7. Red [side]

1K 145 35
                                    

Namanya Kim Taehyung.

Pemuda berusia delapan belas tahun, manis, nakal dan sebatang kara.

Ah, dan Jimin rasa dia perlu menggaris-bawahi apa yang ia maksudkan dengan nakal di sini.

Berkelahi? Mencuri? Mencopet?

Get it?

Jadi daripada nakal, mungkin akan lebih tepat jika Taehyung diberi label kriminal kecil. Kucing jalanan ingusan. Yang kerap bertindak liar di luar, namun seringnya mengeong manja setiap berhadapan dengan Jimin ataupun Kakek Park. Buronan favorit seorang polisi muda dan tampan ber-nametag Jeon Jeongguk.

Tidak jarang Jimin menemukan Taehyung pulang dengan luka lebam di sekujur tubuhーdan juga, sejumlah lembar uang yang dengan brengseknya, berani ia pamerkan tepat dihadapan Jimin.

Seperti halnya malam ini.

Jimin sebenarnya lelah, sungguh. Memberi tahu pemuda nakal itu sama mustahilnya dengan berbicara kepada seekor kucing. Dimarahi, ia akan mengeong manjaーmemasang wajah memelas. Dikasihani, malah semakin melunjakーmencakar, kalau perlu.

Sialan, memang.

Mendengar Taehyung membuka pintu, meneriakkan kata permisi dan berjalan ringan dibelakangnya, Jimin berusaha untuk menulikan pendengaran. Bisa ia tebak, pemuda itu pasti sedang melangkah menuju lemari pendingin dan mengambil beberapa buah balok es di dalamnya. Bahkan Jimin terlihat tidak peduli tatkala Taehyung mendesis dan mengaduh, betapa sakit pipi serta lengan kirinya saat ini.

Tiba-tiba suara kursi di ruang makan berderit nyaring, memekakkan telinga. Jimin baru menoleh ketika mendengar debaman ringan sepersekian detik setelahnya, bersumber dari arah yang sama.

Taehyung terjatuh. Tersandung kaki kursi bermaterialkan besi berkarat. Bukannya mengaduh seperti tadi, ia malah tertawa kencang.

Membuat Jimin menghela napas panjang.

"Makanya, kalau jalan itu matanya dipakai. Tidak perlu cari perhatianku sampai segitunya." Kuas rigger diletakkan, Jimin sekali lagi memandang karya mentahnya di atas kanvas, sebelum akhirnya berjalan ke arah Taehyung dan membantunya untuk duduk.

"Habis kau mengabaikanku, sih." Taehyung meringis saat Jimin dengan sengaja, menekan balok es pada pipinya yang membengkak.

"Kau memintaku memperhatikan anak nakal sepertimu?" Alis Jimin terangkat. Ia tertawa sengau. "Jangan mimpi, Tae. Aku tidak mengenal Taehyung yang sekarang. Yang aku tahu, Taehyung itu anaknya sangat manis, penurut, dan tidak suka berbuat onar, apalagi mencuri."

Air ludah yang ditelan Taehyung terasa amat pahit.

"Ingat, kami tidak pernah mengajarimu untuk jadi seorang bajingan, Kim Taehyung."

Nanar, Taehyung memandang Jimin. Namun yang bersangkutan sama sekali tidak menatapnya balik. Yang ada malah dengusan kecewa, yang membuat cacat di hati Taehyung semakin melebar, seiring dengan pertanyaan retoris yang kembali berdengung di telinga,

lalu sebenarnya, untuk siapa aku hidup selama ini, Jim?

.
.
.

Satu pukulan yang dilayangkan Taehyung meleset mengenai ikat pinggang seorang pria bertubuh gempal.

Taehyung mengumpatーanjing, sakitnya bukan main!

Kembali ia menarik tangan dan meniupnya, seolah itu bisa meredakan ngilu yang menjalar. Namun sial, bidikan yang salah malah membuatnya ganti terkena tendangan oleh pria tadi.

FrammentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang