku merasa dimengerti olehnya.

Bertemu mereka membuatku tidak ingin kehilangan momen ini. Kebahagiaan yang dulu hanyalah angan belaka, kini terjadi dengan begitu saja. Rasanya aku tidak lagi hidup dengan dihantui ketakutan dan kekhawatiran. Mereka telah membuatku merasa dimengerti, disayangi, bahkan dilindungi.

Aku tidak ingin kehilangan momen ini. Sama sekali.

Semenjak pertemuanku dengan mereka, tidak ada hal lain yang kuinginkan selain tetap bersama-sama dengan mereka hingga akhir hayat.

Apakah itu permintaan yang egois, wahai Dewi Bulan?

Kenapa kau dengan begitu mudahnya menarik semua itu dalam sekejap?

Sebesar apakah salahku hingga kau lakukan ini padaku?

Di tengah-tengah pengapnya tempat ini, terbayang dengan jelas wajah Yoongi hyung saat mengetahui tanda kepemilikan wolf lain di leherku, begitu juga dengan Jungkook. Ia mengerikan. Taringnya yang tajam terlihat sekali ingin menerkam dibarengi dengan matanya yang semerah darah. Mereka yang kukagumi dengan kelemahlembutannya, bisa dengan sekejap berubah menjadi mengerikan dan itu semua karena salahku.

Aku benci diriku. Kurasa kau pun sama bencinya padaku, wahai Dewi Bulan.

Kau membantuku melepaskan diri dari tempat ini untuk bertemu mereka, dan kau jualah yag mengembalikanku ke tempat ini terpisah dari mereka.

Dewi Bulan, bisakah aku meminta satu hal saja darimu?

Tolong...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

...habisi saja nyawaku.    

Sorry, MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang