6 Extended

3K 124 6
                                    

Felisha mencium aroma kopi yang begitu lezat. Dia perlahan membuka mata dan mendapati secangkir kopi begitu dekat dengan hidungnya dan yang lebih membuat kaget adalah orang yang membawa kopi tersebut adalah Vallen. Felisha belum siap, dia merasa sangat malu.

"Hai..." Sapa Vallen, menyadarkan Felisha kalau saat ini dirinya sedang menunggu.

"Eh," Felisha mengeraskan wajahnya. Berusaha keras membunuh detakan gila yang membuat sekujur tubuhnya berdesir. Dia bangkit untuk duduk setelah menyelipkan selimut menutupi dadanya. Felisha menerima kopi tersebut dan meletakkannya ke pangkuan, memeganginya dengan tangan gemetar.

"Malem ini tidur sini aja. Udah tengah malem," kata Vallen sambil duduk di samping Felisha. Dia merapikan rambut berantakan cewek itu dengan menyelipkannya ke belakang telinga.

"Udah tengah malem dan kamu ngebuatin aku kopi?" Tanya Felisha.

"Karena aku nggak akan biarin kamu tidur malam ini," bisik Vallen.

Wajah Felisha langsung memerah. Dia tanpa sengaja menumpahkan kopi hingga mengenai tangan Vallen, cowok itu sedikit memekik kepanasan. "Eh, maaf-maaf..." Felisha buru-buru meletakkan kopi ke atas nakas samping tempat tidur. Dia meraih tangan Vallen, mengelap bekas tumpahan kopi dan meniupnya.

Vallen tersenyum geli. Dia mengangkat dagu Felisha, "salahkan diri kamu sendiri kalau sampai aku bener-bener bikin kamu nggak bisa berdiri besok pagi," ucapnya dengan tatapan setengah nakal. Entah itu ancaman atau sebenarnya pujian, keduanya nyaris memiliki maksud dan tujuan yang sama.

Felisha refleks menghempas tangan Vallen. Dia melengos ketika Vallen justru cengengesan menggodanya. Dan ketika tangan Vallen tertangkap mengusap puncak kepalanya, Felisha merasa hangat menjalar hingga ke hatinya.

Nyaman.

"Mulai sekarang, kamu adalah milik aku. Milik Vallen jangan sampai disentuh oleh cowok lain. Mengerti?"

"Kamu ngancem?"

Dan, sejak kapan panggilan itu berubah menjadi Aku-Kamu.

Vallen menaikkan sebelah alisnya. "Sebut saja begitu," katanya sambil mengedipkan sebelah mata.

"Aku bukan pacar kamu," Felisha melengos.

Vallen tiba-tiba mendekatkan wajahnya, membuat Felisha gelagapan. "Kalo gitu, calon istri."

Pipi Felisha seketika memerah. Dia mendorong wajah Vallen menjauh.

Vallen tertawa. Dia menyandarkan kepalanya di sandaran ranjang dan memiringkannya agar bisa menatap wajah Felisha yang gugup.

Felisha menghembuskan nafasnya untuk melenyapkan rasa gugup itu. Dia menoleh pada Vallen, menatap cowok itu dengan serius. "Aku mau kamu hapus video itu," mintanya.

Vallen balas menatap Felisha. "Kenapa?" Tanyanya.

"Aku nggak mau video itu sampe jatuh ke tangan orang yang salah. Aku..."

"Nggak akan. Aku janji," potong Vallen. Dia lalu meraih ponselnya yang ada di dalam celana pendeknya.

Vallen merangkul Felisha, merapatkan tubuh mereka lebih dekat. "Kamu penasaran, kan?" Katanya sambil memutar video pada kejadian malam itu.

Felisha sebenarnya tak ingin melihatnya, dia merasa malu. Tapi rasa penasaran yang jauh lebih besar membuatnya mau tak mau menontonnya. Debaran jantungnya mungkin dirasakan oleh Vallen, terutama pada momen-momen mereka berdua menyatu untuk pertama kalinya.

Felisha mungkin tak mengingat apapun. Tapi dia bisa melihat, Vallen memperlakukannya dengan lembut. Tanpa paksaan sama sekali. Bahkan sangat terlihat jelas di sana, Felisha begitu menikmatinya saat itu.

"Jadi itu bukan pemerkosaan kan, calon pengacara?" Tanya Vallen menggoda, setelah video selesai diputar.

Felisha mendengus, namun pada akhirnya dia tertawa tipis. Vallen memeluknya, mencium puncak kepalanya. Makin terasa nyaman hingga tangan Felisha melingkar di pinggang Vallen, membalas pelukan itu.

●▬▬๑badboy๑▬▬●

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang