Pagi ini Raira sudah di kelas dengan para sahabatnya dan mengobrolkan hal yang demi apapun tidak penting sama sekali."Kemaren ayam papah gue nelur tau!" seru Hani antusias kepada Resti dan Raira walau keduanya menatap Hani malas.
"ya terus?" kompak keduanya.
"Mau dimasak eh malah netes,"
"Kalo baru nelur belum netes Hani 'pinter' lagian setau gue papah lu bukan melihara ayam tapi burung,"
"eh iyatah? Kok gue baru tau ya," Melihat Hani yang lagi berfikir membuat Raira menggeram gemas rasanya ingin sekali mencakar otak Hani.
"Owala ternyata itu mimpi gue tadi malem hehe abisnya kaya nyata," kekeh Hani menatap kedua sahabatnya yang memasang muka datar.
"ish lorang gak asik ah, anyep kehidupannya," kesal Hani,bayangkan saja orang yang terlalu pecicilan seperti Hati berkawan dengan dua orang yang begitu adem-ayem.
"Rai dicariin," Raira yang sedang memainkan hp mendongak dan menemukan si ketua kelas yang berjalan kearahnya.
"Sama siapa?" Heran Raira, perasaan ia tidak begitu banyak teman dikelas lain.
"Udah buruan, langsung liat aja," usir Resti menyuruhnya bangun.
"tapi ini beneran gue kan?" ragu Raira, kan gak lucu kalo salah panggil.
"iyaaaaa,"
Dengan penasaran Raira menuju pintu, ia mendapati seorang cowok berdiri memunggunginya.
"ekhem," mendengar deheman Raira orang tersebut membalikkan badan.
"Loh kak adit?" ya, orang tersebut ialah adit, orang yang jarang ngomong sekalinya ngomong bikin kesel.
"Gue minta anterin kerumah Bani, lu tetangganya kan?" Raira mengangguk pelan. Merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan Adit, teman dekat tapi tidak tau rumahnya? Kok gitu.
Bani memang sudah 3hari tidak sekolah karena sakit anemia,2hari dirumah sakit dan kemarin pulang kerumah.
Alah masa bodo Raira ogah memikirkan itu. Setelah sadar Raira celingak-celinguk karena orang yang tadi ada dihadapannya kini hilang entah kemana.
"Dasar gak sopan," gumamnya dan memasuki kelas.
-----
"Gimana kalo pulang sekolah kita nonton," usul Resti saat jam pelajaran terakhir tidak ada guru.
"Nah boleh tuh,"
"Kalo hari ini gue gak bisa, besok aja dah," Resti dan Hani menatap Raira seolah bertanya.
"Gue mau pulang bareng kak adit, dia mau kerumah bang bani," Ujar Raira dengan lesu.
Resti dan Hani yang mendengar terkejut dan saling pandang.
"Kok gue baru tau lu deket sama kak adit,""Ya karena dia sahabat bang Bani, dan bang Bani kan tetangga gue jadi kenal," Tidak perlu ditanya mengapa Raira tidak bilang kalo pertemuan keduanya ketika mereka bertabrakan, Raira tidak peduli.
Resti dan Hani hanya mengangguk paham.
(tet.... Ttetttt.. Tettttt....)
"Gue pulang duluan deh ya," Ucap Hani membereskan buku dan cupika-cupiki dengan Raira dan Resti cepat.
Mereka berdua mendelik geli dengan kelakuan aneh Hani. Dan tinggalah mereka, Resti dan Raira dikelas itu.
Raira niatnya memang menunggu Adit dikelas, karena malas menunggu di depan kelas cowok itu, biarkan lah dia yang menghampiri.
Sedangkan Resti ia memaksa untuk ikut menemani Raira agar cewek itu tidak kesepian.
"Ke kelasnya aja deh mending," usul Resti yang jengah melihat Raira duduk dengan kepala memperhatikan pintu.
Tanpa menjawab Raira keluar kelas meninggalkan Resti yang cengo ditinggalkan begitu saja.
"Dasar teman," gumamnya dan segera menyusul Raira.
Ternyata sampai disana kelas Adit masih ada guru, mungkin wali kelasnya.
Resti dan Raira pun memutuskan untuk duduk dikoridor. Toh udah sepi ini.
"eh rai," ucapan Resti membuat Raira menoleh dan menatapnya seakan bertanya.
"eh itu, g-gue ada urusan jadi harus buru-buru pulang, lu gak papa kan sendiri?" Raira belum menjawab ataupun mengangguk, ia memperhatikan Resti yang kelihatan tidak tenang.
"yaudah sana," wajah Resti langsung ceria dan langsung pergi setelah mengucapkan kata-kata cinta ke Raira yang membuatnya geli.
"Lah bocil ngapain disini? Uangnya abis terus gak bisa pulang?" suara seseorang mengusik kupingnya, dengan cepat Raira melepaskan sepatu dan melemparkan kepada orang itu, tapi gagal.
"Dih galak," Reno memungut sepatu Raira dan tanpa banyak waktu lagi ia melempar kearah lapangan tanpa rasa bersalah karena kelas 12 berada dilantai 2.
"LO BEG--," sebelum Raira menyelesaikan ucapannya, Reno segera membekap mulut Raira.
"Lu gila?! kalo mau teriak liat tempat," ujar Reno, karena dia tau jika yang berada di kelas 12ipa1 or kelas adit merupakan guru killer.
"Lu itu yang gila! Sepatu gue kenapa main lempar kebawah," emosinya.
Dengan santai Reno melewati Raira
"Kan lu sendiri yang pertama ngelempar,"Pintu kelas 12ipa1 terbuka dan menampilkan sosok guru cewek dengan tatapan tajam.
"Kelas berapa kalian," guru dengan dandanan bak model itu bertanya kepada Raira dan Reno yang seketika diam dan saling pandang.
"11ipa1,"
"11ipa2,"Jawab mereka kompak, tetapi Raira menjawab 11ipa1, sedangkan Reno 11ipa3.
Tanpa berkata lagi guru itu berjalan melewati keduanya yang seketika menyingkir memberi jalan.
"Gila tuh guru auranya serem," Raira yang mendengar gumaman Reno membetulkan dalam hati.
Setelah itu Reno berjalan meninggalkan Raira yang kini berdiri menghadap lapangan mencari letak sepatunya.
"Sorry lama," Raira membalikan badan dan melihat Adit bersama yang lain keluar kelas.
"Gak papa,kuy," baru dua langkah Adit berhenti membuat Raira pun menghentikan langkahnya.
"Sepatu lu sebelahnya mana?" Tanya Adit yang peka dengan kaki Raira yang sebelah kanan tidak memakai sepatu.
"dijatuhin kelapangan sama orang gila," jawab Raira menahan kesal, well Raira merasa kesusahan karena memakai kaos kaki putih apalagi jarak dari lantai atas kebawah itu jauh.
Tanpa disangka Adit berjongkok dihadapan Raira.
"eh kak Adit ngapa--"
"cepet naik," potong Adit. Sedikit ragu akhirnya Raira naik dan tangannya dengan refleks memeluk leher Adit saat Adit mulai berdiri.
Setelah keduanya pergi, Reno pun meninggalkan koridor kelas 12 dengan ekspresi datar.
Dalam hatinya ia menyebut nama Adit dengan tatapan dingin.
Dan muncul seringaian sebelum masuk ke dalam mobil dan meninggalkan altar sekolah.Vote and comment:)
Thankyou😘
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIRENO
Novela JuvenilHidup Raira Arsyantika Deswita seperti tak beraturan setelah mengenal cowok bernama Reno Putra Ardama cowok tampan bergaya bad boy yang selalu mengusiknya, masuk dan keluar dalam kehidupan Raira dengan seenaknya. Memberikan harapan namun disia-siaka...