PART 23

307 16 0
                                    

"Dokter! Detak jantung beliau melemah."

Mendengar teriakan suster membuat Devan bangkit dari duduknya, dengan segera ia memasuki ruang ICU. Disana sudah ada Angga dan kedua orang tuanya.

Diana menggenggam tangan Della seraya terisak, matanya bahkan sudah bengkak karena terus menangis. "Sayang, bangun. Bunda mohon sama kamu, bangun! Hiksss... Bunda sayang kamu, Bunda gak mau kehilangan kamu. Hikss! Della..."

Herman yang sedari tadi memegangi pundak istrinya ikut menangis. "Della, bangun nak. Ayah disini sama Bunda. Maafin Ayah yang terlalu sibuk dengan pekerjaan Ayah hingga membuat kita jarang bersama. Untuk menebus kesalahan Ayah, kamu harus bangun sayang. Ayah mohon."

Angga mendekat, mencium kening adiknya penuh kasih sayang. "Sweety. Apa kamu gak kangen berdebat sama Abang? Apa kamu gak kangen rebutan makanan sama Abang? Sweety, Abang mohon kamu harus bangun. Hey! Lihat. Dia ada disini bersama kita, bukannya kamu ingin bertemu dia."

Devan pun mendekat kearah Della. Diraihnya tangan itu dan dikecupnya penuh perasaan. "Hey! Aku disini. Bangun Dell... kumohon kamu bangun."

"Aku minta maaf, Dell. Aku percaya sama kamu, kamu gak mungkin mengkhianati aku. Aku mencintaimu, Dell. Kumohon bangun."

"Sayang... aku merindukanmu"

Tepat setelah Devan selesai bicara. Layar monitor menunjukkan detak jantung Della tak bergerak naik turun. Melainkan hanya garis lurus.

Tubuh Devan menegang saat mendengar bunyi nyaring yang berasal dari grafik tersebut. Devan menggeleng keras bahwa ini hanya mimpi.

"Dell.. bangun Dell. Aku mohon! Della Anindita Suherman bangun.. jangan tinggalin aku!" Devan mengguncangkan badan Della namun tetap tak ada reaksi.

Dua orang suster dan dokter masuk memeriksa keadaan Della. Jangtungnya mencelos, dadanya sesak seperti terhimpit benda keras. Suara tangis di ruangan itu pecah saat dokter menggelengkan kepalanya.

Devan melangkah mundur seraya menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Enggak! Ini semua enggak mungkin!!"

"Della pasti bangun!"

"DELLA PASTI BANGUN!!"

"DELLAAAAA!!!

.
.
.

Napasnya terengah-engah dengan peluh membasahi pelipisnya. Devan mengedarkan pandangannya kesegala arah. Seketika hatinya merasa tenang saat mendapati dirinya berada dikamarnya sendiri.

Hanya mimpi. Tapi meskipun itu cuma mimpi, Devan tidak benar-benar tenang karena mengingat keadaan Della yang masih koma dirumah sakit.

Dengan cepat Devan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah semua selesai, ia memakai jaket kesayangannya lalu menyambar kunci motor yang ada di atas nakas.

"Aku harus kerumah sakit."

TBC

You are My Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang