Bagian 9.
•••Jangan anggap masa lalu tak bisa diulang lagi.
Minggu adalah hari dimana para pelajar menghabiskan waktunya seharian tanpa memikirkan tugas ataupun pr sekolah. Lain dengan Ais sekarang dia hanya bisa duduk di teras depan dengan novel kesayangannya di temani dengan minuman lemontea nya, sesekali dia melihat sekitar rumahnya yang sangat sepi.Koran.
Seorang pengantar koran melemparkan koran ke dalam rumah Ais. Ais masih fokus melihat rumah-rumah yang ada di sekitarnya seperti tak asing lagi bagi Ais.
"Kok kayak gak asing lagi ya." Ucap Ais sambil menatap lekat dan menyipitkan matanya melihat rumah-rumah itu.
"Apanya yang gak asing." Tiba-tiba lita mengagetkan lamunan fokus Ais.
Ais segera menatap mamanya dan menggeleng-geleng kepalanya agar tidak terlalu melamun seperti tadi. "Eh em mama dari kapan mama ada disini?."
Lita duduk di samping tempat duduk Ais. "Kok ngelamun sih, gak baik tauk." Lita menoel hidung putrinya.
"Hehe nggak ini loh ma kayaknya rumah tetangga-tetangga kita udah gak asing lagi bagi Ais."
"Mungkin perasaanmu aja, dari pada kamu ngelamun gak jelas-jelas gitu mending bantuin mama beresin gudang belakang soalnya mama sendiri." "Loh bi Ijah kemana?."
"Gak masuk ada urusan katanya." Lita memasuki rumahnya sambil menggandeng tangan Ais menuju gudang.
Gudang itu sangat kotor dan gelap banyak debu yang menebali setiap barang.
"Ma kok tebel banget sih debunya, gimana mau bersihin?." "Udah bersihin aja nantik selesai sendiri kok."
Lita mulai mengambil beberapa kardus dan meletakkan beberapa buku dan barang dalam kardus.
"Sepeda?" Batin Ais.
"Sepeda ini milik sapa ma?." Tanya Ais heran.
Lita menoleh ke arah Ais. "Sepedamulah sepeda siapa lagi."
Ais mengerutkan dahinya bingung "sepedaku? Bukannya sepedaku tak dibawa? Lagipun sepeda ini kecil loh ma buat anak kecil" Tanya Ais.
"Kamu ini ngacok aja, ini kan rumah kita dulu masak kamu gak inget?." Ucap Lita yang sedang sibuk membenahi barang-barang.
"Rumah?." Ais makin tak mengerti apa yang di ucapkan mamanya barusan.
"Iya rumah yang dulu, kamu yang waktu kecil itu." Tambah Lita.
"Ais mah inget tapi herannya Ais kok gak di Kasik tau sama mama kalo kita balek ke rumah yang dulu?." Ais mulai membersihkan sepedanya itu dan membuka seluruh kain putih yang menutupi sepedanya.
Lita menarik nafasnya gusar. "Ngapain juga mama bilang nak." Sambil mengusap rambut panjang Ais.
"Hehe ma? Kalo boleh tau Aldo sama kedua orang tuanya masih tinggal di depan rumah?."
"Emm nggak tau ya, lagi pula mama jarang komunikasi sama keluarganya Aldo." Lita menyapu debu yang tebal di lantai.
Ais tersenyum sekilas. "Pantesan Ais kayak gak asing lagi gitu ke rumah-rumah tetangga kita apalagi rumah yang di depan."
"Cie yang ketemu lagi." Lita tersenyum ke arah putri gadisnya itu dan di balas senyuman sumringah dari Ais.
•••
-i hope like it-#4 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Life's Friend
Teen FictionMasa kecil? Tentu kita masih mengingatnya. Ada kejadian yang sangat indah ada juga yang buruk. Masa kecil tentu kita memiliki seorang sahabat ntah itu hewan atau sejenis manusia juga. 'aku' dan 'kamu' harus dipisahkan ketika kecil karena keegoisan...