8. Blue [side]

1K 151 86
                                    

Kim Taehyung mengenalnya sebagai Park Jimin. Tetangga sebelah rumah, cucu satu-satunya kesayangan kakek Park. Usianya hanya setahun lebih tua dari Taehyung, namun sanggup membuat Taehyung merasakan kasih sayang seorang sahabat, kakak, sekaligus ayah dari satu sosok yang samaー

dulu.

Ya, dulu.

Sebelum Taehyung menghancurkan hati Jimin. Jatuh, sejatuh-jatuhnya. Membuat pria yang sesungguhnya penyayang itu akhirnya menyerah dan memilih untuk mundur dalam memperjuangkan kepribadian Taehyung yang dirasa sudah cukup rusak. Terlebih sejak kedua orang tua Taehyung pergi meninggalkannya begitu saja.

Ini bukan keinginan Taehyung, demi Dewa di atas sana. Tidak ada satupun yang berkeinginan untuk memiliki pemikiran yang sakit, bukan?

Maka di tengah kemelut hatinya yang benar-benar takut Jimin akan meninggalkannya, sekali lagi Taehyung mendaraskan doa. Agar Jimin mau berbalik. Agar Jimin mau memandangnya, barang sedikit saja. Agar Jimin mau memberinya kesempatan, untuk Taehyung agar bisa berubah. Sesulit apapun itu, Taehyung akan berusaha sekuat tenaga,

asal Jimin tidak pergi meninggalkannya.

Namun sayang, doa hanyalah doa. Harapan yang terlontar dari hati terdalam. Dan kata orang, doa yang belum terjawab, itu berarti yang di atas sedang mempersiapkan rencana yang jauh lebih indah. Yang bisa kita lakukan hanyalah sabar menunggu saat itu tiba.

.
.
.

Tapi masalahnya, sampai kapan ia harus menunggu dan bersabar? Karena Jimin tidak menjanjikan apapun padanya saat ia pergi, bahkan sampai bus yang ditumpanginya perlahan menjauh, lalu hilang dari pandangan mata basah milik Taehyung.

.
.
.

"Kau yakin mau bekerja di sini, Tae? Sebagai cleaning service? Astaga, sudah kubilang, kan, tinggallah bersamaku. Kau tidak perlu bekerja seperti ini, aku bisa menghidupimu, Kim Taehyung."

Plastik-plastik hitam berisi sampah kering dikumpulkan, Taehyung menjauh sejenak dari Hoseok untuk membuang rongsokan tersebut ke dalam bak sampah di samping kafe.

"Lebih baik mana, Hyung. Cleaning service, atau pencuri?" tanya pemuda berparas manis saat ia kembali muncul dihadapan Hoseok. "Atau mungkin, Hyung lebih senang melihatku berkelahi?"

Hoseok terdiam, dan sedetik kemudian ia menggeleng. "Aku tahu, kau berubah jadi seperti ini pasti karena Park Jimin, kan?"

Taehyung tidak menjawabnya. Satu persatu meja di dalam kafe dibersihkan menggunakan kanebo basah, dan dikeringkan dengan kain berserat halus. Hoseok terus setia mengikuti pergerakan Taehyung, walau ia tahu, segala komentarnya hanya akan diterima sebagai angin lalu.

"Aku turut senang kau mau berubah, Taehyung-ah. Hanya saja, kalau ada tawaran yang lebih baik daripada sekadar menjadi cleaning service, kenapa tidak?"

"Semua akan jauh lebih bernilai jika dimulai dari nol, tidak ada yang instan untuk memperbaiki diri, Tuan Muda Jung."

Suara berat Yoongi menginterupsi, Hoseok menoleh dan mendengus kecil. Pria pucat pemilik kafe itu tiba-tiba saja muncul dari pintu belakang, membuatnya nyaris terlompat kaget.

"Sudah kubilang, jangan panggil aku seperti itu, Yoongi-ssi. Dan lagi, bukankah aku meminta bantuanmu, untuk mencarikan Taehyung pekerjaan yang lebih layak?"

Kini giliran Yoongi yang mendengus. Garnis segar dimasukkan ke dalam lemari pendingin, tangan kurusnya dengan cekatan mengeluarkan buah-buahan untuk diolah menjadi dessert bagi sang tamu.

FrammentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang