6

1.4K 221 7
                                    

Untuk pertama kalinya Taehyung keluar dari flat. Memakaicoat cokelat kebesaran milik Yoongi dengan syal hitam melilit lehernya. Dia ikut naik mobil Yoongi untuk pergi mengantar Sena kuliah. Setelah itu dia diajak berbelanja baju-baju dan kebutuhan lain, kemudian pergi ke restoran Yoongi.

Mungkin karena trauma, Taehyung tampak sedikit ketakutan berada di khalayak ramai. Dia terus-terusan menempel pada Yoongi, tidak mau melepaskan diri atau setidaknya menjauh sejenak dari alpha mate. Dan Yoongi yang menyadari itu lantas menggandeng tangan Taehyung, gestur kalau dia akan membuat Taehyung aman.

"Wow wow, siapa ini?" Jimin, si penjaga kasir sekaligus manajer di restorannya, berseru saat melihat Yoongi datang bersama lelaki asing. Ekspresinya menunjukan kalau dia penasaran dengan sosok yang berusaha menyembunyikan diri di balik tubuh mungil Yoongi. Bagaimanapun tetap kelihatan karena ukuran tubuh Taehyung nyaris dua kali lebih besar dari Yoongi.

"Tidak apa, dia orang baik," bisik Yoongi pada Taehyung yang akhirnya membuat Taehyung berhenti menyembunyikan diri.

"Perkenalkan dirimu."

Taehyung memandang Yoongi ragu. Setelah mendapat anggukan dari alpha mate, dia pun menghadap sepenuhnya pada Jimin lalu membungkuk.

"Annyeonghaseyo ... aku, Kim Taehyung. Dua puluh tiga tahun."

"Dua puluh tiga? Wah, kau seusia denganku. Namaku Park Jimin. Salam kenal, Taehyung-ssi."

Taehyung mengangguk, malu-malu.

"Tapi Hyung, apa hubunganmu dengan Taehyung?" Jimin bertanya dengan penasaran.

Yoongi tersenyum penuh arti sambil memandang Taehyung. "Kita bicarakan nanti, Jimin. Setelah Jungkook datang."

"Oh, baiklah."

"Ikut aku." Yoongi lagi-lagi menggandeng tangan Taehyung untuk mengekorinya. Mereka pergi ke lantai tiga, tempat di mana para pekerja beristirahat dan berganti pakaian serta terdapat satu ruangan yang cukup besar untuk kantor direktur dan manajer.

"Taehyung."

Yang dipanggil langsung menoleh. "Ne."

"Bagaimana kalau kau mulai bekerja di sini?"

Kedua mata Taehyung yang sudah lebar itu tampak makin lebar. "Bekerja di sini?"

Yoongi mengangguk. Ia merekatkan kedua tangannya, membentuk sebuah kepalan. "Kau tidak bisa terus selamanya berdiam diri di dalam rumah, Taehyung. Kau harus punya kehidupan, pekerjaan. Aku juga ingin kau punya teman selain aku dan Sena tentunya. Kau sudah cukup menderita selama dua tahun terakhir ini dan aku ... ingin kau bahagia. Kau akan aman di sini, ada aku, Jimin dan Jungkook. Kami bertiga akan melindungimu."

Perasaan Taehyung menghangat saat mendengar kalau Yoongi melakukan ini semata-mata untuk membuatnya bahagia. Tentu saja dia bahagia. Bertemu dengan Yoongi saja dia sudah bahagia. Dan dia lebih bahagia lagi setelah mendapati bahwa Yoongi adalah tipikal mate yang tidak menggunakan dominansinya untuk menjadikan Taehyung sebagai seorang slave.

"Kau bersedia?"

Taehyung mengangguk yakin. "Aku bersedia, Hyung.Gomawoyo."

Yoongi mengusap rambut selembut bayi milik Taehyung. "Hari ini kau akan dilatih oleh Jimin. Ganti bajumu dengan seragam yang ada di meja itu."

***

Jungkook mendendangkan lagu 'Nothing Like Us' saat ia masuk ke dalam restoran. Suaranya yang manis bak madu itu sanggup menarik perhatian para pelanggan. Tapi dia terlihat sama sekali tidak peduli, toh sudah biasa, karena setiap malam tiba dia akan menyanyi di panggung kecil restoran itu sebagaievent spesial harian pelanggan. Satu-satunya yang membuat dia peduli hanyalah keberadaan pria asing yang sedang berdiri bersebelahan dengan Jimin di meja kasir. Mungkinkah karyawan baru?

Sorry, MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang