14

1.2K 171 24
                                    

Taehyung terjerembab dengan wajah dan dada yang lebih dulu menyentuh lantai. Sekujur tubuhnya luar biasa sakit, terlebih di bagian belakang. Ia dapat merasakan cairan di sekitar kakinya, termasuk bau karat yang menyesaki pernapasannya.

Satu-satunya orang yang berada di ruangan itu bersamanya terengah. Sesaat kemudian Taehyung bisa mendengar suara resleting diikuti ketukan sepatu yang menjauh. Ia mencoba melihat di antara bulu matanya, untuk mendapati bayangan Jung Hoseok yang menghilang di balik jeruji.

Lagi-lagi rasa sakit itu datang. Dia tidak bisa menjangkaunya meski kedua tangannya diborgol di belakang. Satu-satunya yang dapat dia lakukan hanyalah merubah posisinya menjadi menyamping, dengan tubuh bagian kanan yang menempel lantai.

Air matanya jatuh bergiliran menggenangi lantai. Kini akal sehatnya telah kembali bekerja, menyesali apa yang barusan ia perbuat dengan beta itu. Ia merasa sangat jijik dengan tubuhnya. Bagaimana bisa ia dengan mudahnya melemparkan dirinya ke dalam api? Jika saja tangan bisa meninggalkan jejak, mungkin sudah penuh jejak itu di seluruh tubuhnya. Jungkook ... Taehyung memikirkan perasaan Jungkook.

Omega sepertinya tak lebih hanyalah beban. Dia tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Pantaskah yang seperti itu menjadi pendamping alpha yang baik hati seperti Jungkook?

Mungkin ya, dia tidak bisa menampik fakta bahwa Jungkook pernah hampir melecehkannya. Tapi tali hubungan mate yang menggelikan itu membuatnya memiliki soft spot untuk Jungkook di hatinya. Mereka bahkan hampir akan memulai kehidupan yang baru. Hari ini Taehyung berencana menyelesaikan urusannya dengan Yoongi sebelum memutuskan untuk tinggal bersama Jungkook. Tapi entah bagaimana, dia justru berakhir di sini, di titik awal kehidupannya yang menyedihkan.

Terlalu banyak memori buruk yang tak ingin dikenangnya di tempat ini. Sebelum bertemu dengan Yoongi, ia tidak pernah memakai baju yang pantas.Beta melihatnya sebagai perempuan. Mereka selalu memberinya baju perempuan seperti dress bahkan lingerie dan menyuruhnya memanggil mereka dengan sebutan master atau daddy. Bermain peran sebelum menyiksanya secara seksual.

Taehyung benci semua itu. Ia tidak merasa dilihat sebagai manusia. Terlebih seringkali mereka menyuntiknya dengan obat perangsang yang akan membuatnya mau tak mau memohon untuk disetubuhi.

Isakan lolos dari bibirnya. Dia ingin seseorang memeluknya saat ini. Memeluknya dengan penuh kasih sayang dan berbisik padanya kalau, "Semua akan baik-baik saja. Kau aman sekarang."Tapi apakah itu mungkin? Jungkook pasti sudah kalah saat ini karena kalah jumlah dari kelompok beta Taecyeon. Rasanya, Taehyung ingin mati saja sekarang.

Entah sejak kapan, tahu-tahu dia tertidur dan bangun saat mendengar suara ribut-ribut dari luar. Matanya yang bengkak dan lengket dipaksa terbuka lebar untuk mengamati sekitar. Masih tetap di tempat yang sama. Tapi suara di luar, semakin kesadarannya terkumpul, ia bisa menebak bahwa sesuatu sedang terjadi.

Penyerangan.

Ada yang menyerang markas Taecyeon dan dia tidak bisa menyimpulkan apakah itu penyerangan dari kelompok lain, ataukah dari Epiphany pack yang menolongnya. Yang jelas saat mendengar keributan itu dia panik sendiri. Sekilas dia melupakan borgol di tangan dan rantai di lehernya untuk berlari kabur. Tapi jangankan lari. Bergerak saja tubuhnya sudah sakit di sana-sini. Ia menjerit dan jatuh kembali dalam posisi tiduran, mengerang kesakitan disertai air mata yang tertahan.

Tepat di saat itulah, dia mendengarnya.

"Taehyung...."

Memastikan bahwa pendengarannya tidak salah, ia perlahan membuka matanya demi melihat tiga sosok yang berdiri di luar sel. Salah satu dari mereka adalah seorang wanita, satu lainnya tengah membuka pintu, dan satu yang terakhir, menatapnya dengan mata berlinang usai menyebutkan namanya.

Itu Jungkook.

"Jungkook ... Jungkook!"

Mengesampingkan rasa sakitnya, Taehyung buru-buru merubah posisinya menjadi duduk. Jungkook pun sama. Dia mendorong Seokjin menyingkir dari pintu yang akhirnya bisa terbuka demi berlarian menghampiri Taehyung, membawa Taehyung ke dalam pelukannya.

"Jungkook ... hiks...."

Jungkook yang memeluknya erat tak peduli meski ia tak memakai sehelai kain pun, mengusap punggungnya yang penuh memar dengan lembut. Alpha-nya pun menangis di bahunya, meski tak ada suara sama sekali darinya.

"Semua akan baik-baik saja, Taehyung. Kau aman sekarang."

Ucapan itu berhasil membuat tangis si omega semakin keras. Apa yang diinginkannya akhirnya terkabulkan. Ia semakin dalam membenamkan wajah di leher Jungkook, menghirup dalam-dalam aromanya.Dirinya bahkan sampai tidak menyadari bahwa Seokjin dan Yeonhee—pasangan Jimin, telah ikut bergabung bersama mereka duduk di lantai dingin itu.

Tanpa banyak bicara Seokjin melepaskan borgol serta pengikat leher Taehyung menggunakan kunci yang ditemukannya di markas itu. Setelah Taehyung merasa bahwa tangannya telah bebas kembali, dia tanpa pikir panjang langsung mengalungkannya di leher Jungkook, membawa diri mereka semakin menyatu.

Jungkook sendiri perhatiannya telah tersita pada tanda baru di leher Taehyung. Hatinya terluka melihat tanda itu karena itu berarti Taehyung telah disetubuhi orang lain. Bukan, dia bukannya marah pada Taehyung. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak becus menjaga Taehyung. Bukankah Taehyung berakhir begini karenanya juga?

Sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya. Perlahan Jungkook mendorong bahu Taehyung, memintanya saling bertemu muka lalu menangkup wajahnya. Ia tersenyum mendapati ketampanan Taehyung yang sama sekali tidak luntur meski wajahnya begitu merah dan bengkak akibat menangis.

"Taehyung, aku ingin kau melakukan sesuatu."

Taehyung menatapnya tak mengerti.

Jungkook memiringkan sedikit kepalanya, memamerkan lehernya yang masih terdapat bekas cengkraman Taecyeon. "Tandai aku."

Si omega membelalak. Bagaimana tidak? Menandai alpha adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi omega. Sebagian besar alpha tidak melakukannya karena itu menginjak harga dirinya sebagai pemegang status sosial tertinggi. Menandai adalah bentuk kepemilikan. Seperti seorang raja yang memegang hak kepemilikan para selirnya, alpha memiliki, omega dimiliki. Tidak ada cerita di mana omega memiliki alpha. Meski keduanya menikah, alpha bebas memiliki omega lain sebagai gundiknya, sementara kebijakan yang sama tidak berlaku terhadap omega.

"Tapi Jungkook...."

"Taehyung, kau masih ingat yang kukatakan tadi pagi? Orang yang akan mencintaimu dengan tulus, yang tidak hanya akan menginginkan tubuhmu apalagi memanfaatkanmu, dia akan datang padamu suatu hari nanti. Tapi aku tidak ingin kau menderita selama menunggunya datang. Aku ingin kau bahagia, apa pun itu. Jadi kumohon, sampai orang itu datang, izinkan aku untuk menjaga dan membahagiakanmu, Taehyung. Milikilah aku."

Perasaan Taehyung seakan membuncah. Lagi-lagi airmata turun dengan begitu deras. Ia tak bisa menjelaskan bagaimana bahagianya dirinya usai mendengar itu. Jungkook adalah mate-nya, dan semua orang tahu itu. Tapi mengapa Jungkook bisa berpikiran kalau orang yang benar-benar mencintainya dengan tulus bukan dia sendiri? Kenapa Jungkook bisa tidak seegois itu? Meski Yoongi pernah mengatakan hal yang sama, tapi untuk kasus Jungkook ini beda.

Jungkook melakukannya karena ia benar-benar tulus pada Taehyung, sementara Yoongi, melakukannya karena tak ingin melukai perasaan Sena.

Setidaknya itu sudah cukup menjadi alasan bagi Taehyung untuk mencium Jungkook kali ini.

Dan detik itu juga, terdengar suara tembakan.



akhirnya update fuh..

Sorry, MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang