29. Konspirasi.

39 3 0
                                    

Setalah kepergian Malik, Indi dan teman-teman Indi. Sulis tiba-tiba ingin ke toilet dengan bergantian ia melihat Asanas dan pintu kamar mandi, entah perasaan-nya atau bagaimana tetapi ia serasa mendapat firasat yang tidak baik.

"Apa enggak papa, gue tinggalin Asanas sebentar?" Tanya Sulis kepada dirinya sendiri.

Karena sudah tidak tahan lagi Sulis segera masuk ke kamar mandi dan sedari tadi orang yang menunggu dibelakang sofa besar yang tidak disadari Sulis telah masuk setelah kepergian Indi dan Malik.

Langkah demi langkah semakin dekat, saat sudah dekat dengan ranjang Asanas ia pun tersenyum tanpa sadar saat melihat wajah Asanas yang tidak berdaya didepannya.

"Gimana rasanya jadi orang yang lemah?" Meski ia tau bahwa tidak ada jawaban ia tetap bertanya kepada Asanas yang hanya diam diatas ranjang rumah sakit.

"Cuih, kalau ditanya jawab goblok!"

"Lo berani diem aja?"

Tiba-tiba suara kekehan pelan terdengar  "oh ya gue lupa kalau lo lagi sekarat."

Orang tersebut mengambil sebuah bantal sofa lalu membawanya kearah Asanas dengan gerakan pasti ia membekap seluruh muka Asanas dan membuat Asanas sulit bernafas "kurang baik gimana gue, gue bakal buat lo enggak bakal kesakitan lagi."

"Lo yakin Asanas enggak bakal kenapa-kenapa kalau kita tinggal sendirian?." Tanya Malik yang sudah ke tujuh kali setelah mereka sampai di cafetaria rumah sakit.

Indi mendelik marah kearah Malik, sedangkan Andika melempar kentang goreng kearah Malik.

"Lo ngomong sekali lagi, gue tendang!" Ancam Indi sambil menunjuk tepat di wajah Malik.

"Kan udah ada temen lo yang njagain." Tutur Andika yang sudah berulang kali.

Malik mengelus dadanya, lalu menerawang kearah luar jendela cafetaria "tapi perasaan gue ngak enak gitu deh." Ungkap Malik yang seakan mempunyai firasat buruk sedang terjadi kepada Asanas.

Indi mengelus tangan Malik perlahan "lo harus yakin kalau Asanas bakal baik-baik aja, oke!" Ucap Indi memberi semangat kepada Malik.

Dava yang sedari tadi diam melirik kearah tangan Indi dan Malik. Dan tanpa orang tau Dava menggertakkan gigi.

Malik tersenyum jahil "betah banget pegangan tangannya." Ucap Malik sambil mengedipkan matanya jahil.

Indi yang tersedar segera menghembaskan tangan Malik lalu menatap sekitar, tiba-tiba ia merasa menyesal atas perbuatannya kepada Malik.

"Diem, kalau enggak mau gue lempar botol saos!" Tutur Indi melotot.

"Galak amat ya Allah." Ucap Malik sambil mengambil saos dan ditiluangkan kedalam mie ayam yang ia pesan.

Mufti baru saja tiba dirumah sakit, ia baru pulang dari sekolah langsung menuju ke rumah sakit, ia mengernyit heran saat melihat dokter dan suster yang berlari kearah lorong Asanas.

Seketika perasaan sesak merayap didadanya, dan tanpa aba-aba lagi Mufti berlari secepat mungkin kearah kamar Asanas. Ia takut sesuatu yang ia tak inginkan terjadi kepada Asanas, ia sudah menganggap Asanas seperti keluarganya dan saudaranya. Jadi bila terdiri sesuatu kepada Asanas ia juga merasakannya.

TrahisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang