Bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Anak kelas XI IPA 2 pun berhamburan menuju kantin karena perut mereka telah meronta minta diisi makanan. Pelajaran fisika Bu Endah memang membuat senam jantung. Pasalnya beliau suka sekali menunjuk salah satu murid untuk mengerjakan soal di papan tulis. Jika tidak bisa maka akan kena hukuman apapun dari Bu Endah.
"Davin bangunn. Ke kantin yuk" ucap Nara sambil menarik-narik lengan Davin. "Pacar lo mana sih. Pacar lo siapa sih. Gue atau Arka. Udah sana sama pacar lo aja" jawab Davin dengan malas dan berniat ingin melanjutkan tidurnya.
"Nanti udah janjian langsung di kantin. Ayo temenin gue kesana".
"Lo lupa jalan ke kantin atau gimana? Gue mager banget ini Ra. Ngantuk gue" Davin berbicara dengan nada dingin.
Nara berdecak kemudian meninggalkan Davin sendirian di kelas. Pasalnya dia sangat sebal sekali jika Davin menatapnya dingin seperti barusan. Saat sampai di Kantin Arka melambaikan tangannya. Disana juga sudah ada Safa, Oliv, Dika, dan Dion.
"Mau makan apa?" tanya Arka sambil menepuk-nepuk bangku disebelahnya. Mengisyaratkan Nara untuk duduk.
"Samain aja sama kamu" jawab Nara kemudian duduk disebelah Arka.
"Gue pesenin dulu ya" timpal Oliv yang dijawab anggukan dari kami semua.
Selama makan semuanya tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka asik dengan makanannya masing-masing.
*****
Sepulang sekolah Arka dan Nara memutuskan untuk pergi ke kafe Cinkara. Mereka menghabiskan waktu hampir satu jam disana. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Banyak yang tersenyum ke arah mereka. Tidak sedikit juga yang menatap iri mereka. Mungkin pada jomblo ya wkwk.
"Diluar mendung. Kayaknya mau hujan deh. Ngggak pulang?" ujar Arka sambil mengkup kedua pipi Nara dan tersenyum. Nara yang sedang makan es krim semakin terlihat menggemaskan di mata Arka.
"Arkaa. Malu tau ga dilihatin orang. Kasian yang pada jomblo" Arka hanya terkekeh mendengarnya.
"Yaudah yuk pulang es krim aku udah abis" kemudian Arka mengangguk.
Selama di perjalanan Nara terus bercerita dan sesekali Arka menjawab dengan tertawa karena cara bicara Nara yang terdengar lucu di telinganya. Tapi tiba-tiba hujan turun dengan deras menyebabkan sepasang kekasih itu harus berhenti sejenak untuk berteduh.
Nara merapikan rambutnya yang berantakan kemudian menggosok-gosokkan telapak tangannya. Ia mulai merasa udaranya semakin dingin.
Arka yang melihat Nara kedinginan dengan sigap melepas jaketnya dan memberikannya pada Nara. Nara menggeleng. "Kamu aja yang pakai. Aku gapapa"."Cewek itu hobi baget sih bilang gapapa padahal sebenernya kenapa-kenapa. Mau pake sendiri atau aku pakein".
"Tangan aku gemeteran. Jadi nggak bisa masang jaket sendiri" Jawab Nara sambil nyengir dan memasang wajah tak berdosa.
"Bilang aja langsung kalo minta dipakein jaketnya. Gausah pake kode-kode an segala. Udah peka aku mah kalo soal beginian" Arka pun memasangkan jaket miliknya pada Nara dan merapikan rambut Nara yang menutupi wajahnya.
Setelah hampir 30 menit hujan masih saja deras. Arka menggosok-gosokkan telapak tangannya. Hawa dingin serasa menusuk kulitnya. Jalanan juga mulai sepi karena hari mulai gelap.
"Arka? Kamu kedinginan ya"
"Ah enggak kok"
"Gausa bohong. Aku tau kamu kedinginan".
"Bentar aku mau kesana. Siapa tau ada yang jual teh anget atau semacamnya"
Nara hanya berjalan dua langkah dari tempatnya tapi kemudian Arka menarik lengan Nara. Akibatnya Nara jatuh ke pangkuan Arka.
"Arka a-aku mau beli minum dulu"
Arka menggeleng. "Kamu mau beli dimana. Enggak ada Nara. Udah ya kamu gini aja. Disini aja. Aku kedinginan" Arka semakin mengeratkan pelukannya.
Nara merasakan ada desiran hangat di sekujur tubuhnya. Jantungnya berpacu sangat cepat.
*****
"Arka. Hujannya udah reda. Sekarang juga udah gelap. Pulang yuk. Disini sepi banget lagi. Aku takut"
"Gausa takut. Ada aku kok disini. Ayo pulang". Arka menggenggam tangan Nara, tetapi Nara merasakan bahwa tangan Arka panas sekali. Nara menghentikan langkahnya dan otomatis Arka yang sedari tadi berada di depannya berhenti juga.
"Kenapa?"
"Tangan kamu panas banget"
"Masa sih" Jawab Arka sambil memegang leher, tangan dan kepalanya. "Oh iya panas. Biarin aja deh"
"Kok biarin sih. Emang kamu masih kuat ngendarain motornya?"
"Kuat lah"
"Beneran?"
"Iya sayang"
Pipi Nara bersemu merah. Arka selalu bisa membuat pipi nya memerah seperti kepiting rebus.
"Nggak jadi pulang nih?liatin aja akunya sampe pagi. Katanya takut"
"Eh iya iya hehe"
*****
"Assalamuailakum Nara pulang"
"Waalaikumsalam kok baru pulang sayang"
"Tadi habis dari cafe, Nara kehujanan sama Arka terus berteduh sambil nunggu hujannya reda" terang Nara pada Bu Nila. Mamanya.
"Yaudah kamu mandi terus ganti baju dulu"
"Iya ma Nara ke kamar dulu"
"Nanti kalau udah mandi makan malam ya. Udah mama siapin di meja makan"
"Iya ma"
*****
Part 2 selesai gaiss:D
Vote and comment yaaa:D
Maapin Author kalo typo bertebarannn:))
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINARA
Teen Fiction"Seperti halnya kaca yang retak, diperbaiki bagaimanapun pasti tidak akan bisa menyatu seperti awal, tetapi membiarkannya begitu saja juga tak akan membuatnya utuh kembali". -Dinara Elya Zahirah- "Selama ini kamu hanya terlalu fokus kepada s...