E M P A T B E L A S

420 122 109
                                    

Ketika sudah tengah semester, tibalah Ulangan. Dimana Kiki akan dipisahkan ruangannya dengan teman-temannya yang lain, termasuk Syavira dan Putri. Mereka juga akan duduk dengan Kakak Kelas.

"Lu duduk sama siapa, Ki?" Tanya Fadlan.

"Enggak tau, belum dateng temen sebangkunya." Balas Kiki. Fadlan mengangguk paham.

"Dina, semangat ya!" Ujar Alif sambil tersenyum manis.

"Enggak usah disemangatin juga padahal, ada-ada aja." Jawab Dina dengan nada ketus.

"Kasian banget sih, Lif. Dijudesin mulu sama doi hahaha." Ledek Riko.

"Anjay doi nggak tuh?!" Pekik Fadlan.

"Iya, doain aja ya. Sebentar lagi mau dirayain." Sahut Alif.

"Apa sih, Lif? Rayain apa?" Tanya Dina bingung.

"Enggak konek, diem aja udah." Tegur Kiki.

"Hih apaan, Ki? Si Alif bahas apa?" Omel Dina.

"Mana aku tau, aku aja nyimak doang dari tadi." Keluh Kiki.

"Yeee dasar," sungut Dina.

"Yang penting Putri jangan budeg ya pas dipanggil, kita 'kan friend!" Ucap Riko.

"Dih, males banget. Belajar lah, ngapain nyontek." Gerutu Putri.

"Kita 'kan cees, Put!" Celetuk Riko. Putri hanya menatap horor ke arah Riko.

"Alif, lu emang ruangannya disini?" Tanya Dina. Alif langsung tersenyum lebar, karena Dina peduli dengan dirinya.

"Enggak, Din. Ruangan aku bukan disini. Tapi seruangan sama Riko terus juga Fadlan." Ujar Alif.

"Gua aja nggak tau ruangan gua dimana," gerutu Fadlan.

"Fungsinya kertas yang ditempelin dipintu apaan, Lan? Kalau bukan buat dibaca." Cibir Kiki.

"Si Fadlan dari tadi nungguin lu doang, Ki. Mana sempet dia fokus nyari tempat duduk." Ledek Riko. Kiki membelalak kaget lalu menatap Fadlan.

"Beneran, Lan?" Tanya Kiki. Fadlan membuang wajahnya ke arah lain.

"Be-Berisik." Jawab Fadlan.

"Ekhem-ekhem!" Teriak Alif.

"Alif kenapa, dah?" Timpal Dina.

"Segala ditungguin, Kiki nggak kemana-mana ini padahal." Sahut Putri yang ikut mengompori.

"Udahlah, gua mau balik ke ruangan." Ketus Fadlan.

"Lan, itu lu tau ruangan lu 'kan bukan disini." Tutur Alif.

"Iya tau," ketus Fadlan lalu berlalu pergi.

Kiki hanya menaikkan satu alisnya, karena bingung dengan tingkah Fadlan barusan. Namun, ia enggan memikirkannya lebih lanjut. Lalu ia membuka buku pelajaran yang ia bawa untuk dipelajari lagi.

 Lalu ia membuka buku pelajaran yang ia bawa untuk dipelajari lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMENAN DOANG KO BAPER [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang