🔷Past is Past🔷

2.7K 251 20
                                    


Firli tengah menikmati bentonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Firli tengah menikmati bentonya. Sementara Gigi, mengunyah pelan kebab yang ada ditangannya. Gigi lebih banyak merenung kali ini ketimbang membuat Firli kesal. Firli juga tidak tahu kenapa Gigi jadi kelihatan murung setelah melihat mantannya. Bukankah ketemu mantan itu harusnya biasa saja, apalagi Gigi tidak sendiri. Setidaknya dia bersama laki-laki yang cukup manis untuk dipamerkan.

Firli masih memilah kata untuk mengorek apa yang terjadi sebenarnya pada Gigi. Karena dia tidak ingin dibilang kepo seperti pada pertemuannya di cafe kemarin. Tentang hubungan Gigi dan mantannya cukup membuatnya penasaran. Dia hanya memandangi Gigi yang mengunyah makanannya seperti tidak berselera, sebentar-sebentar dia memandang sekelilingnya yang mulai ramai karena jam pulang kantor. Tapi setelah itu Gigi tertunduk lesu.

"Heh, makan apa kesurupaan lo, diem aja dari tadi? sakit?" tanya Firli

Gigi hanya mengangguk. Entah kenapa Firli melihat Gigi jadi sok imut. Firli ingin memuntahkan makanan dalam kunyahannya, tapi Firli paham pasti Gigi kehilangan mood untuk berinteraksi. "Apa yang sakit? itu?" Firli menujuk dengan sumpit yang ia pegang ke arah hati Gigi.

Gigi sengaja membentuk tanda silang dengan tangannya. "Tuh kan elo udah makan aja masih mesum, bukan dada gue yang sakit."

Firli batuk karena tersedak, dia buru-buru menelan ocha dingin di sampingnya untuk menelan makanan yang masih dalam kunyahannya. "Bener-bener koslet otak lo. Maksud gue hati elo yang sakit?"

"Ya harusnya jangan nunjuk-nunjuk donk. Trauma gue di mobil tadi belom ilang tau."

"Padahal ya semenit lalu , gue udah simpati ke elo karena elo keliatan syok liat cowo di starbuck tadi." Kini Firli memilih menghabiskan bentonya dengan lahap, ketimbang meladeni Gigi yang membuatnya kesal.

"Elo liat cowok yang di starbuck tadi? Elo tau siapa dia?"

"Cowok elo waktu sekolah dulu kan? yang namanya kayak pesulap yang hobi bilang sempurna."

Gigi terkekeh geli, lalu tersenyum sinis. "Iya dia emang sempurna. Sempurna nyakitin gue."

Firli mulai tertarik untuk mendengarkan Gigi yang mulai bercerita tentang hubungannya dengan Damian. "Beberapa hari setelah gue sama dia bertunangan. Damian ada seminar di Yogyakarta. Di sana dia ketemu Clara, yang dia bilang partnernya, partner tidur mungkin maksudnya. Gue sama sekali engga ada curiga, sampe akhirnya, Clara hubungin gue dan ngaku hamil."

Firli sedikit terkejut dengan hal yang diceritakan Gigi. Dia berenti menyelesaikan makannya, dan mendengarkan Gigi yang melanjutkan ceritanya. "Gue enggak yakin kalau itu anak Damian, tapi dia tidak mengelak kalau tidak menyentuh Clara. Dan demi kebaikan, gue memutuskan pertunangan, karena Damian harus tanggung jawab."

"Elo yakin, itu anaknya? Bisa aja kan dia ngaku-ngakuin Damian ayahnya."

"Bukan atau iya, dia sudah nyentuh orang lain. Yaa mungkin karena kalau sama gue, dia enggak dapet apa-apa. Jadi dia cari itu dengan orang lain." Gigi menenggak minumannya, tenggorakannya terasa kering setiap kali dia ingat Damian tidur dengan orang lain. Sepanjang mereka menjalin hubungan, Gigi mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan sex before married. Walaupun beberapa temannya tidak jarang yang sering melakukannya.

OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang