3

1.5K 245 11
                                    

Sena bukanlah tipe gadis yang akan berlarut-larut dalam kesedihan meski kepribadiannya melankolis. Beberapa jam kemudian dia sudah kembali ceria bahkan mengajak Taehyung untuk ikut bergabung memasak makan malam.

"Omo! Oppa! Tolong ambilkan kotak obat. Ppali!"

Yoongi melirik sekilas jemari Taehyung yang berdarah sebelum menghilang memasuki kamar dan kembali beberapa detik kemudian sambil membawa sebuah kotak dengan tanda plus merah di bagian tutupnya. Ia langsung menaruh kotak itu di atas meja dan menyiapkan kursi untuk Taehyung duduk. Setelah Sena selesai membersihkan darah Taehyung dengan air, dia pun menuntun Taehyung untuk duduk dan membiarkan Yoongi mengambil alih.

"Kau menekan pisaunya terlalu dalam," gumam Yoongi saat mengamati luka di jari telunjuk Taehyung. Setelahnya ia melepas sejenak tangan Taehyung untuk menyiapkan perban dsb.

Sementara Yoongi sibuk sendiri, Sena tak bisa melepas pandangannya dari Taehyung. Lelaki yang ditakdirkan menjadi mate kekasihnya itu tampak berurai air mata. Menangis seperti perempuan tapi bertingkah kuat dengan tidak sesenggukan sebagaimana seorang pria. Sena tahu banyak tentang omega. Mereka sangat lemah dan lembut di balik paras yang luar biasa cantik/tampan. Dan Sena tahu betul bagaimana perasaan omega saat mate menyentuh mereka. Taehyung tampak lebih baik-baik saja saat Yoongi menyentuhnya dibanding dengan obat.

Sambil tersenyum, Sena pun mengejutkan Yoongi dengan aksinya mengambil alih tugas mengobati Taehyung secara tiba-tiba.

"Sena?"

"Biar aku saja yang obati."

"Tapi—"

"Sssh. Kau itu harusnya lebih peka, Oppa. Dia itu butuh kau memeluknya, bukan mengobatinya. Kau tidak lupa kalau kalian ini mate 'kan?"

Wajah Taehyung memanas saat Yoongi menoleh padanya. Buru-buru ia menunduk untuk menyembunyikan semburat kemerahan—yang baginya—memalukan itu.

"Sini, tukar posisi." Sena pun menarik Yoongi untuk berdiri di tempatnya, sementara dia di tempat Yoongi.

"Menunggu apa? Cepat peluk." Sena berseru gemas melihat Yoongi yang hanya berdiri dengan canggung di samping Taehyung. Ia sendiri baru akan mengaplikasikan obat merah ke luka Taehyung.

"Sena, ini—"

"Oppa, aku sudah mengizinkanmu. Toh kau sendiri yang bilang kalau sekarang dia adalah adikmu. Kenapa malu memeluk adik sendiri, hm? Ayolah ppali."

Walau sedikit tidak rela, mau tidak mau Yoongi pun melakukannya. Apa sih yang tidak untuk Sena? Yoongi sudah terlalu dilemahkan dengan gadis itu sejak pertama kali mereka bertemu dalam prom universitas. Sena seakan alphauntuknya.

Dengan canggung, Yoongi pun merangkul bahu Taehyung. Tapi sepertinya itu tidak membuat Sena puas. Gadis itu melotot menyuruh Yoongi melakukan lebih. Sehingga terjadilah pelukan yang Sena harapkan. Tangan Yoongi di bahu Taehyung berpindah ke pinggang, sementara tangannya yang lain menggerakkan kepala Taehyung untuk bersandar di bahunya.

"Sudah puas?" sindir Yoongi saat melihat senyum cerah di wajah gadisnya.

"Sangat," balas Sena sambil berkedip genit.

Yoongi memutar bola matanya.

Dua lelaki itu tetap bertahan dalam posisi tersebut sampai selesai. Tidak ada lagi perasaan canggung di dada Yoongi terhadap kontak fisik mereka. Keduanya adalah mate, sudah wajar apabila satu sama lain merasa nyaman dengan kehangatan natural dari tubuh masing-masing. Taehyung benar-benar berhenti menangis, dan beralih menikmati waktu dengan mengamati fitur wajah Yoongi. Sungguhmanly. Dari sekian werewolf yang ia temui, hanya Yoongi yang terlihat menarik di matanya. Rahang yang tegas, bibir kemerahan yang tipis dan lembut, serta sorot mata yang tajam. Oh ya, jangan lupakan aroma petrikor yang menguar dari tubuh Yoongi. Sejak kecil ia sangat menyukai aroma tanah yang khas di saat hujan itu. Dan dia makin suka dengan petrikor semenjak Yoongi memiliki aroma itu juga.

Merasa diperhatikan, Yoongi pun ikut menoleh. Dahinya berkerut mendapati lensa mata Taehyung berubah biru terang.

Warna matamu berubah.

Taehyung tersentak saat mendengar suara manly milik wolfYoongi di kepalanya. Pelan, ia tersenyum.

Benarkah?

Hm. Wae?

Aku bahagia.

Taehyung terkekeh tanpa suara mendapati tanda tanya besar di wajah Yoongi.

Terima kasih, untuk tidak menelantarkanku di jalan.

Kau pikir aku akan sekejam itu melakukannya?

Kau sangat tampan, Hyung.

Wajah Taehyung bersemu ketika wolf-nya berbicara seperti itu. Ia menggigit bibir bagian bawahnya saat melihat reaksi Yoongi.

Maaf.

Kau juga. Kau sangat tampan, Taehyung.

Pernyataan tersebut tak ayal membuat wajah Taehyung makin merah.

"Kau sakit, Tae?" tanya Sena tiba-tiba.

Taehyung buru-buru menarik kepalanya dari bahu Yoongi dan menggeleng pada Sena. "Aku baik-baik saja, Nona."

"Nona? Ehey, jangan panggil aku seperti itu. Panggil saja Sena," ujarnya sembari memukul pelan lengan Taehyung. Ia pun segera membereskan peralatan medisnya. "Aku sudah selesai. Usahakan jangan sampai tanganmu terkena air, hm? Kita akan mengganti perbannya setiap hari."

Taehyung mengangguk semangat, tak luput dengan senyum di wajahnya.

"Ternyata Yoongi membawa efek besar untukmu ya," ujar Sena seperti seorang ibu yang bangga terhadap anaknya. Dia melihat bagaimana Yoongi mengusap rambut Taehyung sebelum bergerak menjauh. Dan anehnya tidak ada sama sekali perasaan cemburu atau sejenisnya. Ia justru ikut bahagia melihatnya.

"Mulai sekarang aku adalah shipper kalian. Taegi biggest shipper!"

tbc

Sorry, MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang