(04) Hanya itu???

5.4K 230 64
                                    

Selesai mendengarkan Rea berbicara, Alva hanya mengucapkan
"Iya." Lalu meninggalkan Rea dan ketiga temannya dibelakang.

Rea berbalik badan kearah Alva
Lalu berkata "Apa kamus otakmu itu sangat sempit sampai tidak bisa mengucapkan lebih dari kata iya !"
Teriak Rea menggebu-gebu dengan pipi yang memerah karna menahan amarah.

Rea menghentak-hentakkan kakinya sambil berdecak sebal, karna Alva masih fokus berjalan sampai ia benar-benar hilang dari pandangan Rea.

Pipi Rea semakin memerah begitu juga hidung dan matanya, rasanya ia ingin menangis saat itu.

Fani, Fara dan Maura hanya terbengong dan menatap kearah Alva berjalan.

Arvin yang was-was takut cewe didepannya ini nangis pun turun tangan,

"Aduh jangan nangis disini, nanti dikira gua apa-apain lo lagi, kalo lo butuh sandaran, gua siap kok." Ucap Arvin sambil menepuk nepuk bahu Rea.

"Ih apaan sih lu Vin, lebay banget, jiji tau gua dengernya."
Ucap Fani dengan wajah dibuat seolah ingin muntah.

"Kenapa mbak Fani iri ya, pengen dikasih sandaran juga sama bang Arvin, tinggal bilang aja mbak, bang Arvin siap kok meninggalkan seribu cewe buat mbak Fani." Jawab Arvin dengan tatapan menggoda.

"Ih apaan sih lu, sinting ya, yuk Re kita pergi dari sini, keburu terkontaminasi kesintingan si Arvin kita !" Fani langsung menarik tangan Rea menuju ke kelas dan diikuti dua teman mereka dari belakang.

Arvin yang mendapat penolakan hanya tertunduk pasrah, Arvan yang melihat itu hanya menepuk-nepuk baru Arvin dan berkata,

"Tenang aja, gua bisa wakilkan kok." Tutur Arvan santai sambil memperlihatkan senyum jahilya.

"Hah !, Ape lu kate bang ? Awas aja lu sampek berani godain mbak Fani gua, abis lu gua bikin !" Ucap Arvin sambil menggelandang kerah baju kembarannya itu.

"Apasih Vin, selow lah alah. Gitu aja ngegas kau." Timpal Arvan sambil melepaskan cengkraman Arvin di kerah bajunya.

°°°°
Sesampainya di kelas, Rea langsung ke tempat duduknya tanpa berbicara apapun, hal itu sontak membuat Fani, Fara dan Maura bingung harus melakukan apa.

Sedari tadi Rea hanya duduk termenung dengan mencebikkan bibirnya, memorinya terus mengulang kejadian antara dia dan Alva.

"Ahhh si Alva tuh ya ! Ngeselin banget ! Gua kan udah memberanikan diri minta maaf sama dia, malah ditinggal pergi gitu aja! Jahat banget sih ! lu jahat Va ! jahatt !" Teriak Rea yang membuat teman-temannya kaget bukan kepalang.

"Udah Re udah, jangan di pikirin, Alva emang gitu orangnya," ucap Fara berusaha menenangkan Rea.

"Gua itu udah taruhin harga diri minta maaf ke dia, dan yang gua dapetin apa !" Rea frustasi dengan apa yang menimpanya
alah Re kayak kenak bencana alam aja,luebayyy.

"Sabar Re, sabar, anggap aja ujian dari tuhan." Apalah daya Fara yang hanya dapat mengucapkan kata itu untuk menenangkan Rea

°°°Di kelas Alva°°°

Saat Arvin, Arvan dan Bara memasuki kelas, mereka melihat Alva sedang sibuk dengan ponselnya.

"Liat deh Bar itu temen lu, abis bikin anak orang hampir nangis, sekarang malah duduk disini dengan watadosnya itu." Ucap Arvan sambil menunjuk nunjuk Alva yang duduk di bangkunya.

#FYI watados (wajah tanpa dosa)

"Temen lu jugak kali." Jawab Bara dengan memutar bola matanya malas.

IceBoy VS CuteGirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang