Janji Dari Masa Lalu

63 5 0
                                    


Yogyakarta, 2003
Sunny dan Senja saat itu berusia 5 tahun. Sunny memiliki postur tubuh yang tinggi, tapi jika di bandingkan dengan Senja, Sunny sudah pasti kalah karna Senja jauh lebih tinggi dari Sunny. Itulah yang membuat Sunny merasa sedikit kesal jika Senja menggoda Sunny dengan sebutan

"Peri kecil yang memang kecil".

Godaan yang Senja buat berhasil membuat Sunny cemberut dan berlari mengejar Senja. Senja memberhentikan langkahnya setelah puas bermain kejar-kejaran bersama Sunny di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah Sunny.

"Yey aku menang Senja kalah", begitu kegirangannya Sunny melihat sahabatnya terengah-engah nafasnya karna capek berlari hampir dua jam tanpa henti.

"Iya deh kamu menang, aku ngaku kalah", wajah pasrah seorang Senja dengan keringat membasahi wajah dan bajunya.

"Senja.. ", suara parau Sunny melihat Senja terduduk lemas dengan nafas terengah-engah.

Tak tega melihat Sunny terlihat sedih dan merasa bersalah, Senja kembali bangun dari duduknya dan memeluk Sunny.

" Aku gak papa kok gak capek, kalo aku capek kan aku bisa istirahat ", Senja memperlihatkan senyum sumringahnya ke Sunny agar Sunny tak sedih.

Hari sudah menjelang sore, matahari mulai meredupkan sinarnya, menandakan ia akan beristirahat pada belahan bumi bagian barat ini.

Mereka berdua pun pergi ke tempat favorit mereka melihat matahari terbenam.

Yap mana lagi kalo bukan di rumah pohon pinggir danau, yang sengaja di buat oleh ayah Senja dan ayah Sunny dulu ketika mengahabisi waktu akhir pekan bersama 2 tahun yang lalu.

Sunny dan Senja pergi kesana setiap harinya tanpa melewati satu hari pun, dengan diantarkan oleh supir Sunny bernama Pak Jojo dan di kawal oleh 3 bodyguardnya yang bernama Om Dono, Om Kasino, dan Om Indro.

"Pak Jo, Om ke rumah pohon ya", ujar Sunny dengan penuh semangat.

Sesampainya di sana Senja dan Sunny berlari dan menaiki tangga menuju atas rumah pohon. Mereka berdua menikmati hal itu sampai benar-benar matahari sudah tak terlihat pancaran sinarnya dan berganti oleh bintang dan bulan.

"Senja ... ", ujar Sunny dengan senyuman penuh arti.

" Iya Sunny , kenapa? ", balas Senja dengan tatapan bingungnya.

" Aku mau jadi seorang ratu", ujar Sunny dengan senyuman manisnya.

"Kenapa? ", balas Senja dengan tatapan sama dengan sebelumnya.

" Karna jadi ratu itu menyenangkan, dia bisa minta apa aja yang dia mau, nanti aku bisa minta kamu jadi rajaku", timpal Sunny dengan girangnya.

"Sunny, jadi raja dan ratu tidaklah mudah, tunggu sampai dewasa baru bisa menjadi seorang raja dan ratu, lagi pula mereka saling mencintai untuk menikah dan mendapat gelar itu", ujar Senja dengan senyum penuh kehangatan.

"Kalau begitu cintai dan nikahi saja aku saat dewasa nanti, supaya aku bisa jadi ratumu dan aku bisa beli es krim sesuka hatiku tanpa ayah bunda larang", ujar Sunny dengan lantang dan enteng tanpa beban.

Senja yang baru saja mendengar perkataan Sunny hanya terdiam lalu tersenyum. Dia heran dengan ucapan sahabat kecilnya itu, walaupun dalam hatinya Senja sangat senang bahwa ternyata Sunny ingin selalu ada di dekatnya.

Ya walaupun juga dengan embel-embel terakhir yang kurang enak di dengar di telinganya, tapi tak apa mau dia minta belikan bertruk-truk es krim pun dirinya tak masalah, kalau itu membuat Sunny senang.

Karna tanpa senyuman di wajah Sunny yang tidak Senja lihat sedetikpun, itu akan menurunkan kadar semangatnya melakukan aktivitas apapun. Parah bukan? Sangat malah.

Sunny yang tak sabar mendengar jawaban dari pertanyaannya, langsung menekankan sebuah pertanyaan, tapi lebih tepatnya pernyataan dengan paksaan ala Sunny.

" Berjanjilah kalau kamu mau jadi rajaku Senja! ", ujar Sunny dengan nada memaksa.

" Aku tidak bisa berjanji Sunny", balas Senja dengan usapan tangan di kepala Sunny.

"Kenapa? Kamu tidak suka?", ujar Sunny dengan wajah memelas.

"Bukan begitu Sunny , seorang ratu harus memiliki sebuah istana dan aku harus bisa membuat istana dulu untukmu jika aku ingin menjadikanmu ratuku, bukankah itu yang harus aku lakukan sebagai rajamu? ", balas Senja

" Ini adalah istana kita berdua, bukankah ayah membuatkannya untuk kita, jadi tak usah payah membuatkan lagi, ini sudah cukup dan aku senang", timpal Sunny dengan menggerakan tangannya menyeluruh.

Tanpa Sunny meminta pun sebenarnya Senja selalu menjadikan Sunny ratu di hatinya dan di hidupnya.

"Baiklah Ratu Peri Kecil yang Memang Kecil ", ujar Senja dengan senyum dan tawa.

" SENJA!!! ",Sunny berteriak dan mulai menggelitiki Senja.

Membuat Senja kewalahan meminta ampun pada Sunny, namun Sunny tetap saja melanjutkan pembalasannya itu.

" Ampun Sunny hentikan, stop dong", ujar Senja dengan tawa geli nya.

"Tidak akan, habisnya kamu nakal sih", balas Sunny yang masih saja menggelitiki Senja dengan senyum dan tawa puasnya.

Jam menunjukkan pukul 20.00, terdengar teriakan dari bawah yang ternyata itu adalah suara Om Dono, Om Kasino dan Om Indro.

"Non Sunny, Den Senja turun kita pulang yuk", teriakan Om Dono, Om Kasino dan Om Indro bergantian dan bersautan.

"Oke Om", balas Sunny dan Senja menyauti dan turun dari atas rumah pohon.

Sebelum Sunny pulang, ia mengantarkan Senja kembali ke rumahnya.

"Dadah Senja", teriakan Sunny dengan lambaian tangan dan senyum manisnya. Setelah sampai di depan rumah Senja.

Senja menatap pergi mobil Sunny, sampai benar-benar dia tidak melihat lagi mobil Sunny dari pandangannya.

Senja pun masuk ke dalam rumah dan beristirahat setelah seharian ia melakukan banyak aktivitas di harinya bersama Sunny.

Begitupun juga Sunny di dalam kamarnya sudah terlelap dalam mimpi.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang