。5

3.6K 615 44
                                    

Hyunjin mengulanginya, lagi-lagi dia kabur dari kamar rawat inapnya. Semua ini karena gerimis kecil yang tak sengaja gemerciknya mengenai kaca jendela kamarnya.

Ketukan gemercik itu bagai sebuah ajakan agar Hyunjin menghampirinya, bermain bersama mereka.

Dan, disinilah Hyunjin saat ini. Berdiri di bawah pohon maple, sambil menikmati tetesan air hujan yang turun melalui daun daun kuning di atas, membasahinya sedikit demi sedikit.

Hyunjin tertawa senang, kakinya melompat-lompat bagai anak berumur 5 tahun yang baru saja dibelikan mainan baru.

Meski angin berhembus cukup kencang dan hujan turun semakin deras, Hyunjin tak peduli. Entah sejak kapan, bermain dengan hujan adalah sebuah kesenangannya.

“Kamu tau main hujan bisa bikin demam?”

Hyunjin tersentak, kepalanya refleks menoleh ke arah kiri.

Di sana ada Chan, dengan sebuah payung dalam pegangannya, menatap Hyunjin sambil menggeleng-geleng kecil.

Chan menghampiri Hyunjin, memayungi tubuh bocah tinggi itu agar air hujan tak semakin menerpa tubuhnya.

Namun, Hyunjin malah merespon dengan tatapan sinis, kemudian menggeser tubuhnya agar keluar dari lindungan payung Chan.

Hanya sebentar Hyunjin menikmati rintikan hujan, Chan kembali menghampirinya, melindungi tubuhnya dengan payung yang pria itu bawa.

Hyunjin berdecak, memandang Chan dengan tatapan kesalnya.

“Kakak bisa diem gak sih?”

Chan mengangkat sebelah alisnya. Kemudian tertawa kecil.

“Harusnya kakak yang bilang gitu”

Pria Aussie itu mencubit pipi Hyunjin dengan gemas.

“Kamu bisa diem gak sih? Hujan-hujanan gini kamu bisa sakit tau”

“Terserah gue”

Hyunjin menjawab ketus, kemudian kembali bermain dengan air hujan yang amat dingin.

"Kamu gak takut sakit? Dari kemarin hujan-hujanan terus"

"Gue kan kuat, mana bisa sakit?"

“Lah, ini apa?”

Chan menunjuk tabung cairan infus dalam pegangan tangan kiri Hyunjin.

" Bukan sakit?" lanjutnya.

"Sakit apaan? Bentar lagi juga sembuh―"

‘Iya, sembuh, haha’

Hyunjin menunduk, memandang pantulan wajahnya pada genangan air di bawah. Juga pantulan wajah Chan, yang masih tengah dengan setia memperhatikannya.

Sedikit dari banyaknya perasaan bersalah kembali muncul di relung hati Hyunjin.

Ia kesal, dan amat merasa marah. Bukan pada Chan, tetapi pada dirinya sendiri.

Kenapa di saat seperti ini, Tuhan kembali mempertemukannya dengan Chan?

Hyunjin bahkan tak ingin melihat wajah tampan pria itu lagi.

Meski Hyunjin sendiri akui kini ia sangat merindukannya setelah tak bertemu sekian lama.

Grep.

Hangat.

Hyunjin merasakan kehangatan yang begitu familiar baginya. Sensasi hangat berbeda yang hanya ia rasakan ketika Chan membaginya.

Pria itu memeluknya, melindungi tubuhnya dengan pelukan hangat, menelan tubuh ringkihnya dengan long coat cokelat yang sedang dia kenakan.

Hyunjin tak memberontak, pun tak merasa risih.

Lelaki dengan parasnya yang menawan itu merasa amat nyaman. Tenggelam dalam dekapan seseorang, yang sebenarnya masih sangat ia kasihi hingga saat ini.

Beruntung, saat ini Hyunjin masih dapat menahan kristal beningnya untuk tak keluar. Karena sungguh, pelukan Chan begitu menyesakkan hatinya.

I miss you” bisik Chan, tepat di telinga kanan Hyunjin.

Tidak, ini salah. Tak seharusnya hati Hyunjin menjerit, menjawab bisikan lirih itu.

Mereka sudah berakhir.

Hyunjin ingin sekali berontak, melepaskan pelukan itu dengan kasar. Tapi tubuhnya tak mendukung.

Maka dari itu, Hyunjin lebih memilih untuk mengeluarkan suara. Menolak segala kehangatan nyaman yang Chan berikan.

“Sedang apa kalian disini?”

Namun, bahkan sebelum Hyunjin mengeluarkan suaranya, sebuah suara lain lebih dulu menginterupsi.

Minhyun, dari arah kiri mereka berdiri angkuh. Menatap sang adik dan mantan kekasih adiknya, dengan tatapan tajam dan―

Penuh kecemburuan.

※※※

『PLUVIOPHILE』

※※※

Ceritanya aku lagi gabut abis nugas, padahal besok masih uas, hehe.

Pluviophile ; Chanjin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang