Assalamualaikum, Readers.
Author sebenernya bingung, nih, mau kayak gimana yaa lanjutin cerita si Lina ini, biar kalian gak bosen?
Makanya jangan cuma jadi sider, ya. Saran dan kritik kalian berarti buatku.
Oke, deh. Selamat membaca, yaa .... 😊"Mami ...!" seru Alice saat bangun tidur, dan mendapati Lina sedang duduk di sebelahnya. Sontak senyum lebar menghiasi wajah imut Alice.
"Mami ke mana aja ... Alice kangen Mami ...," rengek Alice saat Lina memeluknya erat.
Lina mencium pucuk kepala putrinya, dan berbisik pelan, "Iya, Sayang ... Alice, maafin Mami, ya ... Mami ada kerjaan di luar kota," jelasnya berbohong, lalu ia melepas pelukannya.
Alice mengalihkan perhatiannya pada sang kakak yang masih tidur dengan pulas di sofa. "Kak, Arsen, bangun ... Mami sudah pulang!"
"Sshht ... Alice, jangan bangunin Kak Arsen, biarin aja tidur," ucap Lina.
Namun, tak berapa lama Arsen pun bangun karena suara adiknya. Arsen yang sudah dalam posisi duduk itu hanya melirik tajam Maminya, lalu membuang muka.
Lina menyadari jika Arsen marah. Ia menghela napas, dan menghampiri putranya.
"Ar ...," panggil Lina pelan, lalu duduk di depan Arsen yang sedang menunduk. Arsen tak menanggapi.
"Arsen marah, ya, sama Mami?"
Arsen menggeleng pelan. Lina pun merangkulnya, tapi langsung ditepis oleh putranya tersebut.
"Mami harusnya nggak pergi dari rumah! Lihat itu ...." Tangannya menunjuk ke arah Alice. "Alice sakit gara-gara Mami!"
Lina tersentak. Ia menoleh ke arah Alice, yang tak kalah terkejut dengan ucapan kakaknya, Lina menatapnya nanar. Perasaan bersalah menggelayuti hatinya.
"Nggak, kok, Mamii ... Alice sakit bukan gara-gara Mami ...," sahut Alice sambil menggelengkan kepala.
Tiba-tiba Arsen bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu. Namun, saat hendak memegang handel, pintu tersebut lebih dulu dibuka dari luar.
"Loh, Arsen mau ke mana?" tanya Ny. Rosie. Tanpa menjawab, Arsen mundur beberapa langkah seiring nenek, kakek, dan seorang dokter melangkah masuk ke dalam ruangan.
Dokter mendekati Alice. "Alice masih pusing nggak, Sayang? tanyanya lembut sembari menempelkan stetoskop pada dada Alice.
"Alice udah nggak pusing, Om Dokter ... Alice boleh pulang, ya? Alice mau tidur sama Mami, Alice kangen Mami ...," jawabannya yang panjang, dan polos itu tak pelak membawa suasana ceria pada semua orang di dalam ruangan. Tak terkecuali dokter muda yang tengah mencabut selang infus dari pergelangan tangan Alice
"Hehe ... iya, iya ... Alice sudah sehat, kok, Alice boleh pulang hari ini," ucap Dokter tersenyum manis seraya mengelus pipi pasien kecilnya.
Alice bertepuk tangan. "Horee ...! Alice pulang!"
"Kalau gitu, sekarang Alice mamam dulu, ya? Abis mamam, minum obat, ganti baju, baru kita pulang," kata Lina sambil mengambil semangkuk bubur ayam yang sebelumnya sudah ia beli.
Alice mengacungkan kedua ibu jarinya. "Oke, Mami!"
***
"Mam," panggil Arsen.
Lina mengalihkan pandangannya dari jalan raya ke wajah putra sulungnya. "Apa, Ar?"
Telunjuk Arsen mengarah ke hijab berwarna peach yang dipakai sang mami. "Mami pakai apa? Kenapa Mami pakai itu? Biasanya tidak?" tanya Arsen bertubi-tubi. Ia memang merasa ada yang berbeda dari tampilan fisik maminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Kunikahi Suamimu [Difilmkan] ✔
RomanceTonton filmnya di MAXSTREAM :) Cover by: @ahmadhiday/ig: @hiday360 Highest rank #1: amanat (Part sudah dihapus acak. Yang mau baca part lengkap silahkan ke apl KBM App) Cathalina Gilia. Seorang single parent beranak dua yang bekerja sebagai penulis...