Bagian tujuh.
•••Kadang kita harus menerima kenyataan, bukan kenyataan yang menerima kita.
"Assalamualaikum pa, ma." Ais langsung menyalimi kedua tangan.
Ais duduk di sebelah orang tuanya sambil memainkan ponselnya.
"Ais, papa sama Mama boleh ngomong sesuatu gak?" Tanya Lita dengan nada dan muka serius.
"Mau ngomong apa ma, pa kayaknya serius" Ais kembali meletakkan tasnya di meja.
"Kita mau pindah"
"Pindah?" Tanya balik Ais bingung.
"Ya, soalnya papa harus pindah kerja dan maka dari itu kita harus pindah" Tambah vadi.
"Sekolah?" Ais mengerutkan dahinya bingung.
"Dan otomatis, sekolah pindah juga"
"Apa harus pa ma?" Ais masih diam membeku.
"Iya sayang besok mama mau urus kepindahan kamu dari sekolah, lalu lusa kita pindah" jelas Lita.
"Sampai kapan sih pa, kita harus pindah-pindah terus kayak gini, dulu aja kita pindah sebab papa dan sekarang sama aja, Ais capek pa." Ais lari meninggalkan Lita dan Vadi menuju kamar.
Vadi ingin menyusul putrinya itu, tapi sama Lita di cegah biar Ais bisa tenangin diri dulu.
•••
"Ais sayang makan dulu nak udah malem." Lita mengetok pintu kamar anaknya, tapi tak ada suara dari sang pemilik kamar."Ais nak buka pintunya" tambanya.
Akhirnya Ais membuka pintu kamarnya dengan keadaan mata yang sembab. "Iya ma Ais nanti makan."
"Kamu kenapa sayang, kok pucet matanya sembab lagi, kamu sakit?."
Ais segera menghapus air matanya seolah tak terjadi apa-apa. "Nggak kok ma Ais gak nangis dan gak sakit, mesti kalau Ais sakit Ais bilang kan ke mama."
Lita agak bingung dengan tingkah putrinya. "Beneran gak ada apa-apa?."
"Beneran mama Ais gakpapa kok." Ais menggandeng mamanya turun ke bawah untuk makan malam.
"Kamu mau ikan apa sayang." Tawar Lita yang sedang ngambil piring. "Terserah mama aja deh."
"Loh Ais kamu kok pucet, Sakit?" Tanya Vadi.
"Emm, nggak kok pa."
"Gimana kamu mau ikut pindahan?" Tanya vadi yang sedang meletakkan kacamatanya.
Seketika raut wajah Ais berubah dan keselek akibat mendengar kata-kata papanya tadi.
Lita menyodorkan air untuk Ais minum. "Hati-hati dong sayang."
"Eh em maaf-maaf."
"Gimana Ais? Kamu mau?"
"Ikut aja deh pa" jawab Ais datar.
•••
"Aiss."Beberapa kali Jojo memanggil Ais tapi Ais tetap ngelamun. "Eh eh iya apaan jo."
"Lo kenapa sih Ais, ngelamunin apaan sih Sampek khusyuk." Jojo terkekeh melihat Ais yang terkejut.
"Khusyuk khusyuk Lo pikir gue shalat apa, udah deh Jo Lo ngapain sih" sinis Ais.
"Nggak, gue nanyak aja Ais"
"Gue bingung Jo, gue capek kayak gini terus" Ais memasang muka melas di hadapan Jojo.
"Ya iyalah capek orang Lo duduk terus mulai tadi bengong lagi." polos Jojo.
"Udah deh Jo jangan nambahin masalah gue terus."
"Ya emangnya Lo kenapa sih?." Jojo duduk di sebelah Ais.
"Gue besok pindah."
"Ya bagus dong, emang rumah Lo jelek ya kok Sampek pindah rumah. Nih dengerin ya jangan sampai di rumah Lo yang baru Lo jelein lagi nanti pindah rumah lagi." Jelas Jojo dengan wajah yang sedang menasehati anaknya.
"Lo ngomong apaan sih Jo gak jelas banget, buang-buang waktu. Dan satu lagi gue besok pindah rumah dan sekaligus pindah sekolah." Jojo diam membeku mendengar perkataan Ais barusan.
"Seriusan Lo Ais?" Tanya ulang Jojo. "Ya" singkat Ais yang meninggalkan Jojo sendiri.
"Andai Lo tau Ais, gue sayang sama Lo tapi Lo nya aja yang gak peka." Batin Jojo.
•••
Ais pamitan kepada seluruh teman-temannya karena mamanya datang ke sekolah untuk ngurusin kepindahan Ais dan sekaligus untuk jemput Ais."Ais sampai jumpa ya, dan ini surat buat Lo." Jojo memberi sebuah amplop putih polos dan langsung meninggalkan Ais. "Surat? Ada-ada aja Jojo." Ais menggeleng- gelengkan kepalanya dan menyimpan surat itu ke dalam tas nya.
•••Ais, Lita dan Vadi sudah siap dengan koper masing-masing serta beberapa kardus yang sudah berada di bagasi mobil.
"Pa ma rumah ini nantinya di jual?." Tanya Ais yang mengamati rumahnya. "Nggak kok emang kenapa Ais?, Kamu belom siap ninggalin rumah ini?."
"Nggak kok pa, oh ya kapan-kapan Ais boleh gak main-main kesini." "Iya boleh, yaudah yuk berangkat takut kesiangan nantik." Lita Vadi dan Ais segera masuk dalam mobil dan jalan ke rumah Ais yang baru.
Setelah sampai Ais langsung membantu ke-2 orangtuanya menurunkan barang-barang dari bagasi mobil.
"Bagus pa ma rumahnya."
"Yaudah yuk masuk." Ajak Lita sambil membuka pintu rumahnya.
Ais melihat di sekeliling rumahnya, lumayan besar dan masih bau cat mungkin baru di renovasi. "Pa ma kamar Ais dimana?."
"Di atas, nanti di pintu ada namanya dan di samping kamarmu adalah kamar abangmu" Jelas Lita yang sibuk membereskan barang-barang. "Oke ma."
"Sini buk saya bantu." Tiba-tiba ada suara yang tak asing dari Ais dan memutarkan badan untuk memastikan berasal dari siapa suara itu.
"Loh bi Ijah pindah juga?." Tanyanya. "Iya Ais sekalian bantu-bantu mama beresin barang-barang."
"Oh syukurlah jadi Ais gak usah bantu." Ais senyum-senyum dan raut wajah yang menggembirakan. "Hm iyadeh, mending kamu bersiin kamar kamu."
"Oke siap Bu bos." Jawab Ais yang menghormat pada mamanya, seperti pasukan upacara kepada pemimpin upacaranya.
Ais membuka pintu kamarnya dan di kamarnya sudah di cat berwarna pink bercampur dengan putih sesuai dengan warna kamar Ais yang dulu.
Setelah melihat isi kamarnya Ais membuka jendela dan mulai menata menghias kamarnya kira-kira memakan waktu ½-2 jam.
"Akhirnya selesai juga, capek ya ternyata." Keluh Ais yang berbaring di kasur yang bersprei Doraemon.
•••
Vomment ya:), kalau gamau gpp kok:'.#4 Desember 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life's Friend
Teen FictionMasa kecil? Tentu kita masih mengingatnya. Ada kejadian yang sangat indah ada juga yang buruk. Masa kecil tentu kita memiliki seorang sahabat ntah itu hewan atau sejenis manusia juga. 'aku' dan 'kamu' harus dipisahkan ketika kecil karena keegoisan...