☘️16. Masa Lalu

42.5K 3.1K 376
                                    

Karena cuma Lo satu-satunya cewek yang bisa ngebuat Vallen mampu menahan kebutuhannya itu.

❝᷀ົཽ≀ˍ̮ ❝᷀ົཽ
.
.

Felisha merasa begitu senang karena akhirnya Juwita pulang dari bulan madunya yang panjang. Juwita membawakan begitu banyak oleh-oleh untuk Felisha.

"Ta, Lo sebenernya ke sana buat Honeymoon atau shopping?" Tanya Felisha tak percaya. Barang bawaan Juwita begitu banyak, padahal dia ingat cewek itu hanya membawa satu koper saat pergi dan begitu pulang ada 5 koper besar yang dibawanya.

"Sambil menyelam minum air, Fel," kekeh Juwita.

"Huhhh!" Felisha ikut terkekeh. "Eh, laki Lo mana?" Tanyanya. Rumah Juwita terlihat kosong, tak ada sosok Marcel si suara ngebass.

"Sama seperti gue. Begitu sampe dia langsung inget sahabatnya."

Felisha tertawa. "Gimana honeymoon nya, menyenangkan?"

"Nggak," jawab Felisha singkat.

Kening Felisha berkerut. "Kok?"

"Di sana. Gue denger kabar kalo sahabat gue ini lagi berantem sama Vallen. Gue nggak tenang, rasanya pengen cepet-cepet pulang buat tanya, kalian tuh berantem kenapa sih?"

Wajah Felisha langsung berubah. Keceriaannya tadi lenyap berganti diam.

"Fel, kenapa?" Juwita menyentuh lengan Felisha.

"Ceritanya panjang, Ta."

"Gue siap mendengarkan. Gue punya banyak waktu dan gue yakin cerita Lo akan selesai sebelum Marcel pulang." Juwita lalu berbisik, "dia kalo pulang pasti tengah malem," sambil terkekeh.

Felisha tersenyum tipis. Dia menatap Juwita yang menunggunya bercerita.

Selama Felisha bercerita, Juwita mendengarkannya dengan ekspresi shock luar biasa. Baginya wajar bila Felisha marah, karena kalaupun dia berada di posisi Felisha maka dia akan melakukan hal yang sama.

Selama menceritakan itu, Felisha berusaha menahan air matanya jatuh, tapi gagal. Air mata itu meleleh, seiring dengan bangkitnya kembali rasa sakit saat harus mengingat kejadian itu lagi.

"Gue udah cinta banget sama dia, Fel. Lo tau kan selama ini gue sudah buat buka hati ke cowok manapun?"

Juwita mengangguk.

"Dan sama Vallen gue bisa. Gue udah bener-bener jatuh cinta sama dia. Vallen bisa ngebuat gue cemburu saat dia dideketin sama cewek lain. Vallen ngebuat gue selalu ngeliatin layar hape nunggu balesan chat. Vallen ngebuat gue selalu kangen dan punya alasan buat ketemu. Gue bahkan mau diajak tidur sama dia, Ta..." Felisha lantas menangis semakin keras.

Juwita memeluk Felisha. Dia memeluknya begitu erat hingga bisa merasakan tubuh Felisha bergetar hebat dalam pelukannya.

●▬▬๑badboy๑▬▬●

"Gue dengar-dengar dari Marcel, Vallen punya penyakit gitu, Fel."

Felisha menoleh pada Juwita. "Penyakit?" Tanyanya dengan wajah cemas.

"Eh, bukan penyakit sejenis kanker stadium 4 yang sebentar lagi bikin dia meninggal, bukan yang kayak begitu," ralat Juwita. Dia sebenarnya tak enak memberitahukan ini pada Felisha, karena Marcel bilang untuk merahasiakannya, walau bagaimanapun itu aib Vallen. Tapi melihat Felisha galau sepanjang masa seperti ini membuat Juwita bertekad untuk membongkarnya.

"Juwi, apaan sih?" Tuntut Felisha pemasaran.

Juwita berdeham. "Emm, Vallen punya penyakit semacam kecanduan sex atau hypersex gitu, Fel..." Ucap Juwita pelan.

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang