"Wahh bagus banget. Makasih ya udah bawa aku kesini"
"Sama-sama sayang"
"Ih apaan sih"
"Yauda biasa aja kali gausa salting gitu" Arka tertawa renyah kemudian mencubit pipi Nara.
"Aww sakit"
"Eh sakit ya? Yang mana yang sakit? " Arka mengangkup Kedua wajah Nara dengan kedua tangannya.
Nara merasakan jantungnya berdegup kencang. Ada desiran hangat di sekujur tubuhnya. "Duh kalo Arka denger degupan jantung gue gimana dong. Kan gue malu. Ini kenapa sih. Mau ngomong aja susah banget. Mana Arka ganteng banget kalo keringetan gini. Duh jadi serba salah kan". Nara membatin dalam hati.
"Ra. Kamu ngerasain apa yang aku rasain sekarang? "
"A--apa?"
"Siniin tangan kamu"
Arka meraih tangan Nara dan menaruh tangan itu di dadanya. Nara merasakan degup jantung Arka seperti tidak beraturan. Nara terpaku. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara. "Ya ampun nih Arka ngapain sih. Selalu aja buat gue senam jantung".
"Ra? Mau sampe kapan ngeliatin aku?"
"Ha?"
"Duduk yuk"
Nara mengangguk. Selama beberapa menit tidak ada yang memulai pembicaraan. Suasana nya hening. Mereka menikmati angin yang menggoyangkan banyak pepohonan di sana.
"Aku suka banget danau Ra." ucap Arka.
"Kenapa?"
"Karena aku ngerasa kalau di danau hati aku bisa adem. Karna aku suka ketenangan. Makanya kalo ada masalah apapun aku pasti ke danau. Lebih tepatnya danau ini"
Nara menyenderkan kepalanya ke bahu Arka.
"Ar?"
"Iya?"
"Kamu janji ya?"
"Apa?"
"Jangan tinggalin aku."
"Kenapa tiba-tiba kamu bilang gitu?"
"Nggak tau. Aku ngerasa kayak ada yang mau pisahin kita berdua. Aku takut."
"Kamu nggak usah takut"
"Iya. Di hati kamu cuman ada aku kan?"
Arka terdiam. Menatap lurus ke arah Nara. Hal ini membuat Nara mengernyitkan dahinya.
"Ar?"
Arka tersentak. "Cuman aku kan?"
Arka hanya mengangguk sebagai jawabannya dan kemudian tersenyum.
"Besok aku jemput ya?"
"Hmm kayaknya aku dianter Pak Udin deh. Soalnya aku juga bareng sepupu aku. Dia juga sekolah di sekolah kita besok."
"Hmm yaudah deh".
"Nara bentar ya"
"Mau kemana?"
"Bentar. Jangan kemana-mana"
"Iya"
Tidak lama kemudian Arka kembali dengan membawa 2 cups es krim banana kesukaan Nara. Ketika melihatnya Nara berbinar-binar.
"Ini buat kamu"
"Makasih" Nara tersenyum manis.
"Jangan sering senyum kayak gitu"
"Loh kenapa? Nggak boleh?"
"Nggak"
Nara mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVINARA
Teen Fiction"Seperti halnya kaca yang retak, diperbaiki bagaimanapun pasti tidak akan bisa menyatu seperti awal, tetapi membiarkannya begitu saja juga tak akan membuatnya utuh kembali". -Dinara Elya Zahirah- "Selama ini kamu hanya terlalu fokus kepada s...