12. Accident

11 4 0
                                    

"Emang lo sapa gua?"

"Gua? Gua majikan lo lah, lo gk denger tadi gua ngomong apa, lu itu babu gua, makanya harus nurutin perintah gua! " titah Reno tak terbantahkan.

Emosi yg sejak tadi tertahan kini memuncak sampai ubun-ubun.
"Heh, alasan lo gk masuk akal. Kalo pun gua babu lu. Lu cuma majikan gua, bukan pacar gua jadi lu gk berhak atur kehidupan gua! "ucapnya menggebu-gebu. Ia menghempaskan tangannya yang masih digenggam Reno dan pergi meninggalkannya bertepatan dengan bunyi bel.
Teeetttttt..... Teeetttttt......

Reno hanya bisa mengacak rambutnya sambil menggeram frustasi.

End

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tapi ngotak:v
.
.
.
.
.
.

🌲🌲🌲🌲

Bunyi bel pulang sekolah sudah menggema sejak 5 menit yang lalu. Tapi Raira masih berada di kelas bersama Hani dan Resti. Baru berniat keluar kelas, di depan pintu kelasnya sudah ada orang yang menjadi dalang kenapa dia badmood seharian ini.

Raira segera berjalan menjauh dari Reno, bahkan teman-temannya memanggil namanya pun ia hiraukan begitu saja.

Resti menatap tajam Reno yang sedari tadi diam tak mengucapkan sapatah katapun.

Hani menatap Raira yang kini berjalan cepat menjauh dan sampai ia sudah tidak kelihatan lagi wujudnya.
"yah ditinggal Raira, "

Resti menarik tangan Hani pergi untuk menyusul Raira. Tinggal lah reno sendiri yang masih bergeming di tempatnya.

"Rai tunggu dulu, "
Resti berlari dan menarik tangan Raira.

"gue tanya apa fungsi sahabat? "

Raira mengerutkan kening menatap resti.

"atau lu gak anggap gue dan hani sahabat?"

"Gue gak mood buat cerita," keluhnya.

"it's okay rai kita bisa ngertiin itu, cuma kalo emang lu ada masalah lebih baik berbagi dengan kita, "
Raira tersenyum kepada mereka berdua, memang merekalah yang paling berharga setelah keluarganya.

Drtt... Drttt...

Handphone Raira berbunyi dan yang menelfonnya iyalah mamanya.

"hallo ma, "

"hiks ka-kamu dimana sayang?"

Raira menaikkan kedua alisnya mendengar ibunya menangis, hatinya merasa tak enak.
"ak-aku disekolah mau pulang, ma ada apa?" tanyanya walau sedikit ragu.

"kamu bisa langsung kesini kan? Mama sedang dirumah sakit delita--"

Tut.. Tut..

Sambungan terputus begitu saja dari ibunya.

Hani melihat gelagat Raira sedari tadi membuatnya bingung.
"Rai lu kok mukanya pucat, kenapa? "

Raira menggelengkan kepala
"gak papa, ayok anter gue kerumah sakit, dan gak usah banyak tanya, "

Resti dan hani saling melirik dan hanya pasrah mengikuti walau dipikiran mereka banyak pertanyaan.

Tiba dirumah sakit, Raira melihat mamahya terisak dipelukan papahnya.
Dengan langkah sedikit gemetar ia mendekati orangtuanya.

"ma, " Ucapnya pelan.

"Raira, "
Melihat Raira yang berada dihadapannya, mama Raira langsung memeluk puteri kesayangannya itu.

"ini ada apasih? Kenapa dengan kalian? Terus ngapain kita kesini? Ayuk pulang ma, pa, "
Raira tidak bisa menahan tangisnya melihat kedua orangtua yang begitu disayanginya rapuh.
Walaupun ayahnya masih menunjukan sikap wibawa namun matanya mengisyaratkan kekhawatiran.

"sebenarnya hiks kakak kamu tadi pagi baru sampai dijakarta, dia mau memberikan kejutan ke kita dan menyuruh papah untuk tidak memberitahu kepulangannya, namun di tengah perjalanan hiks kelvin bertabrakan, " jelas mamanya.

Raira bergeming ditempat, mencerna baik-baik ucapan mamanya dan menggelengkan kepalanya merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan mamanya.

"ma ini gak lucu,hiks tadi malam kak kelvin ngirim e-mail ke aku,dia bilang dia rindu sama aku dan pengen cepet-cepet ketemu aku ma, dia bilang pulangnya masih dua bulan lagi hiks,"

Resti dan Hani pun yang melihat meneteskan air mata. Kelvin adalah sesosok kakak yang sangat menyayangi Raira, walau kadang sayangnya itu ia tunjukan dengan menjailinya.

-----

Sudah dua hari Raira berada di Rumah Sakit menemani kelvin yang masih betah menutup matanya.
Dan sudah dua hari pula Raira tidak bertemu Reno,dua hari ini Raira tidak melihatnya disekolah. Setiap pulang dari sekolah Raira akan langsung kerumah sakit.

Bahkan Resti yang sepupunya pun tidak banyak bicara jika raira menanyakan kabar Reno, bukan apa hanya saja Raira seperti merasa kehilangan.

Raira tidak ingin menaruh curiga kepada Resti, namun sepertinya Resti sedang menyembunyikan sesuatu.

Raira hanya akan menunggu Resti berbicara sendiri, dia tidak ingin kepo dulu terhadap apa yang terjadi pada Resti.

"Rai, " Seseorang menepuk bahunya membuat raira berhenti dengan acara melamunnya.

"lo belum pulang han?"

"buktinya gua masih disini,"

Setelah itu terjadi keheningan, baik Raira maupun Hani diam dengan pikiran masing-masing.

"kok lu diam?" tanya Raira, biasanya Hani akan selalu punya topik pembicaraan.

"gue lagi baik,jadi kalo mau lanjut ngelamun silahkan, "

Raira menatapnya namun tidak berbicara, tidak ada ekspresi pada muka Raira saat ini.

"kenapa lu? Awas suka sama gue, dih merinding gue, "

"gue lagi mikir, lu ini utusan mimiperi apa lucinta luna, ".

RAIRENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang