Krist dan Singto malam itu berjalan di koridor hotel Mandarin, hotel tempat mereka menginap ketika melakukan fanmeeting di Jakarta, Indonesia. Mereka berjalan berdampingan, sedangkan P'Jane, Mae Yui, P'Boyd dan beberapa staff mereka, berjalan lebih dulu di depan mereka beberapa meter.
Krist terdiam. Banyak hal yang sekarang berkecamuk di otaknya. Fanmeeting mereka telah selesai. Itu artinya, besok mereka harus kembali berpisah selama 4 hari.
Bukan hal yang aneh baginya, ketika dia merasa sedih karena harus berpisah dengan Singto. Namun berpisah dengan Singto, setelah mereka melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama, membuat hati Krist merasa sangat berat.
Dan entah kenapa, akhir-akhir ini dia merasa sangat jauh dari Singto. Bahkan walaupun Singto berada di jangkauannya pun, dia tetap merasa jauh. Tahun ini, mereka tidak punya project bersama, kecuali hanya menghadiri acara-acara on air, atau acara-acara off air. Tidak ada pekerjaan yang mengharuskan mereka bersama setiap hari. Justru, pekerjaan mereka sekarang mengharuskan mereka untuk sedikit menjaga jarak, untuk kebutuhan rating dan promosi.
"Kau tidak apa-apa?" Singto tiba-tiba menggenggam tangan Krist yang sedang berjalan di sampingnya.
"Huh? Tidak. Aku tidak apa-apa P'." Jawab Krist pelan.
"Kau lelah?"
"Hm, sedikit."
"Baru main lompat tali 10 kali saja, kau sudah selelah ini? Staminamu buruk sekali." Goda Singto.
"Au, semalam kan aku hanya tidur sebentar P'."
"Itu karena kau memaksa ingin main. Bukannya istirahat di kamar, kau malah turun ke jalan dan teriak-teriak seperti anak kecil."
"Aku hanya ingin menikmati suasana, mumpung kita sedang berada di luar negeri. Kau tau, itu namanya menikmati hidup."
"Tapi wajahmu sekarang tidak menunjukkan bahwa kau sedang menikmati hidup."
"Euh euh euh. Aku menyerah." Kata Krist. "Aku ke kamar dulu ya P'. Selamat malam." Kata Krist sambil membuka pintu kamarnya.
"H-Hey Krist,-"
Cklek.
Belum sempat Singto menyelesaikan kalimatnya, Krist lebih dulu menutup pintu kamarnya.
"Ada apa dengannya?" Singto mengernyit heran. Dia lalu memandang P'Jane dan Mae Yui yang juga hanya bisa saling memandang.
"Ayo kita ke kamar, Sing. Dan kita bisa bicara." Kata P'Jane lagi.
Singto akhirnya mengangguk setuju. Singto, P'Jane dan Mae Yui pun masuk ke dalam kamar hotel milik Singto dan P'Jane. Kedua manajer itu duduk di hadapan Singto sambil memberi Singto tatapan-tatapan aneh yang membuat Singto merasa terintimidasi.
"Apa Krist marah padaku?" Tanya Singto, pada kedua manajer mereka.
"Sing, Kau tidak tau?"
"Apa?"
"Ck, Sing... Kau sudah mengenal Krist bertahun-tahun. Kenapa kau masih juga tidak bisa memahaminya?" Ujar P'Jane. "Dia sedih, karena besok dia harus kembali berpisah denganmu." Lanjut P'Jane lagi.
"Berpisah dengan-, Oh ya Tuhan..." Singto menepuk jidatnya sendiri. "Kita hanya akan berpisah selama 4 hari, P'Jane."
"Apa kau tak merasa sedih, kau tak akan bertemu dengan kekasihmu selama 4 hari lamanya?"
"P'Jane, dia kesana untuk bekerja"
"Kami tau. Tapi-,"
"Lalu menurut kalian aku harus bagaimana? Apa aku harus melarang dia untuk pergi ke Hongkong dan menyeretnya pulang bersamaku ke Thailand?"
YOU ARE READING
SWEET DAY WITH KRIST-SINGTO (ONE-SHOTS)
Historia CortaHanya berisikan beberapa peristiwa sweet sweet hasil "halu" ku terhadap cute couple yang satu ini. want to know? just read. enjoy it