❄empat❄

329 65 9
                                    

"Dahyun... Jangan tidur melulu, ke luar. Tolong anterin kue pesanan ke rumah yang di ujung jalan blok D," ujar Hana di depan pintu kamar anaknya yang kelewat pemalas, siapa lagi jika bukan Dahyun.

Sedangkan di dalam sana, Dahyun tengah memeluk malaikat tampan dengan penuh kasih sayang. Tidak, maksudnya, Dahyun memeluk guling yang mulai sejak tadi ia beri nama malaikat tampan.

Gadis itu terusik dengan suara gedoran pintu dan seruan sang Mama tiri.

Dengan penuh ketidak relaan, Dahyun bangkit dari kekasih keduanya, yang tidak lain adalah kasur tercintanya. Ia membuka pintu kamar untuk menghentikan mulut toa Mama tirinya. "Apa, sih? Mama ganggu pertemuan Dahyun sama Malaikat tampan aja. Padahal tadi dikit lagi mau dansa, Ma."

Hana memandang anak tirinya perihatin. Semengenaskan itu, kah anaknya yang tidak memiliki kekasih?

"Mama mau minta tolong, kirimin kue pesanan."

Dahyun mendengus malas. "Kan, ada Tzuyu. Kenapa harus Dahyun? Nyuruhnya ke Dahyun mulu. Dahyun, kan manusia biasa. Capek, tahu!"

"Mama itu sengaja nyuruh-nyuruh kamu. Kamu kerjaannya diem mulu di kamar, atau kalau nggak diem, nonton TV di sofa, ngehabisin cemilan kerjaannya. Mau itu badan jadi bengkak? Terus pipi besar kaya anjing Cihuwahuwa yang pipinya ngegunduk di bawah. Mama baik nyuruh kamu banyak gerak. Peduli sama kecantikan kamu. Pantes aja nggak ada yang mau ngajak kamu kencan."

Dahyun tidak terlalu mendengarnya, namun ia melihat sebuah kartu undangan yang unik di meja.

"Ma, itu undangan apa?" Dahyun berjalan dan mengabaikan segala omelan yang Hana lafalkan.

"Lagi dibilangin juga, ada aja buat alasan ngelesnya."

"Iiii.... Jawab dulu, Ma. Siapa Cha Eunwoo? Ini undangan pesta?"

"Iya. Cha Eunwoo yang ganteng. Sama kayak Papa-nya. Papa-nya mantan Mama waktu zaman Mama sekolah SMP. Dia ngundang Mama buat acara syukuran rumah, sekalian ulang tahun anaknya."

Dahyun meluruskan pandangannya kedepan tanpa memfokuskan apa yang ia tatap. Kini pikirannya tengah berfantasi liar.

Ada undangan, dan ada pesta. Dahyun merasa jika ini semakin terlihat mirip dengan kisah putri Cinderella.

"Cha Eunwoo.... Laki-laki, Ma? Ganteng, nggak?"

"Iya laki, bisa di sebut ganteng, bisa di sebut cantik. Ya gimana, ya. Pokoknya serakah. Cantik iya, ganteng iya, lucu iya, manly iya. Kalau Mama masih muda, nggak bakal Mama lepas gitu aja, dia."

"Mana ada yang kayak gitu, Cha Eunwoo banci?"

"Banyak nanya, makanya jangan jadi pemalas. Apa susahnya baca itu isi undangan. Ada fotonya."

Dahyun sesegera mungkin membuka kartu undangannya. Gadis itu melebarkan matanya kala melihat siapa yang ada dalam undangan.

 Gadis itu melebarkan matanya kala melihat siapa yang ada dalam undangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MAMA, YA AMPUN. MALAIKAT TAMPAN KE FILM DI KARTU UNDANGAN." Sekarang Dahyun semakin yakin jika dirinya adalah titisan Cinderella. Kini ia tahu siapa yang akan menjadi pangerannya.

"Ma, tadi Mama nyuruh Dahyun, kan? Mana pesanan kuenya? Dahyun anterin." Pokonya Dahyun harus menderita dulu, seperti Cinderella.

"Udah sama Tzuyu dari tadi. Telat, sih. Mama jadi nyuruh Tzuyu biar dia makin langsing."

"MAMA! HARUSNYA NYURUH DAHYUN AJA!"

❄❄❄

═❖•Cinderella•❖═Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang