11-🐼 ais cemburu?

27 4 0
                                    

Bagian 11.
•••

Apa hak ku harus cemburu?
                                                                                                 ~Ais

Gak biasanya hari ini Ais banyak baca, mungkin dari tadi pagi sampai sore ini sudah setengah buku yang Ais baca atau nggak sudah tamat. Kebiasaan Ais itu kalo gak main hp ya tidur tapi dalam rangka apa Ais sekarang malah ganti hobi jadi baca.

Suasana yang ngedukung Ais untuk baca sangat tepat di luar lagi hujan dan Ais baca di dekat jendela kamarnya dan tak lupa kaca jendela di buka sehingga percikan air hujan itu mengenai buku Ais. Sebenarnya ada satu alasan lagi kenapa Ais buka kaca jendela karena ia ingin melihat rumah Aldo yang ada di depan rumahnya, sedari tadi pagi Aldo tak nampak di sekitar rumahnya.

Sedari tadi ketokan pintu kamar Ais terus berbunyi, tapi sang pemilik kamar tak mendengar Ais lebih khusyuk membaca bukunya itu, akhirnya pintu itu di buka oleh seorang pria dan ingin mengagetkan Ais.

"Doar." Kata itu langsung membuat Ais kaget tersentak dan spontan mengucapkan nama seorang lelaki yang mulai tadi pagi Ais pikirin, ya siapa lagi kalo bukan Aldo.

"Cie.. yang mikirin Aldo terus." Pria itu mengejek dan menertawakan Ais yang sudah malu dan menutupi wajahnya dengan buku. "Apaan sih."

Ais tak tau sapa yang mengagetkannya tadi itu ia takut untuk menoleh ke arah sumber bunyi tadi, "apa jangan-jangan Aldo? Tapi masak iya Aldo masuk kamar gue tanpa permisi nyebut namanya pula.

Ais memberanikan diri untuk menoleh ke belakang dan sontak Ais sangat gembira dan langsung memeluk abangnya itu, ya maklumlah sudah 2 tahun abangnya gak pulang ke Indonesia, dia sedang menyelesaikan kuliah nya itu di Sidney Australia.

Mata Ais sangat berbinar-binar dan menyambut antusias kepulangan abangnya itu, "ih kok gak ngasik tau tata dulu kalo mau pulang, gak seru nih Abang." Cuman abangnya yang sering manggil Ais dengan nama tata karena menurut abangnya kalo manggil adeknya dengan nama Ais itu terlalu mainstream.

Rival mencubit pelan pipi adeknya. "Ngapain juga Abang harus bilang, kalo bilang kan Abang gak tau kalo tata sekarang belum ngelupain Aldo."

Ais langsung melepaskan pelukannya dan wajah yang tadinya gembira berubah seketika. "Tauk ah, dateng-dateng bukan ngasik oleh-oleh eh malah ngejekin adeknya."

"Eh dek, Abang tadi lihat Aldo ngeboncengin cewek waktu di pertigaan Deket rumah kita." Rival sengaja memancing Ais, agar rival bisa tau wajah adeknya yang bentar lagi akan kesal.

"Beneran? Abang ga bohong kan?."

Rencana Rival berhasil dan terkekeh melihat raut wajah Ais. "Kalo bohong gimana?"

"Abang ih serius!." Ais melipat kedua tangannya dan menunjukkan wajah gemesnya itu kepada abangnya.

"Jangan ngambek deh ta ke bawah aja, emang gak kangen makan bareng Abang." Rival merangkul bahu Ais dan mengajaknya untuk makan.

Di meja makan Lita dan Vadi sudah menunggu ke dua anaknya untuk makan. Ketika Ais dan Rival turun Lita dan Vadi saling menatap dan senyum-senyum, "Duh senengnya mama lihat kalian akur gini."

"Kan dari dulu ma." Ais langsung duduk dan mengambil nasi serta beberapa lauk, sayur untuk dikasih ke abangnya.

Rival  kaget gak biasa-biasa nya Ais mengambilkannya nasi. "Tumben-Tumbenan, pasti ada maunya ya?."

Ais senyum-senyum benar dugaan abangnya, ia tak ingin abangnya memberi tahu kepada siapapun tentang tadi. "Hehe jangan kasih tau ya tentang tadi, please."

Life's FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang