EXTRA PART I

605 25 1
                                    

Hari ini Della terlihat manis memakai atasan blouse berwarna pink dan rok mekar dengan motif flores. Rambutnya diikat rapi sehingga tengkuknya yang dijatuhi anak - anak rambut terekspos. Poni panjangnnya di sampirkan di dahi sebelah kiri.

Duduk dikursi panjang dibawah pohon rindang. Sambil terpokus pada novel yang sedang dibacanya tanpa menyadari kedatangan seseorang yang kini berdiri di belakangnya.

Della merasakan kedua telapak tangan menutup matanya. Pandangannya gelap sehingga ia tidak bisa melanjutkan membaca novel yang berada di pangkuannya. "Ayah. Aku tahu ini kamu!"

Devan melepaskan tangannya kemudian terkekeh. "Lagi baca apaan sih?" Tanyanya sambil berjalan memutari kursi dan berakhir duduk disamping Della.

"Baca novel," jawab Della singkat. "Baru pulang?" Tanyanya.

"Iya, tadi jalanan macet."

"Oh." Ucap Della sambil kembali pokus pada novelnya.

Apaan sih Della? Masa responnya cuma 'oh' doang. Gak asyik.

Devan pun mengalihkan perhatiannya dari Della memandang lurus kedepan sambil cemberut.

"Kenapa cemberut?" Tanya Della akhirnya.

"Abisnya jawabnya cuma gitu."

Gelak tawa Della pecah. "Ih lucu deh kaya anak kecil," ujar Della cengengesan.

Dan Devan sukses dibuat gemas melihat tingkahnya. Ya ampun! Gemes banget sih ni kesayangannya aku.

"Kenapa sih liatin aku kaya gitu?" Tanya Della kala menyadari Devan memperhatikannya.

"Kamu, cantik!"

"Masih aja suka gombal." Ledek Della. Meskipun dengan jelas Devan melihat wajahnya memerah.

"Tapi ko wajahnya merah," ujar Devan.

Della mendengus lantas menutup wajahnya dengan novel. "Ih malu."

Devan terkekeh. "Kenapa ditutupin sih? Pengen liat wajah blushing kamu." Ujarnya sambil menarik novel dari tangan Della.

"BUN!!!"

Teriakan dengan ciri khas cemprengnya membuat Devan dan Della menoleh bersamaan.

"Ada apa sayang?" Tanya Della cemas saat melihat gadis kecil itu menangis.

"Abang jahat, Bun. Huhu... Mainan Vina diumpetin." Adunya pada sang Bunda.

"Abang Vanonya mana?"

"Bunda!!" Vano berlari kearah mereka lalu dipangku oleh Devan.

"Bener kamu ngumpetin mainan Vina?" Tanya Della tegas.

Vano menundukkan kepalanya, "I-iya Bun, Vano yang umpetin. Vano minta maaf, Bunda jangan marah." Ucapnya pelan hampir tak terdengar.

Della menghela napas pelan, diusapnya puncak kepala Vano dengan sayang. "Bunda gak marah. Bunda cuma gak mau kamu jail kaya gini, apalagi sama adik kamu sendiri. Kedepannya jangan diulangi lagi ya,"

Vano menganggukkan kepalanya, turun dari pangkuan Devan lalu memeluk Della erat diikuti dengan Vina. "We love you, mom!" Ucap keduanya serempak.

"Love you too, sayang!"

"Ayah ko dicuekin sih?" Devan berucap.

Vano dan Vina melepaskan pelukan pada Bundanya itu, lalu berlari untuk mengecup pipi sang Ayah di kedua sisi yang berbeda. Devan tersenyum senang lalu memeluk kedua putra dan putrinya itu bersamaan.

"Jadi sekarang Bunda nih yang dicuekin?"

Devan tertawa melihat wajah cemberut Della. "Terima nasib, Bunda."

"Saset!" Teriak Vina riang seraya menunjuk langit yang berwarna jingga.

"Sunset, sayang." Sanggah Della.

Vina berlari menuju tepi danau lalu duduk diatas rerumputan diikuti Vano, Della dan Devan hanya berdiri tepat dibelakang mereka.

Petang kali ini, mereka habiskan dengan melihat keindahan sunset bersama. Vano dan Vina saling berangkulan dengan celotehan mereka yang menggemaskan. Sedangkan Della dan Devan sibuk dengan dunianya masing-masing, berpelukan erat menghantarkan rasa hangat dan nyaman diantara keduanya.

"Terimakasih untuk semuanya, Bun. Selalu setia menemaniku hingga saat ini, memberikan kebahagian yang mendalam dengan adanya putra dan putri kita." Bisik Devan tepat ditelinga Della.

"Mereka ada bukan hanya aku yang berperan, tapi kamu juga. Mereka gak mungkin ada tanpa kita." Della mengusap tangan Devan yang melingkar diperutnya.

"Aku bersyukur, karena takdirku bisa bersamamu. Tetap setia disampingku dan menjalani hidup bersamaku. I love you, Bunda!"

"Love you more, Ayah!"

........

You are My Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang