Assalamualaikum.
Happy reading, Readers .... 😊Menikahlah denganku, Malik, demi Hannah.
"Astagfirullahaladziim ...," gumam Malik di tengah lamunannya.
Kini ia sedang duduk di halaman rumah sakit. Pandangannya menatap sendu langit biru seolah memohon kepada Allah. Memohon jawaban atas kebimbangannya, atas permasalahan baru yang entah bagaimana ia akan menghadapinya.
"Malik," suara seorang wanita mengejutkannya.
Malik menoleh dan mendapati Lina sudah duduk di sebelahnya.
"Apa?" tanya Malik dingin dengan wajah tanpa ekspresi.
"Aku m—"
"Kalau ini soal Hannah, aku nggak mau dengar," potong Malik.
Lina menunduk. "Aku mau pulang."
Malik tersenyum sinis. "Pulang ke mana? Bukannya kamu sudah nggak diterima lagi sama orang tuamu?"
Lina mengangkat wajahnya dan menatap Malik tajam. "Maksud kamu apa ngomong gitu sama aku? Iya, memang aku sudah nggak diterima lagi sama orang tuaku, tapi bukan berarti aku nggak punya tempat tinggal, Lik." Lina kesal dan beranjak dari bangku taman.
"Ternyata perhatianmu dengan Hannah cuma modus, ya?"
Lina terpaku mendengar pertanyaan Malik. Ia membalikkan badannya. "Maksud kamu?"
Malik berdiri dan berjalan mendekati Hannah dengan kedua tangan di dalam saku jaketnya. Cuaca pagi itu memang agak dingin. "Iya, modus. Kamu, kan, yang sudah membujuk Hannah supaya dia menyerahkan aku sama kamu?"
Sakit. Hati Lina teramat sakit saat mendengar pria di hadapannya berkata demikian. "Demi Allah, Malik. Hannah itu sahabatku. Perhatianku sama dia tulus. Nggak sedikit pun terbesit di pikiran aku untuk menggantikan posisi Hannah dengan menikah sama kamu." Manik matanya mulai berkaca-kaca, menyiratkan perih.
"Cukup! Jangan kamu bawa-bawa nama Allah, Lina! Sebaiknya sekarang juga kamu kembali ke Indonesia. Terima kasih sudah mau datang ke sini. Dan, satu hal lagi ... sekalipun Hannah sudah nggak ada, kita nggak akan pernah menikah." Malik pun berlalu menuju ke dalam rumah sakit. Tanpa menoleh lagi.
Tubuh Lina bergetar. Matanya mulai kabur menatap punggung Malik yang kian menghilang dari pandangannya. Lina menangis tersedu-sedu.
Aku nggak nyangka kamu bisa ngomong kayak gitu sama aku, Malik, batinnya.
"Baiklah, kalau itu maumu. Mungkin, ini akan jadi pertemuan terakhir kita."
***
Di rumah sakit Alice.
"Mamii ...," Alice mengigau di tengah tidurnya. Tubuh mungilnya masih terbujur lemah dengan selang infus yang melilit di tangan.
"Sshh ... Sayang ...." Ny. Rosie mengelus lembut rambut Alice.
Alice membuka matanya perlahan dan melirik ke arah sang Nenek. "Grandma ...," ucapnya lirih.
"Iya, Sayang? Alice mau minum?"
Alice menggeleng. "Alice mau mami ...." Bulir air matanya menetes di pipinya yang kemerahan.
"Iya, Alice ... nanti mami pulang, kok. Sekarang Alice makan dulu, yuk, biar cepet sembuh. Nanti mami sedih kalau tau Alice sakit," bujuk Ny. Rosie, dan ternyata berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Kunikahi Suamimu [Difilmkan] ✔
RomansaTonton filmnya di MAXSTREAM :) Cover by: @ahmadhiday/ig: @hiday360 Highest rank #1: amanat (Part sudah dihapus acak. Yang mau baca part lengkap silahkan ke apl KBM App) Cathalina Gilia. Seorang single parent beranak dua yang bekerja sebagai penulis...