4. Next door neighbour

1.4K 173 40
                                    



warning : mature content, older Jimin
Silahkan tekan tombol keluar jika anda dibawah umur

Taehyung terbangun di pagi hari dengan kepala sakit dan telinga yang terus-menerus berdenging. Tidak seharusnya dia meminum satu botol soju utuh malam tadi, atau beginilah akibatnya.

"Bokongmu masih sakit?" Jimin masuk tiba-tiba ke dalam kamar, dengan segelas susu vanilla panas yang menguarkan aroma harum yang khas.

Taehyung tersentak, ia segera menutup tubuh dari pandangan usil Jimin dengan selimut, lalu merengut.

"Berapa kali kau melakukannya padaku?"

"Berapa kali?" Jimin terlihat berpikir, kemudian ia menyeringai. "Masa tidak ingat? Kau sendiri yang meminta tambah. Katamu semalam, 'Master, ajari aku untuk jadi dewasa. Aku janji aku akan menjadi kucing yang baik untukmu~'"

"T-tidak mungkin. Hyung bercanda, kan? Masa iya aku senakal itu? Dan kucing?" Taehyung mendengus risih,"apa-apaan itu?!"

Jimin tidak membalasnya. Wajahnya terlihat begitu geli, dan ia justru melempar sebuah bando dengan telinga kucing tepat di pangkuan Taehyung.

Taehyung terbelalak, ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya dan menangis.

"YAH! JIMIN-HYUNG! KENAPA KAU BISA PUNYA BENDA SEPERTI INI, HAH? KAU SENGAJA KAN? PASTI SENGAJA KAAAAN MENJEBAKKU?"

Bukannya menenangkan Taehyung yang panik, Jimin justru mengedikkan bahu dan menubruk tubuh Taehyung sampai tubuh kurus itu terhimpit di antara dada bidangnya dan head bed.

"Diamlah anak nakal. Siapa suruh kau menantangku tadi malam?" Jimin mencuri kecup bibir Taehyung dengan tawa yang berderai.

Dan satu lagi yang harus Taehyung ingat, tidak seharusnya dia membalas cium Park Jiminーtetangga sebelah rumah yang begitu muda, tampan dan panasーsemalam, atau dia akan bangun dengan sejuta rasa penyesalan.

Seperti pagi ini.

"Jadi, sekarang kau sudah berani minum-minuman keras , padahal kau tahu kadar toleransi alkohol-mu begitu rendah, hm?" Jimin mengangkat botol soju tinggi-tinggi ke udara. Taehyung yang setengah teler berusaha menggapainya dengan wajah merah yang menggemaskan.

"Jimin-hyuuuung~ itu botol keduakuuu," lelaki manis bermarga Kim mencebik kesal. "Kan aku sudah bilang, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menunjukkan padamu kok, kalau aku sudah dewasa. Duh! Aku ini calon designer, Hyuuuung~"

Jimin menggulirkan bola mata, kemudian menggeleng. "Aku tidak tahu harus menjelaskan apa pada orangtuamu kalau mereka sampai melihatmu mabuk seperti ini, Kim Taehyung. Demi Tuhan, kau bahkan baru berumur delapan belas tahun sekarang."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan!" Taehyung berkacak pinggang di atas sofa, memandang Jimin dengan ekspresi pura-pura marah. "Cukup ijinkan aku tidur bersama-mu malam ini, maka Appa tidak akan tahu kalau aku minum soju, hehehe..."

Kalau saja Taehyung bukan tetangganya, sudah Jimin usir lelaki itu sedari tadi. Tapi tidak. Jimin tidak akan setega itu juga, omong-omong. Apalagi pada pemuda berparas rupawan yang seringkali mampir di mimpi basahnya, enam bulan belakangan ini.

"Aku memang mengijinkanmu untuk ikut merayakan ulang tahunku di rumahku, tapi tidak dengan cara mabuk-mabukan seperti ini, Taehyung-ah. Kau ini pintar sekali ya mengaduk-aduk libido orang?" Jimin menggerutu, menyambar plastik berisikan lima botol soju yang dibawa Taehyung tadi, lalu menyingkirkan minuman itu jauh-jauh dari jangkauan sang pemuda.

FrammentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang