10-🐼 pena

29 10 0
                                    

Bagian 10.
•••

Yang penuh makna.


Senin berupa hari yang sangat menyeramkan bagi sebagian besar pelajar. Ya dimana hari itu harus mengikuti kegiatan rutin upacara ditambah guru yang bicara panjang×banyak dan itupun menjadi hobi guru setiap saat+setiap waktu ntah apa yang dibicarakan toh murid nakal pun tak akan mendengarkan nya dan mengabaikannya.

Di pagi yang sangat panas ini Ais mau tak mau mengikuti upacara di sekolahnya sehabis upacara Ais langsung disuguhkan beberapa soal matematika, memang sih soalnya pendek tapi jawaban bisa 3 lembar mana guru matematika Ais tak pernah jelasin dan tiap ngajar langsung diberi soal ntahlah hanya guru Ais yang tau.

"Aiss" Rani menghampiri bangku Ais dengan memasang wajah yang sangat imut sampai Ais yang melihatnya tersenyum jijik.

"Hm" Ais tampak kesulitan dan berpikir panjang untuk menyelesaikan tugas-tugas nya yang diberi tadi.

Rani yang tak tega pun langsung izin dan menuju kantin untuk membeli beberapa Snack dan minuman untuk Ais. "Apaan nih?"

"Ya makanan lah, ya kalik batu ada-ada aja Lo." Rani langsung duduk di samping Ais kebetulan Nefi gak masuk jadi Rani yang nempatin.

Ais mengerutkan keningnya "hah? Tumben-Tumbenan Lo beli makanan saat jam pelajaran."

"Tadi gue gak tega liat Lo waktu ngerjain tugas matematika, jadi gue beliin ya itung-itung gue kebagian gitu lah jawaban tugasnya."

"Hah? Oh jadi Lo ada perlunya ke gue, jadi Lo beliin makanan buat gue." Ais tersenyum melihat Rani yang memasang wajah polosnya itu.

"Jadi boleh gak nih?" Rani mengeluarkan buku matematika nya dan bolpen untuk mengerjakan dengan nyontek ke Ais. "Iya-iya." Ais hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepalanya melihat tingkah Rani.

Sesekali Ais melihat bolpen yang di pakai oleh Rani seperti Ais pernah lihat. 'bolpen itu kok kayak pernah gue lihat ya.'
Karena Ais ingin tau tentang bolpen itu akhirnya Ais memberanikan untuk menyakan pada Rani tentang bolpen itu. "eh ran btw bolpen Lo bagus beli dimana?"

Rani menaikkan sebelah alisnya sambil melihat bolpen yang dipakainya. "Oh ini, ini itu gak beli dikasik."

"Terus?" "Jadi ini itu dikasik sama sepupu, katanya sih bolpen ini dari sahabatnya."

Ais masih saja melihat bolpen itu. "Ais ini itu kok bisa gini sih hasilnya."

"Ais" karena tak ada jawaban dari sang pemilik nama Rani mencubit tangannya pelan. "Aw apaan sih Lo ran."

"Lo sih gue panggil gak nyaut."

"Iya ada apa?." "Lo kenapa sih kayaknya mulai tadi lihat bolpen ini terus? Apa Lo pernah punyak bolpen kayak gini?." Tanya Rani dengan nada sedikit agak lembut.

"Oh nggk kok gue pengen tau aja soalnya bagus lucu lagi." Ais tersenyum melihat Rani yang baru kali ini bicara lemah lembut kepadanya.
•••
Ais duduk di kursi depan tv dan memikirkan tentang bolpen yang dipakai rani tadi. 'masak iya sih bolpen itu dikasik sepupunya rani, gue jadi penasaran sama sepupu rani.'

"Ais ternyata Aldo masik tinggal di depan rumah kita loh." Lita duduk di sebelah kursi Ais dan berhasil membuyarkan lamunan Ais tentang bolpen itu. "Oh ya?mama tau dari mana?."

"Tadi Diana bunda nya Aldo main kesini dan nanyain kamu."

"Nanyain apa ma?." Ais menanyakan hal itu dengan nada seperti orang yang kepo dan itu membuat lita tersenyum melihat tingkah putrinya.

"Kayaknya kamu pengen tau banget ya,tadi Tante Diana nanyain kamu sekolah dimana, masih cantik atau nggak dan." Lita sengaja menggantungkan ucapannya biar Ais tambah kepo.

"Dan apa ma?." "Dan nanyain kamu sudah punya pacar apa belom." Lita mengusap rambut Ais dengan senyumannya.

"Kok Tante Diana nanyain udah punya pacar apa belom sih." Ais memasang muka kecewanya. "Mungkin kalo kamu belom punya pacar, mau dijodohin sama Aldo." Dan ucapan mamanya barusan membuat Ais memasang muka 180° dari sebelumnya.

"Ih mama ah." Pipi Ais sekarang menjadi merah seperti tomat.

•••

Lama gak up nih sekali up pendek, soalnya otak lagi kosong gak ada pemikiran buat ngelanjutin ceritanya.

I hope like it.

#20 April 2019.

Life's FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang