Mawar masuk ke dalam, ia melihat Danu terjatuh ke lantai. Gadis itu langsung memukul teman sekelasnya yang menusuk Danu.
" Lo kenapa tusuk dia?!" teriaknya keras. Ia mencengkram leher pria di hadapannya.
"Gue gak suka sama waria gila itu!" balas Tono, penusuk Danu.
"Jaga mulut lo yaa!" Mawar memukul perut lawannya, ia mendorong lawannya ke lantai.
Para guru masuk lalu memegang tangan siswa yang menusuk Danu. Ada guru yang menelepon polisi dan juga rumah sakit. Mawar menghampiri tubuh Danu. Tubuh Danu bersimbah darah. Mulutnya mengeluarkan darah dan matanya terpejam. Mawar menangis.
"Danuuu banguuuuun!" teriaknya.
Seisi sekolah ramai, Fave dan Retha masuk ke kelas di mana terjadi peristiwa itu. Retha dan Fave terkejut. Fave menutup mulut ketika berada di depan kelasnya.
"Mati tuh anak. Bencong!" teriak Tono.
Retha mendengar ucapan itu, ia lalu mendatangi teman sekelasnya lalu menamparnya. Dadanya naik turun. Ia menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam.
"Ngentot lo! Lo ngapain nusuk dia? Lo ada masalah apa?"
"Gue benci karena dia udah fitnah Arzi! Instagram rame gara-gara dia!" balasnya sambil tangannya dipegangi seorang guru.
"Lo bejat ya! Gue gak akan maafin lo!"
Sirine mobil polisi terdengar, mobil itu masuk ke dalam menuju halaman parkir sekolah. Beberapa orang polisi mturun dari mobil, ketika di depan kelas mereka melihat seorang siswa dipegangi oleh gurunya.
"Pak mana pelakunya?" seorang polisi berkumis tipis bertanya kepada guru di hadapannya.
"Ini Pak." jawab guru yang memegangi Tono.
Tono berteriak-teriak, pisaunya diambil dan dijadikan alat bukti pembunuhan. Dua mobil ambulans datang, dua orang dibawa ke rumah sakit. Mawar menangis keras ketika Danu dibawa ke rumah sakit.
Kepala sekolah mengumumkan bahwa sekolah diliburkan, kejadian itu masuk ke dalam berita. Beberapa wartawan dari stasiun televisi berdatangan ke sekolah. Mawar dan teman-temannya segera ke rumah sakit untuk menyusul Danu.
Sesampainya di rumah sakit, beberapa guru yang ke sana sedang berkumpul di depan ruang jenazah. Mawar dan kedua temannya berjalan perlahan-lahan. Hana dan Aryo serta guru yang lain menundukkan kepala mereka.
"Bu Hana." panggil Mawar. Ia mendekat ke guru BK itu.
"Danu dan Farto meninggal Nak. Ikhlasin yaa."
Mawar langsung memeluk Hana, suara tangis keluar dari mulutnya, matanya bercucuran air mata. Ia teringat teman sekelasnya. Ia tak percaya Danu sudah tiada.
Retha berpelukkan dengan Fave, mereka berdua menangis. Duka menaungi mereka semua. Orangtua Danu dan Farto datang. Ibu Danu berteriak histeris. Ia tidak menerima kematian anaknya.
Mawar menghampiri ibunya Danu, ia memeluk wanita itu, ayah Danu hanya diam. Ia tak bisa berkata apa-apa. Ia melihat tong sampah lalu melemparnya. Amarahnya naik, ia tidak terima Danu meninggal dunia.
"Kenapa anak saya Bapa?!" teriaknya keras. Ia menendamg kursi-kursi di ruang tunggu. Seorang guru pria menghampirinya lalu memenangkannya.
"Siapa yang membunuh anak saya!" teriaknya.
"Pak, sabar." kata guru itu.
"Pak, Farto anak saya meninggal karena anak bapak!" teriak seorang ibu di hadapan ayahnya Danu. Ia menujuk wajah ayah Danu dengan tatapan yang nyalang.
"Danu melukai temannya dengan botol minyak urut. Botolnya ditekan ke mata, hingga pecah. Ia memukul temannya dengan kursi hingga tewas." jelas guru di sebelahnya.
Sementara itu Mawar dan Retha serta Fave memutuskan untuk pergi dari sana. Mereka bertiga keluar dari rumah sakit. Beberapa mobil siswa dan siswi lain datang.
"War. Gue gak nyangka bisa secepat ini." kata Retha ketika mereka di teras rumah sakit.
"Iya. Gue gak nyangka bisa kayak gini. Gue sayang sama Danu. Gue harus ngabarin Mas Ferdi."
"Tapi Mas Ferdi lagi sakit War. Gue gak tega kalau dia tahu kalau Danu meninggal."
"Gue harus kasih tahu."
Mawar menelepon Ferdi, di seberang ada suara isak tangis seorang pria. "Mawar, aku ke sana sekarang."
"Mas....."
"Aku udah liat berita di tv, mereka lagi siaran langsung di sana."
"Mas, pembunuhnya udah ditangkap polisi."
"Iya War. Anjiiiing tuh orang!"
Telepon diputus, Mawar meletakkan ponselnya di saku celananya. Ia menghembuskan napas dalam-dalam. Matanya memerah. Ketiga sahabat itu berpelukkan.
***
Ferdi masuk ke dalam rumah sakit, ia melihat beberapa orang siswa dan siswi sekolah Danu berkumpul di dalam rumah sakit. Ferdi berlari-lari hingga bertemu dengan ruang jenazah. Ferdi menangis. Ia melihat orangtua Danu, mereka saling melihat. Mata ayah Danu memerah. Ia memeluk Ferdi.
"Danu meninggal Nak. Maafkan saya. Saya--"
"Pak. Sabar Pak.....Ikhlaskan ya Pak. Tuhan akan memberikan jalan pada kita semua."
Ferdi melepaskan pelukannya, ia duduk di kursi bersama orangtua Danu. Upacara keagamaan akan dilakukan pada keesokan harinya.
Jenazah kedua orang siswa dibawa ke rumah duka masing-masing. Mawar beserta teman-temannya pergi ke rumah Danu. Para pelayat ramai di sana. Banyak wartawan berdatangan meliput kondisi di rumah Danu. Mawar dan teman-temannya membantu kedua orangtua Danu menerima tamu.
Kedua kakak Danu yang baru datang dari luar kota sedang menangis di depan jenazah adik mereka. Jenazah Danu terbaring di sebuah peti mati berwarna cokelat, dihiasi oleh lilin-lilin di sekitar peti matinya.
***
Di pemakaman Danu, para pelayat berdiri di sekitar liang lahat. Mawar menatap liang lahat tempat Danu beristirahat dengan air mata yang membasahi wajahnya. Ferdi dan beberapa teman Danu membantu mengangkat peti mati. Jenazgh Danu pun dimakamkan. Isak tangis terdengar di pemakaman. Mawar dan kedua temannya memeluk ibunya Danu.
"Terima kasih sudah mau menjadi temannya Danu."
"Iya Tante. Oh ya Tante. Kami mohon izin dulu."
"Sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama."
Mawar masuk ke dalam mobil bersama teman-temannya, mereka pergi dari pemakaman dengan air mata kesedihan. Di perjalanan pulang Mawar teringat kejadian saat Danu disantet. Ia penasaran siapakah yang menyantet Danu. Ia berencana membaca doa untuk menghancurkan sihir-shir orang yang menyantet Danu ketika ia pulang.
Maaf chapternya pendek karena ini adalah akhir dari babak pertama dari Wangi Pelet. Jadi chapter selanjutnya kita sudah memasuki babak cerita kedua. Terima kasih sudah membaca Wangi Pelet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wangi Pelet
HorreurArlin adalah seorang remaja SMA yang menggunakan ilmu hitam untuk menarik lawan jenisnya. Ia menggunakan ajian jaran goyang untuk memikat pria yang ia taksir. Ia tak segan untuk menyakiti siapapun yang membuat ia marah. Teman sekolah Arlin, Mawar h...