(11) Rencana Membuka Kedok

3.9K 157 96
                                    

Kini Alva dan teman-temannya sedang berada di mobil Alva untuk menuju ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Alva hanya diam, menatap lurus ke jalan dengan Bara yang sibuk mengemudi disampingnya.

Berbeda dengan dua mahluk dibelakangnya, siapa lagi jika bukan Arvan dan Arvin. Mereka terus menyayi, seolah suaranya paling merdu sedunia.

"Jika memang dirimulah tulang rusukku......."

"kau akan kembali pada tubuh ini..."

"ku akan tua dan mati dalam pelukmu..."

"Untukmu sluruh nafas iniiii......"

Merekapun mengakhiri lagu dengan berpelukan, layaknya teletubies.

Juga berakting menyeka air mata, padahal tak ada satu tetes pun yang turun.

Sungguh mendramatisir.

"Wah Va kayaknya temen kita udah kena gejala kelamaan jomblo nih"
Canda Bara pada Alva.

Sontak Arvan dan Arvin pun melepaskan pelukan.

Namun Alva sama sekali tak bergeming, dia tetap memandang lurus tanpa niatan menoleh sedikitpun.

Arvan dan Arvin saling bertukar pandangan kemudian Arvan pun membuka mulut
"Udahlah Va,Rea pasti kayak dulu lagi kok,"

"Iya Va, ini itu cuma masalah waktu. Anggap ujian cinta gitulo,"
Ucap Arvin membetulkan sambil menaik-turunkan alisnya.

"Bener bro,kita pasti bantuin lo buat temuin orangnya kok," ucap Bara yang diberi anggukan kedua temanya.

Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit tempat Rea dirawat.

Tak lupa mereka juga membawa parsel buah untuk Rea.
#Yaiyalah cowo kaya & ganteng masak gak bawa apa-apa sih, malu cui malu_Cakap author

Kali ini Alva berharap Rea mau menerima kehadirannya, ia juga tak mengerti mengapa secepat itu jatuh hati pada Rea. Namun bukan itu yang terpenting baginya sekarang, namun mencari dalang dibalik kejadian yang menimpa Rea.

Dengan perlahan Alva masuk sambil membawa parsel buah ditangannya. Arvan,Arvin dan Bara sudah masuk terlebih dahulu karena Alva ragu harus masuk atau tidak.

Didalam sudah Ada Fara dkk.

Namun, baru beberapa langkah Alva memasuki ruangan itu, Rea sudah berteriak ketakutan. Hampir saja ia mengambil pisau buah di nakas, namun untungnya Bara segera mencegah dan memeluk Rea.

"Pergi....!!jangan deketin gue..!!pergi...!!hikss...hikss..pergi...!!!"
Teriakan Rea melemah saat Bara memeluknya, Rea pun bersandar di dada bidang Bara.

Alva yang melihat itu langsung berjalan mundur dan perlahan keluar dari ruangan itu.

Hatinya bagaikan tersayat beribu pedang, melihat Rea yang begitu membencinya, bahkan ia tak bisa membuat Rea merasa nyaman. Tapi Bara??? Dia mampu membuat Rea merasa nyaman dipelukannya.

"Re,apa segitu hinanya gue dimata lo, sampek lo lebih milih Bara dibanding gue??" ucap Alva lirih.

"Butuh waktu berapa lama Re??? Gue gak sanggup" Tubuh Alva pun merosot, duduk di balik tembok ruangan Rea, ia masih dapat mendengar tangisan gadis itu.

Alva pun memutuskan untuk pulang hari itu, ia tak sanggup jika berada disini terus-menerus, lebih baik ia mencari dalang dari kejadian ini.

Pihak sekolah sudah melaporkan kejadian ini, karena papa dari Rea akan menuntut sekolah ke ranah hukum jika pelaku tersebut tidak diketemukan, namun polisi belum dapat memprosesnya karena Rea belum dapat dimintai keterangan.

IceBoy VS CuteGirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang