PROLOG

642 52 17
                                    


Hari ini saya resmi berumur 20 tahun. Dan belum pernah pacaran.

Apa yang bisa dibanggakan dari orang-orang yang tidak punya mantan?

Kau hanya diam. Tatapanmu hangat seperti yang seharusnya. Saya tidak menyesal memilih dan menunggumu. Bahkan, saya tidak sungkan menghabiskan banyak uang hanya untuk dirimu. Baiklah, sepertinya kita memang cocok. Setidaknya untuk membunuh waktu satu atau dua jam kedepan di kafe yang penuh dengan orang-orang asing ini.

Saya ingin mengajakmu bercerita tentang hari kemarin. Lebih tepatnya, saya cuman ingin kau mendengarkan. Hanya mendengarkan. Tidak perlu menyela. Karna saya tahu kau bukan tipe yang suka menyela. Saya memilihmu karna kau tidak banyak bicara dan kau memang tidak suka bercerita.

Diluar sana, orang-orang daritadi berlalu lalang. Tidak ada satupun yang mau singgah dan masuk ke sini, bahkan hanya untuk sekedar mengucapkan 'selamat ulang tahun' pada saya.

Merayakan hari ulang tahun berdua denganmu di sebuah kafe bukanlah sesuatu hal yang buruk. Walaupun daritadi kau kebanyakan diam. Setidaknya cuman kau yang masih belum menolakku.

Saya mulai berkenalan dengan sepi sejak. Sejak kapan ya?

Oiya, ketika teman-teman yang sering saya ajak menikmatinya, satu-persatu berkhianat dengan saling melengkapi dirinya dengan kekasihnya masing-masing. Perlahan saya terlupakan. Sendiri. Kesepian seperti ruang di mana kau memiliki banyak waktu untuk berbicara pada diri mu sendiri. Orang-orang di dunia sedang mengikuti skenario yang ditulis oleh sang pencipta untuk membuatmu cemburu, membuatmu tak betah untuk lama-lama menyendiri, membuatmu menjadi orang asing, dan membuat teman-temanmu seketika menjadi biro jodoh yang mencocok-cocokkan dirimu dengan seseorang yang bahkan belum kau kenal.

Salah satu teman saya pernah berkata "Kamu harus coba pacaran Rey. Supaya kamu terbiasa dan mengerti cara berpikir perempuan kalo habis menikah." Perkataan itu membuat mandi saya menjadi tambah lama. Setiap menyiram kepala dengan gayung, perkataan itu selalu menghantui saya.

Ditambah lagi dengan kata-kata orang yang pernah saya dengarkan. Saya lupa siapa yang bilang. Katanya begini ;

"Kalo mau nakal, lebih baik nakal sekalian sebelum nikah. Jangan setengah-setengah. Supaya nanti kalo abis nikah, setia nya nggak setengah-setengah".

Apa benar orang yang sudah sering pacaran, kalo nikah pasti setia? Itu seperti menjustifikasi secara tidak langsung bahwa orang yang tidak pernah pacaran adalah orang yang tidak setia.

Pikiran saya semakin berkecamuk. Di satu sisi saya ingin segera memiliki pacar. Di satu sisi, nasib membuat saya tidak laku-laku.

Saya harap kau mengerti dan masih mau mendengarkan. Sungguh, saya benar-benar ingin banyak bicara hari ini.

Kau tahu tidak, apa kata mereka ketika saya menyebut nama orang yang saya suka? Jawaban mereka hampir sama : "Seleramu terlalu tinggi" atau "Kamu halu"

Kadang mereka melanjutkan "Coba saja dulu pacaran. Gak perlu milih-milih. Cari saja yang biasa-biasa. Yang penting ada pengalaman dulu. Nanti kan kalo gak cocok tinggal putus". entah kenapa saya mendengar pernyataan itu sama halnya seperti 'Coba saja menikah dulu, kalo tidak cocok kan bisa langsung cerai' atau seperti kau memaksakan perasaan mu kepada seseorang yang tidak kau suka hanya karna kau terlalu takut kesepian. Pertanyaannya, apakah ada seseorang yang mau dijadikan bahan percobaan?

Saya tidak bisa menerima pernyataan itu. Lagipula, saya tidak ingin menjadi seseorang yang menipu perasaan sendiri dan menyakiti hati seseorang dengan menjadikannya pelampiasan demi mengisi kekosongan. Saya kira jatuh cinta selalu sederhana. Saya cinta kamu, itu urusan saya. Kamu mencintai saya, itu urusan kamu. Bukankah sesederhana itu?

Hanya saja, dunia dan pendapat orang-orang yang membuat kita terlalu pemilih untuk menjatuhkan rasa itu kepada siapa.

Saya harap kau tidak bosan mendengar cerita ini.

Hari ini, umur saya sudah 20 tahun. Dari cerita yang sebentar lagi akan saya tuturkan ini. Saya harap kau mengerti.

Segelas SusuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang