Aiyem bek wankawan :')
Jadwal kuliah semester ganjil begitu kejam sehingga aku tidak diberi kesempatan untuk menulis :')
Sempet sih. Tapi satu paragraf satu paragraf dan work aku banyak. Jadilah gak selesai-selesai :"
Jodoh Wen Junhui memohon maaf lahir dan batin gaisss :')
Happy reading!^^
~°~°~
Suara deruan napas adalah satu-satunya sumber suara yang mengisi ruangan lima kali empat meter dengan cermin-cermin besar yang memenuhi dinding. Dua orang manusia terjebak dalam keheningan di dalamnya. Woozi salah satunya. Pria itu harus menahan diri selama satu jam penuh setelah sang pelatih yang merupakan kakak dari Kim Hyunji meninggalkannya bersama wanita itu di dalam ruangan karena keperluan mendesak.
Sejak tadi, Woozi berusaha mencari topik untuk mencairkan suasana. Tetapi, setiap kali ia hendak bicara, sesuatu selalu mengganjal tenggorokannya. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Perasaan tak nyaman menghinggapi dadanya. Pasalnya, bayangan itu terus menghantuinya sepanjang hari. Ia mengingat jelas bagaimana Hyunji masuk ke dalam ruang tunggunya, bagaimana wanita itu memberinya bunga dan memuji potongan rambut barunya, dan bagaimana ia tiba-tiba mencium wanita itu tanpa berpikir.
Parahnya lagi, ia tak tahu apa yang Hyunji pikirkan.
Di sisi lain, Hyunji merasa nyawanya sudah berada di ujung tanduk. Ia merasakan hal yang tak jauh berbeda dari apa yang Woozi rasakan. Gelisah, bingung, tidak ingin terjebak dalam keheningan –apalagi keduanya sudah saling berdiam diri selama satu jam, juga merasa tak karuan. Ia juga mengingat jelas setiap kejadian yang terjadi di hari itu. Satu-satunya hal yang tak ia ketahui yaitu kenapa dan bagaimana bibirnya bisa terpaut dengan Woozi. Baginya, itu begitu tiba-tiba. Dan ia tak tahu bagaimana awal mulanya.
Suara deringan ponsel yang tiba-tiba memecah keheningan membuat keduanya terperanjat. Woozi, sang pemilik ponsel segera meraih ponselnya dan mengangkat telpon yang masuk.
"Hallo?"
"Hallo, Woozi. Bisa antarkan Hyunji pulang? Mian... Ini benar-benar mendesak. Sepertinya aku tidak bisa pulang sampai besok."
Detik itu juga, hatinya porak-poranda. Ia semakin kalut membayangkan bagaimana ia akan berada di perjalanan bersama Hyunji dalam kurun waktu yang panjang, tanpa percakapan, dan dengan suasana canggung. Parahnya lagi, daerah rumah Hyunji merupakan area padat di sore hari begini.
"Hmm... Aku akan mengantarnya."
Pria itu segera menutup sambungan telponnya. Dan dengan perasaan bercampur aduk, ia memberanikan diri untuk menatap Hyunji –hal yang sejak tadi ia hindari.
Wanita itu lantas menatap Woozi. Tanpa penjelasan dari pria itu pun, ia sudah tahu maksudnya. Maka dari itu ia segera mencabut charger ponselnya dan memasukkan benda itu ke dalam tas. Woozi juga bersiap. Ia meraih kunci mobil, jaket, juga membenarkan tali sepatunya. Setelah itu, keduanya berjalan keluar dari ruang latihan dan turun ke basemen dalam suasana hening –lagi. Bahkan, sampai keduanya masuk ke dalam mobil, suasana hening itu masih enggan pergi.
"Boleh kunyalakan musiknya?" Pertanyaan sederhana dari Hyunji membuat Woozi sempat terkejut. Tapi, pria itu segera mengangguk.
Musik akan membuat segalanya menjadi lebih baik, pikirnya. Maka dari itu ia diam ketika Hyunji mulai mengotak-atik radio di mobilnya.
Yeonghwacheoreom meotjil su isseulkka
Geunyeowaeui cheoeum ibmatchum
Naeil dashi mannal geot gateunde
Wae beolsseobuteo dugeungeorineun ddeolrin gaseumi
Teojil geot gateunji
Somsatang gateulkka gunggeumhae nuneul gamko sangsanghae
Hoksi geunyeodo jigeum i sungan
Ddokgateun sangsangeul halkka

KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel of GOMH [Love Story is Not Over Yet!]
Short StoryNote: Baca dulu Ghost of My Heart supaya mengerti alurnya^^ Tidak pernah ada makhluk sempurna. Paras yang indah, tubuh yang bagus, proporsi tubuh yang pas, kondisi ekonomi yang tinggi, dan kehidupan yang bahagia. Tidak akan pernah ada seorang pun ya...