"Sing... Sing... bangun..."
P'Jane malam itu mencoba untuk membangunkan Singto yang tertidur di depan pintu kamar Apartement Krist. Sebenarnya, Singto meninggalkan Kantor GMMTV tanpa pamit kepada siapapun. P'Jane sempat kelimpungan mencari Singto ke seluruh gedung, namun Singto tidak juga ditemukan. Ponsel milik Singto pun juga tertinggal di Kantor. P'Jane sedikit curiga, ketika Mae Yui yang ternyata juga tidak bisa menemukan keberadaan Krist. Di tempat parkir pun, mobil milik kedua aktor muda tersebut sudah tidak ada. P'Jane pun akhirnya berinisiatif untuk menuju ke Apartement milik Krist, dan ternyata, menemukan Singto yang tengah tertidur pulas di pintu kamar Apartement Krist.
Singto yang merasakan tepukan di pipinya pun, akhirnya terbangun, dan mendapati P'Jane sedang berdiri di depannya dengan khawatir.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya P'Jane, ketika Singto sudah setengah sadar.
Singto sedikit terkejut. Dia juga tidak tau, kenapa dia bisa tertidur disini. Namun kemudian, dia baru mengingatnya, bahwa dia sedang berusaha untuk menemui Krist yang tadi sudah memutuskan hubungan mereka.
"Krist..." Gumam Singto. Singto bergegas berdiri, dan berniat untuk kembali mengetuk pintu kamar Krist. namun, sebelum sempat dia melakukannya, P'Jane menahannya lebih dulu.
"Singto... jangan. Ini sudah hampir jam 2 malam. Krist pasti juga sudah tertidur." Kata P'Jane.
Singto menggeleng keras, "Tidak P'. Aku harus berbicara dengan Krist sekarang juga. Aku harus bicara padanya, P'..." Kata Singto, gemetaran menahan tangis.
"Sing, apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya P'Jane lagi.
Singto terdiam sebentar, memejamkan matanya seiring dengan air mata yang tiba-tiba mengalir deras. Singto kembali roboh dan jatuh terduduk. "Apa yang harus ku lakukan P'? Apa yang harus ku lakukan sekarang?" Singto berujar, sembari berkali-kali membenturkan kening ke lututnya.
"Sing... kita harus pergi dari sini. Aku tidak ingin membuat keributan disini. Ayo kita pulang ke rumah, dan kau bisa ceritakan semuanya padaku."
"Tidak P'. Aku ingin tetap disini. Aku harus menunggu Krist keluar dari kamar dan berbicara padanya."
"Sing, dengarkan aku. Kau tau Krist, kan? Jika dia tidak ingin berbicara padamu, maka dia memang membutuhkan waktu untuk sendiri dulu. Berikan dia waktu sejenak, Sing. Aku yakin, dia akan datang padamu dan berbicara padamu jika dia sudah siap. Sekarang, kita pulang dulu. Kau juga tidak mungkin kan tidur disini? Ya? Ku mohon..." P'Jane mencoba untuk membujuk Singto. Singto tak menjawab perkataan P'Jane. Dia hanya menganggukkan kepalanya sedikit, walau dengan berat hati.
Mungkin P'Jane benar, Krist membutuhkan waktu sendiri. Dia bisa mencoba untuk menemui Krist lagi besok. P'Jane pun kemudian menopang badan Singto yang melemas, dan memapahnya berjalan meninggalkan kamar Apartement Krist.
Di perjalanan menuju ke Apartementnya, Singto tak berbicara sepatah kata pun. Dia hanya menyandarkan keningnya di jendela mobil. Pandangannya menerawang jauh, dengan air mata yang juga tak bisa ia buat berhenti. P'Jane di sampingnya yang sedang mengendarai mobil, hanya bisa menatap pria muda yang sudah dia anggap sebagai adiknya itu, dengan tatapan iba.
Sesampainya di Apartement mereka, Singto duduk di sofa sambil mengacak rambutnya frustasi. Dia masih terbayang wajah Krist yang terlihat sangat putus asa, ketika dia memutuskan hubungan mereka tadi. Singto tidak menyangka, bahwa semuanya akan jadi seperti ini. Singto sangat marah pada dirinya sendiri. Mengapa dia begitu bodoh sampai-sampai dia membuat segalanya menjadi berantakan seperti ini. Krist pasti sangat tersakiti karena ulahnya, walaupun Singto tidak dengan sengaja melakukannya. Seharusnya, Singto bisa lebih perhatian dan lebih peduli pada perasaan Krist yang sangat dicintainya.
YOU ARE READING
SWEET DAY WITH KRIST-SINGTO (ONE-SHOTS)
Short StoryHanya berisikan beberapa peristiwa sweet sweet hasil "halu" ku terhadap cute couple yang satu ini. want to know? just read. enjoy it