Chapter 2: Sebuah Ajian di Malam Hari

557 19 23
                                    

Latihan menari sudah berlangsung selama satu jam, Arlin mengusap lehernya yang penuh dengan keringat, lalu ia berjalan sambil membawa botolnya yang berisi air mineral. Ia menghampiri Aryo yang sedang duduk lesehan di salah satu sudut aula. Pria itu sedang beristirahat sebentar setelah mengajari murid-muridnya menari.

"Pak, capek ya?"

"Dikit. Eh, kamu minggu depan siap-siap ya jadi panitia acara ngedance di daerah Jakarta Timur."

"Di lapangan Pak?"

"Iya, ada bazzar gitu di daerah sekitar Taman Mini."

"Nggak di Dufan aja Pak?"

"Nggak, kita juga di dekat Taman Mini lapangannya gak masuk kok."

"Panitianya itu anak dance ya Pak?"

"Iya, kamu sama teman-teman kamu. Yang milih tempat Bu Hana. Kalian tinggal ngurus acara, konsumsi, dan lain-lainnya." pria berkaos olahraga biru itu mengambil sebuah botol air mineral di sebelah kanannya miliknya lalu meminumnya.

"Baik Pak kalau gitu."

Sesosok perempuan berambut panjang berkaos pink bergambar batwoman menghampiri mereka berdua, ia membawa sebuah papan jalan yang ada kertasnya, lalu ia berbicara kepada Aryo tentang acara bazzar minggu depan.

"Pak, saya udah ngelist yang mau jadi panitia."

"Arlin dimasukkin juga ke list ya. Besok kalian bisa rapat ga? Pas istirahat."

"Boleh Pak."

"Kamu jadi ketuanya ya Ret. Jangan lupa abis latihan briefing dulu "

"Iya Pak." Retha mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua, Arlin mengambil botolnya lalu meminum air mineral. Beberapa menit berlalu, Aryo bangkit dan memanggil murid-muridnya untuk kembali latihan.

"Ayo semua, latihan lagi!" perintah Aryo. Semua murid langsung kembali ke tengah aula lalu melanjutkan latihan bersama guru berbadan tinggi itu. Arlin berdiri di sebelah Retha, mereka satu angkatan tetapi berbeda jurusan. Arlin jurusan IPA sementara Retha jurusan IPS. Ketika musik diputar, seisi aula menari-nari.

***

Rumah Gatef sangat luas, pintu gerbang rumahnya berwarna hitam, di sebuah taman luas di rumahnya berdiri patung Garuda Wisnu Kencana. Bangunan rumahnya berornamen India, jumlahnya ada tiga tingkat. Di dalam rumahnya, terdapat beberapa lukisan dewa-dewi , dan juga beberapa patung dewa dan dewi. Ibu Gatef, Sonya sedang mengobrol bersama Hagen, sahabat di SMAnya, seorang wanita yang menjual kain sari, Sonya ingin membeli kain sari dari wanita tersebut.

Di tingkat atas, di kamarnya, Gatef sedang chattingan dengan Arlin, ia mengatakan bahwa ia sedang bersiap-siap menuju Grand Indonesia, ia meletakkan ponselnya lalu memakai parfum miliknya, wangi meluncur kaos putih yang ia pakai, ia pun keluar kamar lalu turun ke tingkat satu, ia berpamitan pada ibunya untuk jalan-jalan.

"Ma, aku jalan-jalan dulu." Gatef mencium tangan ibunya.

"Kamu hati-hati ya." ucap wanita berpakaian sari berwarna merah muda itu.

"Iya Ma."

Gatef bersalaman dengan Hagen, wanita berambut blonde dicat cokelat, ia tersenyum kepada Gatef. Remaja lelaki berhidung mancung itu langsung ke garasi lalu menyalakan mobil Porschenya yang berwarna hitam, ia menginjakkan gas lalu mundur pelan-pelan, lalu memutar keluar satpam di rumah itu membuka pintu gerbang rumah, lalu mobil Gatef keluar dari rumah menuju Grand Indonesia.

Grand Indonesia, Jakarta Pusat

Pukul 19:22 WIB

Arlin sedang berada di restoran mewah, ia meminum segelas jus jeruk yang ia pesan, ia menunggu kedatangan Gatef. Arlin memakai crop top berwarna biru, dengan bawahan celana jeans biru. Ia menunggu Gatef yang sedang menuju ke Grand Indonesia, ia menunggu sambil mengecek ponselnya.

Wangi PeletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang