D U A P U L U H S A T U

325 108 26
                                    

Sejak perjalanan ke rumah Putri dengan Revan waktu itu, Kiki menjadi sangat dekat dan hampir seluruh kelas membicarakan hubungan mereka berdua yang terbilang sama-sama anak pintar disekolahnya.

Devan yang mendekati Putri belakangan ini, hingga membuat Riko naik pitam. Walau begitu, Riko tetap mempertahankan sikap cool-nya.

Hari ini adalah hari Selasa, dimana biasanya terdapat pelajaran olahraga dijam pertama. Sekarang seluruh murid kelas X AP 1 sudah berkumpul dilapangan.

"Assalamualaikum anak-anak, hari ini kita akan lari keliling lapangan sekuat kalian saja. Tapi maksimal untuk putri tiga kali putaran, sedangkan untuk putra lima kali putaran." Tutur Pak Deni, guru olahraga mereka.

"Waalaikumsalam, baik Pak." Jawab murid kelas X AP 1 kompak.

Setelah itu, mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu agar tidak terjadi cedera. Lain halnya dengan wajah Kiki yang pucat pasi, karena ia belum sarapan.

Putri menoleh ke arahnya sambil berkata "Ki, kamu seriusan kuat lari? Kalau nggak kuat aku bilang ke Pak Deni."

Kiki mengangguk lemas dan menjawab "Iya tenang aja, Put."

Dina yang baru menyadari hal itu, tanpa basa-basi langsung menarik Kiki ke arah guru olahraga mereka. Gadis itu berusaha menepis lengan Dina, namun tak bisa.

"Pak, Kiki belum sarapan dari pagi. Terus wajahnya juga udah pucet banget, dia nggak bisa lari pak hari ini." Jelas Dina. Pak Deni lalu melihat ke arah Kiki dan mengangguk setuju.

"Yaudah Neng, kamu istirahat aja." Ucap Pak Deni. Kiki mengangguk pasrah dan membalas "Iya pak,"

Kiki duduk dipinggir lapangan dan mengamati teman-temannya yang berlarian mengelilingi lapangan sekolah, ia lalu menghela nafas kasar.

"Hufft, kenapa sih harus pucet segala muka gue? Padahal mau ikutan lari kaya mereka." Gerutu Kiki pelan.

Setelah 30 menit berlarian penuh, Pak Deni memutuskan untuk menyudahi pelajaran PJOK kali ini. Sekarang Kiki dan teman-temannya pergi ke kantin untuk membeli makanan dan minuman.

"Ki, lu gapapa tadi?" Tanya Revan khawatir. Cowok itu tiba-tiba saja duduk dihadapannya, membuat teman-teman Kiki bingung sendiri akan hal itu.

Anisa menopangkan dagunya, ia berucap "Kalian lagi pdkt ya?" Kiki yang sedang meminum es teh nya otomatis tersedak.

"Uhuk uhuk, eng-enggak kok. Siapa juga yang pdkt ya kan, Van?" Ujar Kiki sembari mengedipkan matanya sebelah.

Revan lalu menjawab dengan senyuman sumringahnya "Enggak, Nis. Tapi doain aja ya,"

Gadis itu melongo, sejujurnya bukan jawaban itu yang Kiki harapkan. Dasar cowok aneh, pikirnya. Padahal mereka tak begitu dekat dari kemarin.

Devan lalu muncul dan menuju ke arah meja mereka, ia duduk dihadapan Putri dengan memasang wajah datarnya.

"Kenapa kalian pada kesini, sih? Cari meja lain sana. Masih banyak juga," tegur Dina.

Devan menaikkan alisnya sebelah dan menjawab "Terserah dong, gua maunya duduk disini."

Wajah Putri memerah malu, ia sebenarnya sedikit kagum ketika melihat Devan untuk pertama kali. Bahkan tatapan Devan padanya menurut gadis itu sangat berbeda.

"Tadi kalian olahraga?" Tanya Devan. Ia berbeda kelas dengan mereka.

Kamil menyahut "Iya, lu nggak liat seragam yang lagi kita pake apa?". Kemudian, Devan menjawab "Liat, gua kira nggak jadi olahraga."

"Mending lu pergi deh, daripada ngajak ribut." Sungut Dina. Devan tertawa kecil menanggapinya.

"Ya Allah, makin ganteng." Batin Putri dalam hati.

TEMENAN DOANG KO BAPER [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang