PART 08

373 25 0
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terus terdengar dibalik pintu kamar yang terletak dilantai dua rumahnya. Pintu tak kunjung terbuka membuat wanita paruh baya itu menghela napas gusar.

Ia mencoba memutar handel, dan... berhasil! Pintu terbuka menampilkan pemandangan yang mampu membuatnya geleng-geleng kepala.

Kebiasaan!

Menghela napas pelan, ia berjalan kearah ranjang. Kini, dihadapannya, seorang gadis dengan baju tidur motif doraemon masih bergelung seraya memeluk guling kesayangannya. Bahkan selimutnya sudah melorot sampai kaki dan sebagiannya menyentuh lantai.

"Sayang, bangun nak! Ini udah siang." Ucap wanita paruh baya itu seraya mengelus pipi putri kesayangan itu.

Sang empu hanya menggumam tak jelas seraya mengeratkan pelukan pada gulingnya.

"Della bangun atau Bunda potong uang ja-" Ancaman Diana ternyata berefect luar biasa. Belum juga menyelesaikan kalimat ancamannya, Della sudah lari terbirit-birit ke kamar mandi seraya berteriak.

"Della sayang bunda!" 

💦💦💦

Devan merenung dibalkon kamarnya seraya memeluk gitar kesayangannya. Seulas senyum ia tampilkan saat pikirannya tertuju pada kejadian kemarin, disaat ia mengantarkan Della pulang ke rumahnya.

Flashback On

"Thanks ya," Ucap Della seraya menyerahkan helmnya pada Devan.

Devan tersenyum, "Urwell, elo gak mau ngajak gue masuk dulu gitu?"

"Rumah gue berantakan, gak ada makanan, banyak tikus, kecoa. Mending gak usah." Ucap Icha ketus.

Devan terbahak mendengar penjelasannya membuat Della melotot seketika.

"Sayang kamu udah pulang, sama siapa?"

Keduanya refleks menoleh kearah sumber suara.

"Bunda!" Pekik Della seraya berlari memeluk Diana.

"Kamu pulang sama siapa? Kenapa dengan dahi dan lutut kamu? Kenapa bisa luka?" Tanya Diana cemas seraya mengelus surai putrinya itu.

"Emm-itu..."

"Itu karena saya tante, saya minta maaf." Ucap Devan seraya menundukkan kepalanya.

"Kamu siapanya Della?" Tanya Diana.

"Emmm dia tem-"

"Saya pacarnya Della, Tante. Nama saya Devan." Ucap Devan memotong ucapan Della. Lalu Devan pun menceritakan semua yang kejadian di sekolah yang mengakibatkan Della luka-luka.

"Kamu gantengnya kebangetan sih, jadinya pada gak rela kalo kamu sama Della." Ucap Diana seraya terkekeh.

"Ah tante, bisa aja." Ucap Devan salah tingkah.

Della hanya menatap Diana tak percaya dengan mulut terbuka. Lalu menatap Devan seraya mencebik kesal.

Diana tersenyum lembut, "Terima kasih ya, nak Devan. Sudah mengantarkan Della. Mari masuk dulu,"

"Gak us-"

"Iya tante sama-sama, silahkan tante duluan."

Lagi-lagi Devan memotong ucapan Della, Diana tersenyum seraya berjalan masuk kedalam rumah diikuti Devan dibelakangnya. Sedangkan Della masih terbengong diam bergeming di halaman rumah.

Flashback Off

Tok! Tok! Tok

Ketukan pintu membuat Devan terperanjat kaget, lalu dia berjalan cepat menuju pintu. Di dapatinya Hendra yang menatapnya dengan satu alis terangkat.

"Loh, kamu belum siap-siap, Van?" Tanya Hendra saat melihat Devan yang hanya mengenakan kaos oblong putih.

Devan mengernyitkan keningnya, "Emang kita mau kemana, Pah?" Tanyanya balik.

"Kita? Ya kamu lah. Kamu gak berangkat sekolah? Ini kan udah siang." Ucap Hendra kesal.

Devan menepuk keningnya, kenapa ia bisa lupa? Tanpa mengucapkan apa-apa, dengan cepat ia menutup pintu dan berlari terbirit-birit menuju kamar mandi. Sedangkan Hendra yang masih dibalik pintu kamar melotot kaget.

"Gak sopan!" Gumamnya.

TBC.

You are My Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang