☘️17. Felisha untuk Vallen

45.6K 2.9K 331
                                    

Aku janji, aku nggak akan ngelakuin hal yang kamu nggak suka. Aku nggak akan nyentuh kamu melebihi batas yang kamu mau. Aku nggak akan buat kamu takut. Sumpah, aku nggak akan main sama perempuan lain lagi. Aku mau sembuh dan aku...

❝᷀ົཽ≀ˍ̮ ❝᷀ົཽ
.
.

Ting Tong.

Ting Tong.

Vallen menekan bel di rumah Juwita dengan tak sabaran. Dia bergerak gelisah menunggu pintu berwarna putih itu dibuka. Sekali lagi, Vallen menekan bel. Dia tak perduli seandainya sang pemilik rumah terganggu dengan suara bel itu.

Cklek.

Pintu terbuka dan langsung memunculkan sosok Juwita yang tengah memakai baju tidur sexy. "Eh, elo. Gue kirain laki gue," kata Juwita sambil terkekeh.

"Felisha mana?" Tanya Vallen langsung.

"Hmm, nyariin Felisha. Dia di kamar tamu, tidur. Abis nyeritain Lo, capek, ketiduran."

"Ta, gue boleh masuk nemuin dia kan?" Tanya Vallen hati-hati. Dia tak begitu akrab dengan Juwita. Sejak Juwita sama Marcel, barulah cewek itu mulai sering berkumpul dengan mereka semua.

"Boleh sih. Tapi Lo nggak bermaksud buat ngapa-ngapain dia, Kan?"

"Menurut Lo tampang gue keliatan kayak jahat banget ya?" Vallen menaikkan sebelah alisnya.

Juwita terkikik. Wajah Vallen memang terlihat jahat ala-ala bad boy, dan itu sangatlah mempesona. "Lo itu kayak charming devil, hihihi."

"Inget Lo udah punya suami."

"Hahahahaha," Juwita langsung terbahak-bahak.

"Udah buruan dimana kamarnya," sergah Vallen. Berbasa-basi dengan Juwita tak akan ada habisnya bila diladeni.

"Udah yok masuk," ajak Juwita. Vallen pun melangkah masuk mengikutinya. "Tanggung jawab loh ya kalo sampe Marcel marah gara-gara gue masukin Lo ke rumah tengah malem begini," cicit Juwita.

Vallen menanggapinya dengan memutar kedua bola matanya.

"Ini kamarnya," kata Juwita, berhenti di depan pintu berwarna cokelat yang bersebelahan dengan kamar lainnya.

"Oke thanks," Vallen tak sadar mencubit pipi Juwita. Membuat cewek itu melongo dan baper setengah mati.

Vallen masuk ke kamar itu, dia menutupnya dari dalam meski Juwita masih berdiri di depan pintu itu. Dilihatnya, Felisha tengah berbaring telentang di atas kasur dengan selimut menutupi setengah bagian tubuh bawahnya.

Vallen tersenyum, dia melangkah mendekati Felisha. Berlutut di tepi ranjang, mengamati wajah cewek itu dalam jarak yang dekat. Nafas Felisha naik turun dengan teratur. Wajah Felisha terlihat sangat polos ketika tidur. Juga begitu cantik, sempurna bagi Vallen.

"Gimana mungkin aku bisa lepasin kamu yang secantik ini, Fel," bisik Vallen dengan suara pelan.

Vallen mengusap pipi Felisha dengan lembut. Lalu dia membungkuk, mengecup bibir Felisha dengan sedikit menekannya.

●▬▬๑badboy๑▬▬●

Felisha membuka matanya, ketika merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bibirnya. Jantungnya mendadak bergolak ketika melihat wajah Vallen yang begitu dekat dengan wajahnya. Vallen tersenyum padanya, benar-benar bagaikan sedang bermimpi.

"Hey," sapa Vallen, lembut sekali.

Felisha masih saja mematung. Dia tak berkedip sedikitpun. Bisa dirasakannya usapan tangan Vallen yang merayapi pipinya, juga hembusan nafas cowok itu yang menyapu wajahnya.

"Aku nyerah, Fel. Aku nggak bisa terus-terusan ngejer kamu. Aku capek, hati dan pikiran aku."

Felisha terkesiap. Seharusnya dia senang mendengar Vallen akhirnya menyerah, karena selama ini dialah yang meminta cowok itu untuk tak lagi mengejarnya. Tapi setelah mendengar rahasia Vallen dari Juwita tadi, jujur Felisha sangat ingin meraih cowok itu ke dalam pelukannya.

"Tolong... Jangan buat aku mengejar kamu terus. Berhentilah dan biarkan aku sejajar sama kamu. Aku mau kita jalan bergandengan, bukan berbeda arah. Aku capek Fel, aku mau bersandar sama kamu. Hati dan pikiran aku lelah mikirin kamu terus. Tolong..."

Mata Felisha makin membulat. Jadi, dia salah paham? Vallen bukannya menyerah untuk berhenti. Melainkan, menyerah karena ingin mereka bersama.

"Aku janji, aku nggak akan ngelakuin hal yang kamu nggak suka. Aku nggak akan nyentuh kamu melebihi batas yang kamu mau. Aku nggak akan buat kamu takut. Sumpah, aku nggak akan main sama perempuan lain lagi. Aku mau sembuh dan aku..."

Felisha meletakkan jari telunjuknya ke bibir Vallen, sehingga Vallen tak lagi bicara. Lalu Felisha beranjak duduk, bersandar di kepala ranjang dan menatap Vallen begitu dalam.

"Untuk sembuh kamu perlu penawar, Vallen. Nggak ada sembuh yang instan di dunia ini," ujar Felisha kemudian.

Vallen tak mengerti maksud dari omongan Felisha, dia hanya bisa membalas tatapan Felisha sama dalamnya.

"Ajari aku menjadi dia, seperti yang kamu cari selama ini."

"Dia?" Vallen mengerutkan keningnya.

"Jennifer."

Vallen tersentak mendengarnya. Namun itu seakan sudah sangat lama tak terdengar. Sosok dari nama itu pun telah mengabur dalam ingatan Vallen. Saat Felisha menyebut nama itu, otaknya kemudian mengingat dengan jelas tentang Jennifer.

"Kamu mau sembuh, kan? Maka kamu harus menemukan penawarnya."

"Fel..."

"Aku siap," potong Felisha.

Hal yang mengejutkan bagi Vallen adalah saat Felisha membuka kancing piyama tidurnya. Cewek itu melempar piyama itu ke lantai. Bahkan Felisha membuka pengait bra nya, juga melemparnya ke lantai. Felisha sudah setengah telanjang, payudara indahnya menggantung sempurna di hadapan Vallen.

Felisha yang memulai. Dia mendekati Vallen, mendaratkan ciuman ke bibir cowok itu.

"Felisha untuk Vallen," bisik Vallen kemudian.

●▬▬๑badboy๑▬▬●

Mohon maaf adegan (18+) nya di-skip dan hanya akan ada di Ebook dikarenakan membatasi usia-usia nakal yang nekat baca.

Chat ke:
WA 0813-777-333-41

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang