☘️6. Second Time

63.7K 4.4K 666
                                    

Trigger Warning: Cerita ini memuat banyak adegan dewasa, toxic relationship, erotis dan eksplisit.

kalau kamu gak nyaman dengan hubungan yang gak sehat, mohon untuk tidak melanjutkan membaca cerita ini, tidak perlu meninggalkan komen yang jahat.

***

Lo lebih suka mereka nyentuh Lo secara sadar, kan? Sekarang Lo lihat, gue yang akan melakukannya!

❝᷀ົཽ≀ˍ̮ ❝᷀ົཽ
.
.

Vallen berjalan kesana kemari untuk mencari keberadaan Felisha. Ternyata dugaannya benar, tempat ini adalah tempat mesum berkedok cafe. Di dalamnya terdapat begitu banyak pria tua hidung belang, yang hanya punya uang sedikit sehingga berakhir di tempat ini. Mengencani gadis-gadis di dalam sini paling hanya menghabiskan kocek seratus ribuan, ditambah beer kelas murahan. Membuat keadaan di dalam sana sangat menjijikkan. Bau alkohol yang tak enak di hidung, dan asap rokok yang begitu menyengat.

"Hallo, Mas... Wah tampan sekali. Aku lagi free loh, murah aja..." Seorang cewek nyaris telanjang mendekati Vallen dengan sedikit menggerayangi badan cowok itu.

Vallen seketika menepisnya. Dia mana mau dengan cewek-cewek seperti itu, bukan kelasnya. Kalaupun dia ingin meniduri perempuan, maka harus yang berasal dari kalangan kelas atas.

"Mas, sama aku ajaaa!"

"Mas, aku rasa perawan loh!"

"Tante goyangnya bikin pingsan loh, ayo dek..."

Berbagai godaan itu Vallen singkirkan. Dia mengelilingi tempat yang tak terlalu besar itu untuk mencari tujuannya.

Dan, Vallen menemukannya.

Vallen melangkah lebar mendekati seorang cewek berseragam serba hitam, dengan rok yang teramat pendek. Cewek tersebut sedang menuangkan beer ke gelas seorang pengunjung yang teringat bercumbu dengan wanita bayaran.

Tanpa basa basi, Vallen menarik tangan Felisha. Membuat Felisha tak siap hingga menjatuhkan botol beer itu dari tangannya. Pria yang dilayani oleh Felisha mengumpat dengan kata-kata kasar dan menyebut Felisha sebagai pelacur.

Tak terima, Vallen melepas tangan Felisha. Berbalik dan langsung menghajar pria itu dengan pukulan berkali-kali di wajahnya hingga bercucuran darah.

Felisha begitu terkejut melihatnya, dia berusaha menarik tubuh Vallen menyudahi keributan. Tapi masalahnya bertambah besar ketika semua bodyguard di tempat itu berdatangan untuk melumpuhkan Vallen.

Suasana di dalam sana langsung ricuh. Beberapa pengunjung yang mabuk bersorak seakan sedang menonton pertandingan tinju di televisi. Bagi yang masih sadar, berlarian keluar.

Vallen dikeroyok, wajahnya memar oleh tonjokan. Tapi dia cowok yang kuat, dia mampu mengalahkan semua orang yang berusaha menjatuhkannya.

Felisha terpana melihat bagaimana Vallen bisa bersilat menjatuhkan satu persatu bodyguard berbadan kekar. Satu lagi kelebihan seorang Vallen yang terlihat di mata Felisha.

"Ayo," bahkan tanpa sadar kini Vallen sudah menggenggam tangan Felisha, menggandengnya keluar dari tempat yang sudah kacau balau itu.

Vallen membawa Felisha ke rumahnya, tempat yang pernah didatangi Felisha bersama Juwita saat itu. Rumah itu besar namun terlihat kosong, hanya ada para pelayan yang wara-wiri di sekitar sana.

"Lo ngapain sih ngelakuin hal kayak tadi? Lo udah bikin gue kehilangan pekerjaan, tau nggak?!" Marah Felisha begitu ada kesempatan.

Tadinya, Felisha ingin langsung protes saat di mobil. Tapi melihat wajah Vallen yang nampak angker, membuatnya menahan diri. Daripada dia dicekik dan mayatnya dibuang ke pinggir jalan, mending Felisha cari aman.

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang