。6

3.1K 571 31
                                    

Minhyun menghela napas, entah untuk yang ke berapa kalinya. Ia menatap sang adik dengan raut lelah.

“Kamu bisa gak sih sehari aja diem disini? Kakak cape”

Hyunjin masih membisu, bukannya menyahuti ucapan Minhyun, lelaki manis itu lebih memilih untuk menatap jendela ruang inapnya yang terkena sedikit cipratan air hujan.

Wajah pucatnya tak berekspresi sama sekali, dan pasrah-pasrah saja saat Minhyun terus menghujaminya dengan omelan yang sudah hampir setiap hari ia dengar.

“Hyunjin, kamu dengerin kakak kan?”

Yang lebih muda hanya mengangguk, tanpa ada niatan membuka suara.

Minhyun menghampiri kasur Hyunjin, duduk di tepian kasur. Tangan besarnya terulur untuk menyibak rambut panjang yang menghalangi dahi sang adik agar ia dapat leluasa mengecek suhu tubuhnya.

Hyunjin demam, dan ini adalah akibat lelaki manis itu bermain hujan di taman belakang rumah sakit tadi pagi.

“Jangan lupa minum obat kamu. Dan jangan kabur lagi”

“Gue gak janji”

“Hwang Hyunjin!”

“Apa?!”

Minhyun membentak, Hyunjin pun balas membentak. Ia lelah, dengan semua ocehan Minhyun.

“Bisa gak sih kamu dengerin ucapan kakak? Kamu lagi sakit dan kabur-kaburan terus, kakak pusing, perawat kamu juga apalagi, kekanakan tau ga?!”

Hyunjin membuang mukanya. Tertawa sarkas atas bentakan sang kakak.

“Kalo gue gak kemana-mana, emang kakak mau nemenin gue disini?”

Minhyun diam kali ini. Ucapan adik bungsunya seakan membuat ia bungkam.

“Engga kan? Kakak aja selalu sibuk sama pasien kakak yang lain, gak pernah perhatiin gue, dan malah nyuruh perawat buat ngawasin gue”

Hyunjin menunduk dalam, memeluk kedua kakinya, kemudian menelungkupkan wajahnya di antara lututnya.

“Kakak itu gak beda jauh sama ayah dan bunda. Selalu sibuk dan lupa sama gue yang butuh perhatian”

“Gue kesepian kak, gue butuh temen”

Ucapan yang keluar dari bibir merah itu semakin melirih, seperti menahan sebuah isak tangis.

“Hyunjin, kalo kakak gak sibuk, kakak bakal selalu nemenin kamu disini. Pekerjaan kakak banyak, dan kakak gak mungkin ninggalin semuanya”

“Kalo gitu gak usah larang gue pergi kemana aja! Lo gak pernah peduliin gue, tapi lo larang akses gue nyari kebahagiaan gue sendiri, lo harusnya tau diri kak!”

Hyunjin menangis, air matanya tumpah dengan deras. Matanya memerah menatap Minhyun dengan kecewa. Dia sangat kecewa pada sang kakak.

“Kalo lo sayang adek lo ini, apa susahnya ninggalin kerjaan lo sementara kak, sampe―”

“Dek, gak bisa gitu―”

“Sampe Tuhan manggil gue”

Minhyun diam membeku. Seluruh syaraf dalam tubuhnya seakan berhenti fungsi, mendengar fakta yang selalu menampar dirinya.

“Lo bahkan tau sendiri hidup adek lo ini gak akan lama lagi, kak”

Setelah mengucapkan kata terkahirnya, Hyunjin berbaring, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan menangis dalam diam.

Sementara Minhyun. Ia hanya dapat meruntuk dalam hati. Meruntuki betapa tak bergunanya ia menjadi sosok seorang kakak untuk adik kesayangannya.

※※※

『PLUVIOPHILE』

※※※

Ngerti kan? Hehe.

Pluviophile ; Chanjin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang