Sungguh, kali ini Kim Taehyung tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Hari masih begitu sore ketika pekerjaan paruh waktunya di toko bunga milik kenalan Kim Namjoon—sang ayah—usai, dan itu membuatnya bingung. Mau jalan-jalan, namun ia terlalu ragu menentukan tempat tujuan. Mau nongkrong, Taehyung ingat, ia masih harus berhemat sampai akhir bulan. Akhirnya dengan rasa malas yang lebih mendominasi, Taehyung memutuskan untuk langsung kembali ke flat agar bisa melepas lelah.
Begitu tiba di kamar sederhana miliknya, pemuda dua puluh dua tahun itu menggantungkan jaket parka hitam dan topi miliknya pada standing hook, sebelum akhirnya menjatuhkan tubuh di atas sofa bed. Taehyung memandang jendela kaca yang menghubungkan area tidur dengan balkon kamar.
Musim gugur, ya?
Taehyung mendesah pelan, mengucek mata yang terasa pedih, kemudian memejamkan mata. Udara dingin yang masuk melewati lubang ventilasi tidak dihiraukan sama sekali. Begitu pula dengan rasa lapar yang tadi sempat menghampiri. Rasanya Taehyung begitu berat hati untuk bergerak. Dan dalam hitungan detik, belaian angin mampu membuat kesadaran pemuda berparas manis tersebut pelan-pelan mulai terlepas—kembali ke memori yang sengaja dilupakan akhir-akhir ini.
"....sekali lagi aku minta maaf, Taehyungie. Aku sama sekali tidak bermaksud—"
"Sudahlah. Aku tidak apa-apa, Hyung."
Taehyung memang tidak mahir berbohong. Terbukti dari lawan bicaranya yang langsung terlihat gelisah begitu menemukan tetesan bening berkumpul disudut mata Taehyung.
"Taehyungie, aku—"
"Aku mohon Yoongi-hyung, jangan dibahas lagi. Kau tidak perlu memberi penjelasan apapun, karena akuーaku sangat mengerti." Taehyung menengadahkan kepala ke atas, berharap dapat mencegah air mata mengalir di pipi, sebelum akhirnya kembali memandang sang 'mantan kekasih'.
"Baiklah. Aku tahu. Sekali lagi aku minta maaf, sudah mengakhiri hubungan kita sampai di sini. Aku sudah banyak menyakitimu, Tae"
Dalam benaknya, Taehyung masih ingat bagaimana sepasang tangan dingin yang sangat ia puja itu membelai helaian hitam gelombang miliknya dan menghapus jejak air matanya lembut.
"Maafkan aku, Taehyung-ah."
Andai saja ini bukan suatu perpisahan, andai saja ini adalah belaian sayang dari kekasih yang sangat dicintainya, andaikan waktu bisa diputar kembali, ia pasti akan menjadi orang paling beruntung di dunia.
Sayangnya, nasi telah menjadi bubur. Hubungan mereka tidak akan sama lagi seperti dulu. Taehyung menelan ludah dengan susah payah. Hatinya perih dan teriris. Tanpa bisa menahan tangis yang menggelegak di tenggorokan, ia memeluk erat pria dihadapannya.
Sangat erat, untuk yang terakhir...
.
.
.Dongdaemung-du, Seoul – 2018
["Kau yakin untuk terus bekerja di sana, Taehyung-ah? Kalau kau mau, Appa-mu dan aku bisa mencarikan pekerjaan yang lebih layak dan berguna untukmu di sini."]
Taehyung memutar kedua bola matanya, jenuh. "Hyung, aku baik-baik saja di sini, jangan khawatir. Tenang saja, teman Appa begitu baik padaku, setidaknya aku akan menetap di sini sampai aku menemukan apa yang aku cari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Frammento
Fanfiction[a small part broken or separated off something] Kepingan-kepingan kisah Jimin & Taehyung yang dikumpulkan menjadi satu. MinV. #BL #minv #btsmembers #shortstories #romance #hurt #comfort