10. Love is a Journey

907 148 46
                                    

Belum sampai lima menit pemuda itu tiba di rumah, dan dia sudah begitu merindukan Jimin. 

Bahkan ketika Namjoon bertanya kenapa Taehyung melamun padahal belum ada lima menit lalu Jimin mencium keningnya dan mengucapkan selamat malam, Taehyung hanya bisa menghela napas panjang dan bersuara lirih,

"Aku masih belum puas memeluknya, Appa, aku kangen Jimin..."

"...."

.
.
.

Jimin merasa akhir-akhir ini Taehyung mendadak berubah manja padanya. Bukannya keberatan, hanya saja ini tidak seperti awal-awal masa mereka pacaran.

Ponsel yang dulu hanya terisi notif dari Taehyung setiap pagi, siang dan malam, kini nyaris sepuluh sampai lima belas menit sekali bergetar heboh. Teman-teman Jimin di kampus sudah tidak heran lagi, karena mereka tahu siapa yang begitu protektifnya menghubungi Jimin di setiap ada kesempatan.

"Kenapa tidak kau lamar saja?" tanya temannya suatu hari.

Dan Jimin hanya bisa tersenyum sembari berujar,

"Belum saatnya. Ayahnya memintaku untuk punya rumah dan penghasilan sendiri baru boleh melamarnya."

.
.
.

Kelulusan Jimin dirayakan hanya berdua di kamar apartemen Jimin. Taehyung sudah menyiapkan daging panggang, salad dan beberapa kaleng minuman soda di atas mejaーmenghindari Jimin dari yang namanya minuman beralkohol.

"Kudengar kau juga sudah mendapatkan panggilan kerja?"

Jimin mengangguk sumringah. Dengan penuh sayang dikecupnya bibir sang kekasih, lalu Jimin menyambar potongan daging dari sumpit yang dipegang Taehyung.

Ia terkekeh saat hidung Taehyung mengkerut kesal.

"Tunggu sampai aku bisa membeli rumah untuk kita berdua, Sayang, dan kita tidak perlu jauh-jauhan lagi,"

Taehyung hanya bisa tersenyum malu dan menarik hidung Jimin dengan gemas.

.
.
.

"Jimー"

"Ah, sebentar Tae," Jimin mengangkat tangannya, memberi kode pada Taehyung untuk diam sejenak selagi ia mengangkat panggilan telepon dari rekan sekantor, "Ya, halo Seungyeon-noona?"

Taehyung menutup bibir rapat-rapat. Dikembalikannya dua baju yang tadi diambilnya dari dalam lemari, dan Taehyung terduduk lesu dipinggir ranjang busa milik Jimin.

"Sekarang? Duhーtapi, Noona," Jimin melirik ragu pada Taehyung dari sudut matanya, sedang yang menjadi objek pandangannya hanya menyunggingkan senyum kecut, tahu kencan mereka akan gagal siang ini.

"Pergilah, Jim, urusan kantor, kan?"

Jimin mengangguk lesu.

Begitu Taehyung mengacungkan jempol, wajah khawatir Jimin berangsur menghilang, tergantikan oleh senyuman lebar disertai mimik bibir yang mengatakan,

'Aku mencintaimu, Sayang. Terimakasih ya.'

Taehyung menahan sesak yang tertahan di pangkal tenggorokan.

Ketika kau berbicara seramah itu pada temanmu, Jim, hatiku sebenarnya merasa cemburu. Aku hanya ingin kau terus berada di dekatku. Tapi aku tidak bisa menyuarakan keegoisanku ini, aku tidak ingin mengganggu mimpimu,

karena sebenarnya, aku juga sungguh menyukai senyumanmu saat kau melakukan segala sesuatunya dengan kerja kerasmu sendiri.  

.
.
.

Kantor meminta Jimin untuk bertugas selama seminggu di luar kota, padahal Taehyung sedang tidak enak badan dua hari belakangan. Taehyung tahu Jimin khawatir, maka dari itu ia hanya diam tidak merespon saat di suatu malam Jimin berbincang dengan sang ayah, sedang Taehyung bersembunyi di balik dinding dapur.

"Aku tidak bisa meninggalkannya, Appa," lamat-lamat suara Jimin masih dapat didengar oleh Taehyung.

"Lalu apa yang mau kau lakukan? Menyia-nyiakan kesempatan untuk naik pangkat?"

Dan melalui hembusan napas berat Jimin Taehyung tahu, bahwa beban yang ditanggung Jimin tidak hanya seputar Taehyung dan kisah cintanya, namun juga masa depan mereka.

.
.
.

"Tutup matamu,"

"ーeh?"

Jimin tertawa, membalikkan tubuh Taehyung hingga membelakanginya, lalu meniup dan mencium tengkuk harum Taehyung sampai yang empunya berjengit geli.

"Jim!"

Disela tawa dan permintaan maaf Jimin, pria berhelai hitam serta bermata sipit itu menyuruhnya untuk memejamkan mata, dan Taehyung menurut saja akan apa yang dikatakan Jimin.

Lehernya terasa dingin dan merinding saat untaian benda asing menyentuh permukaan kulit. Taehyung dengan curang membuka sebelah matanya.

Kalung?

Usai memasangkan benda tersebut dan memastikannya tidak terlepas, Jimin merengkuh tubuh Taehyung dari belakang, mengendus leher sang kekasih secara intens, dan menyembunyikan wajah hangatnya diantara perpotongan leher dan bahu Taehyung.

"Sementara ini, mungkin aku hanya bisa memberikanmu kalung sederhana dulu, Sayang. Aku janji tidak akan lama lagi sampai aku bisa memilikimu seutuhnya."

.
.
.

Taehyung setengah mati menahan air mata yang sudah berkumpul di sudut manik indahnya. Meremas jari-jemari Jimin yang melingkar erat di perutnya, Taehyung menarik salah satu tangan Jimin, melebarkan telapaknya dan mengarahkannya untuk mengelus perut Taehyung yang rasa Jimin sedikit lebih menggembung dari biasanya.

Taehyung terkikik saat tangan Jimin sedikit gemetar.

"Cepatlah kalau begitu, Appa, kau tidak mau Park kecil yang ada di dalam keluar lebih dulu, bukan?"

Di detik yang sama, Jimin merasakan gulungan ombak sukacita menerjang dinding-dinding perutnya sampai ia merasakan hangat di sekujur tubuh. Taehyung dipeluk erat, dicium, dipeluk kembali, lalu diangkat sampai tubuh berisinya berputar-putar di udara.

"Kuharap Park kecil masih bisa melihat Appa-nya saat ia lahir nanti, mengingat Kakek Kim galaknya minta ampun kalau sama Appa-nya,"

Lalu Jimin tergelak lebar saat Taehyung mengumpatnya dan meremas bahu Jimin, gemas.

.
.
.

Love journey is never ending stories. There's always gonna be growth, improvement, adversity; you just gotta take it all in and do what's right, continue to grow, continue to love and live in the moment.

ー(Antonio Brown)

.
.
.
tamat

Aku galau bikin Jimin tersiksa di Shirushi, jadi aku pengen bikin dia bahagia di sini, walaupun behind the scenenya pasti kena gampar Namjoon karna udah jebolin anak orang sembarangan *ketawajahat* :')

Random tag buat kimchidokki
sama buat Jimaboy_ juga yang katanya pengen banyak momen Jimin-Taehyung. Aku ngasihnya di sini dulu ya :')

Spesial sayang dan terimakasih buat teman-teman yang udah baca tanpa terkecuali, selamat menyambut weekend!♡

FrammentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang